Yolan
"Dapatkah bertahan walau hanya secuil harapan yang tersisa?"
♡
[6] Masalah
Hena merebahkan kepalanya dimeja dengan kedua tangannya yang disilangkan di meja.
☆☆☆
Denan dengan telaten mengompres kening Hena yang memerah akibat benturan dengan meja, Hena duduk manis sambil merasakan usapan dari kompresan Denan yang terasa lembut.
"Kalo tu cewek berulah lagi, panggil aja gua," Hena tidak menjawab iya atau pun tidak, Hena hanya diam.
"Kak Denan.. gak kekelas?" Tanya Hena, Denan melihat wajah Hena yang tertutupi beberapa helai rambutnya.
"Mending disini, bareng lu," Hena blushing. Lagi-lagi, ia termakan ucapan Denan. Hati Hena berdebar tidak menentu.
"Woi, Denan!" Seorang cowok jangkung berdiri didepan pintu dengan tubuh yang disandarkan di pintu.
Denan membalikkan badannya 90 derajat ke kanan, melihat siapa yang memanggilnya.
Denan tidak menjawab, ia hanya menaikkan satu alisnya keatas, mengisyaratkan ia berkata 'apa?'
"Pulang sekolah," cowok yang bernama Juna itu memamerkan dua jari pada Denan, mengisyaratkan suatu hal yang membuat Denan langsung paham apa maksudnya.
Cowok itu pergi, Denan kembali fokus mengompres Hena.
Hena yang tadi fokus memainkan ponselnya mendongakkan kepala saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh jidatnya.
"Kalo ada yang berani macam-macam, teriak sekencang lu, minta tolong ketemen lu buat panggil guru," Hena menganggukkan kepalanya.
"Gua cabut," Denan bangkit dari duduknya.
"Makasih," Hena bergumam pelan.
"Sama-sama," Denan mengacak-acak puncak rambut Hena dibarengi dengan kekehan kecilnya.
Denan pergi keluar kelas Hena, ponsel Denan berdering. Dengan malas Denan mengangkatnya setelah melihat nama yang tertera disana.
"Apaan? Udah bosan hidup lu nelpon gua?" Denan berucap pada seseorang disebrang sana dengan ketus.
"Galak amat lu anjing, santai, gua punya barang bagus di hotel, kalo lu mau, ambil," Denan terdiam.
Kening Denan berkerut, mencoba menerka-nerka apa maksud Ravi, rival Denan.
"Gak ngerti maksud gua? Otak cerdas lu kemana? Hahaha, yang gua maksud itu.. Yolan," Disebrang sana, Ravi tersenyum miring.
Denan membeku saat mendengar nama perempuan itu disebut.
"Hotel apa?"
☆☆☆
Denan mengendarai motor sportnya seperti orang kesetanan, emosinya menanjak naik.
Sesampainya di hotel itu, Denan langsung memasuki lobby dan menanyakan nomor kamar yang telah diberitahu Ravi.
Sesampainya didepan kamar, Denan membuka pintu tanpa babibu.
Disana terlihatlah Yolan yang menangis dengan tubuh poloa tanpa sehelai benang pun. Rahang Denan mengeras, dengan cepat Denan melepas jaketnya lalu menutupi tubuh Yolan.
Yolan memanggil nama Denan dengan terisak-isak, Denan yang mendengarnya mengepalkan tangannya kuat.
"KELUAR LO ANJING!" Denan berteriak keras, tidak ada tanda-tanda kehadiran Ravi.
"Denan.. pulang..." Denan melihat Yolan yang terlihat depresi, mata yang bengkak, sudut bibir yang lebam, begitu juga bagian tubuhnya yang lain.
Denan menelpon seseorang dengan wajah yang masih menahan emosi.
"Sion, sekarang juga, beli baju cewek, semuanya, luar dalam, langsung anter ke hotel xxx," Denan langsung mematikan ponselnya tanpa mendengar protesan Sion. Lalu memeluk Yolan dengan sayang.
"Denan.. gue takut..." Denan mengusap pucuk kepala Yolan dengan lembut, menyalurkan kehangatan pada Yolan, Denan melilit tubuh Yolan dengan selimut.
"Lu dibawa sama si anjing Ravi kemana? Lu diapain aja sama dia?" Denan mendadak cerewet jika berhubungan dengan Yolan, kekasih Denan. Entah bagaimana hubungan mereka setelah Yolan diculik selama 2 bulan dan Denan terus menerus mencarinya selama 2 bulan itu.
Yolan tidak menjawab pertanyaan Denan karna terus menerus menangis dan memeluk tubuhnya.
Denan mengerti apa yang telah dilakukan Ravi pada Yolan, Denan bersumpah akan membunuh Ravi nanti.
Beberapa menit kemudian Sion datang dengan membawa pesanan Denan.
"Lu tau? Gua dipandang aneh sama cewek-cewek karna beli pakaian dalam cewek di mall, kalo lu bukan temen gua udah gua patah tu badan lu," Sion duduk disalah satu sofa dikamar itu, melihat Denan yang menggendong Yolan ala bridal style ke kamar ganti pakaian.
Denan keluar, duduk diatas ranjang dengan tatapan gelapnya, memandang tajam tangannya yang bertautan.
Sion tau, Denan sedang kacau saat ini.
"Sekolah Yolan, biar gua sama Dio yang urus, lu urus aja si Yolan, tenangin dia, gua yakin ada yang kaga beres sama Yolan," Denan mengangguk.
Yolan keluar dari kamar ganti dengan memakai pakaian yang telah dibawakan Sion. Jeans panjang dan hodie berwarna abu abu.
"Cocok buat lu," ucap Sion. Sion bangkit dari duduknya saat melirik jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 2.30 siang, dan sekolah bubar jam 4 sore.
"Gua balik kesekolah, surat izin lu biar gua yang urus," Denan mengangguk sekali lalu menggandeng tangan Yolan untuk membawa Yolan ke apartemennya.
Sorry baru update, asik sama dunia sendiri soalnya jadi lupa update. Semoga part ini bikin kalian makin penasaran.
Mulmed visual Kely Dianita.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Bad Boy [ON GOING]
Teen FictionSeorang pentolan sekolah yang jatuh dalam kepolosan gadis imut bernama Hena. Kisah manis mereka yang jika dilihat begitu lucu dan indah, namun, begitu banyak penghalang di awal kisah manis itu... 23.03.18 published.