HIMBB [4]

58 7 0
                                    

Kebahagiaan

"Kehidupan yang sederhana, namun begitu banyak kebahagiaan yang didapat, membuat siapapun akan merasa cukup dan bersyukur akan apa yang dimilikinya "

[3] Tertarik

Denan melajukan motornya menuju sebuah tempat.

☆☆☆

Denan memarkinkan motornya di depan sebuah gedung tak terurus. Berjalan masuk kedalam gedung, melihat Alvin dan teman-temannya sudah ada disana. Saat Denan dan Hena berada di taman anak panti, Alvin mengiriminya pesan, menantang Denan untuk datang ke gedung itu.

Denan tidak bodoh untuk datang sendiri, ia sudah menghubungi temannya untuk berjaga-jaga saja.

"Jagoan kita telah tiba.." Alvin menyeringai.

Denan menampilkan wajah datarnya, mendekat pada Alvin dengan santai tanpa takut.

Alvin mengeluarkan pisau lipatnya dari saku celana miliknya. "Lu tau salah lu dimana?" Alvin bertanya sembari menatap tajam Denan.

"Rena bunuh diri, bukan gua yang bunuh, Vin." Denan menatap Alvin tenang, membuat Alvin semakin geram.

"Dia bunuh diri karna lu bangsat! Nyawa harus dibalas dengan nyawa." Alvin mendekat pada Denan dengan ancang-ancang ingin menusuk Denan.

Denan menahan tangan Alvin yang melayangkan pisau itu pada perutnya, Denan memelintir tangan Alvin, merebut pisau itu lalu melempar pisau Alvin entah kemana.

Teman Alvin tentu saja bergerak, Denan mendorong Alvin hingga cowok itu tersungkur dilantai yang kotor.

Bugh

Salah satu teman Alvin berhasil meninju Denan, Denan terdorong kebelakang beberapa langkah, menyeka darah yang ada di sudut bibirnya lalu bergerak meninju siapa pun yang ada di depannya.

Alvin bangkit lalu tangannya bergerak meninju perut Denan, namun Denan sempat menghindar dan memberikan tendangan tepat di masa depan Alvin.

Teman-teman Alvin telah tumbang begitupun dengan Alvin. Denan berjalan pergi dari tempat itu.

"Bakal gua hancurin apapun yang buat lu bahagia, lu gak berhak bahagia!" Teriak Alvin, Denan mendengar namun ia pura-pura tidak mendengar.

"Gimana pun lu berusaha hancurin, gua bakal jaga sebisa gua." Gumam Denan.

Denan melirik kearah jam tangannya, jam telah menunjukkan pukul 11 malam, ia pun berniat akan pulang ke apartmennya.

☆☆☆

Hena terbangun dari tidurnya karna alarmnya yang berbunyi. Ia melangkah  menuju kamar mandi dengan wajah lesu. Menggosok gigi dengan wajah yang membuat siapapun gemes melihatnya.

Ia kurang tidur tadi malam, wajah Denan terus menghantuinya, ia seperti jatuh cinta pada pandangan pertama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia kurang tidur tadi malam, wajah Denan terus menghantuinya, ia seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Bagaimana tidak, ia kagum akan kegentle-an Denan dan itu membuat wajah Hena kembali bersemu.

"Gimana nih kalo ketemu di sekolah? Denan kelas berapa ya? Aku lupa liat tanda kelasnya.." Hena meracau didepan kaca.

"Hen, cepetan mandi. Mau gua anter sekolah gak?!" Rival berseru dari luar kamarnya.

"Iyaaa kak bentar!" Selesai menyikat gigi Hena mandi.

Rival juga ingin mengembalikan dompet milik Hena yang uangnya telah di ganti oleh Rival. Rival memang sudah merebut dompet Hena namun uangnya telah dipakai Rey membeli sabu.

Rival tentu marah, namun ia juga kasihan pada Rey, Rey seperti itu juga memiliki alasan. Tentu saja. Siapapun tidak ingin menjadi seperti itu, termasuk adiknya itu. Rival tau betul bagaimana Rey.

Selesai Hena mandi dan bersiap pergi kesekolah. Rival mengembalikan dompetnya.

Hena tersenyum. "Makasih kak." Rival mengacak rambut Hena dengan gemas.

"Udah sarapan?" Tanya Rival.

"Bawa bekal aja, nih." Hena memamerkan kotak makannya.

"Hari ini gua masuk kerja." Mata Hena berbinar.

"Kakak udah keterima diperusahaan Gantara?" Rival mengangguk.

"Congratulations, kak." Hena tersenyum manis, membuat Rival tidak bisa menahan senyumnya.

"Adek gua kok senyumnya manis banget, siapa yang ngajarin?" Rival mencubit kedua pipi Hena, membuat Hena meringis.

"Sakit, kak!" Rival terkekeh lalu melepaskan cubitannya.

Rival mengambil helm lalu memakaikannya pada Hena, persis seperti yang dilakukan Denan, membuat Hena kembali bersemu.

Setelah Rival memakaikan helm pada Hena dan memakai helmnya, Rival berucap."Ayo berangkat." Rival menaiki motor honda beat nya. Hena menaiki motor Rival.

Diperjalan tak ada yang membuka suara, keduanya sama-sama memikirkan masalahnya masing-masing.

Sesampainya di sekolah, Hena turun dari motor Rival dan menyalimi kakak pertamanya itu. Kembali Rival melepaskan helm Hena karna gadis itu kesusahan melepaskannya.

"Kakak, semangat ya kerjanya. Fighting!" Hena tersenyum, menampilkan deretan giginya yang putih.

"Iya, lo juga, belajar yang bener, biar bisa jadi orang suksea terus banggain gue, Papa sama Rey." Hena memamerkan dua jempolnya pada Rival.

Hena berbalik lalu berjalan menuju gerbang sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi.

Tiba-tiba bunyi motor yang tak asing untuk Hena terdengar. Entahlah, Hena merasa tidak asing dengan bunyinya. Hena yang kepo membalikkan badannya.

Cowok itu memarkirkan motornya, Hena berpikir keras. Ia merasa pernah melihat motor itu, suaranya pun tak asing untuknya.

"Itu siapa sih?" Gumam Hena. Cowok itu melepas helmnya, Hena membelalakkan matanya lalu memalingkan badannya membelakangi Denan yang kini berjalan kearah Hena dengan earphone yang menancap di telinganya.

"Hena?" Panggil Denan, semua murid terkejut saat Hena yang di panggil oleh Denan.

"Kok yang dipanggil Hena? Padahal gue lebih cantik dari dia!" Seorang cewek berucap cukup keras, membuat beberapa orang memperhatikannya.

"Apa lo liat-liat?!" Yang memperhatikannya langsung pergi.

Hena dan Denan tidak memperdulikkan cewek itu membuat cewek itu semakin tidak suka.

"Udah sarapan?" Tanya Denan. Mereka berjalan beriringan menuju kelas masing-masing.

"Belum, nanti dikelas aku makan." Hena heran kenapa ia jadi cepat luluh pada Denan. "Kok aku gak marah lagi sih?" Hena bergumam namun Denan mendengarnya.

Denan terkekeh. Mengacak rambut Hena lalu berjalan lebih dulu kekelasnya. Blush... wajah Hena kembali bersemu.

"Air, Hena butuh air!" Hena berlari kecil kekelasnya.

Seorang wanita menatapnya dengan senyum bahagianya.

"Kamu harus bahagia nak," wanita itu mengalihkan pandangannya. "Jalan." Mobil yang ditumpanginya berjalan pergi.

TBC

Mulmed Hwamin as Hena Salivia Ananda. Cocok gak menurut kalian? Semoga kalian suka ya sama castnya :v.

Sorry kalo ada typo hehe.

He's My Bad Boy [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang