Babysitting (2)

739 104 17
                                    

Dan disinilah aku sekarang, berdiri memandangi gedung tingkat menjulang yang sangat besar dan terkenal disini. Entah mengapa jantungku dari tadi tidak mau berhenti bergemuruh, suaranya seperti genderang perang yang sedang ditabuh, atau mungkin lebih parah dari itu.

Aku melangkahkan kakiku memasuki lobby apartement tersebut dan berniat untuk menunggu professor Park terlebih dahulu. Sekitar 15-20 menit aku menunggunya dan hampir tertidur serta menjadi bahan tatapan orang-orang yang lewat. Aku pun mengusap wajahku pelan, aku pergi sebentar ke toilet hanya untuk bercermin dan melihat penampilanku. Aku harus tampil menawan untuk first impression.

Memakai kemeja putih dengan bagian lengan yang kugulung sampai siku, celana bahan hitam, dan kacamata serta tatanan rambutku yang sangat rapi. Oke ini mungkin berlebihan untuk seorang babysitter tapi siapa peduli kan.

Omong-omong professor Park belum menyebutkan apakah cucunya itu seorang laki-laki atau perempuan tapi yang ku harapkan adalah cucunya ini seorang yang ramah, baik, penurut dan manis. Aku tidak peduli gendernya.

Setelah aku kembali dari toilet bertepatan dengan professor Park yang baru saja sampai dan kami bertemu di lobby, professor Park menyuruhku mengikutinya dan kami melangkah dengan sedikit tergesa-gesa karena Professor Park tidak punya banyak waktu katanya. Kamar cucunya itu berada di lantai 6.

Aku membaca setiap deretan angka diatas pintu kamar apartement, 612. Professor Park menekan bell room dan tak lama kemudian sesosok pemuda berparas manis dengan pipi gembil kemerahan, rambut kecoklatan, dan perawakan seperti bocah karena tingginya lebih rendah dariku muncul dari balik pintu. Senyumnya merekah lalu berhambur memeluk professor Park. Aku hanya tersenyum kaku melihat kelakuan bocah ini, memang sangat manja untuk seorang laki-laki.


"Daniel, kenalkan ini cucuku namanya Park Jihoon. Dan Jihoon, ini Daniel, mahasiswa istimewaku, dia disini untuk menjaga dan menemanimu." Aku mengukir senyuman terbaikku dan dia hanya melihatku bingung sambil memiringkan kepalanya lucu. Aku gemas, tolong aku mama, tolong tahan aku agar tidak menerkam makhluk imut didepanku, atau sampai kakeknya pergi.

"Hai— namaku Daniel. Senang bertemu denganmu Jihoon." Aku melihat Jihoon terkekeh senang, lalu ia menyambar lenganku lalu dipeluknya manja, untungnya aku tidak terjatuh karena tindakannya secara tiba-tiba. "Danyiiil~ nama yang bagus! Aku Jihoon, senang bertemu denganmu juga~!" Ucapnya riang memang layaknya seperti bocah.

Ohiya, Professor Park bilang cucunya ini memang kelewat manja, dan bersikap seperti perempuan karena orangtuanya yang mendambakan anak seorang perempuan, dan muncullah Jihoon dengan gender laki-laki namun berparas cantik. Jihoon ini seorang mahasiswa baru jurusan kedokteran di universitas unggulan. Jujur aku sedikit iri, dia punya hidup yang hampir sempurna.

"Oke kalian bisa ngobrol-ngobrol dulu, saya mau ada rapat jadi harus pergi sekarang. Jaga Jihoon baik-baik ya Daniel. Dan Jihoonie, jangan nakal ya! Nurut sama Daniel ok?" Jihoon hanya membalas dengan anggukan antusiasnya dan diikuti dengan langkah kaki Professor Park yang semakin menjauh.

Aku paling gak suka kalau suasananya canggung seperti ini, akupun bukan tipe orang yang mudah membuka obrolan. "Masuk" ucap Jihoon dingin, aku sempat terkejut karena wajah cerianya mendadak berubah menjadi wajah sedikit seram meskipun wajahnya tetap imut dan manis. Aku melangkahkan kakiku memasuki kamar apartementnya yang parah luar biasa mewahnya untuk seukuran bocah mahasiswa baru seperti Jihoon.

Ku lihat Jihoon membantingkan tubuhnya keatas sofa yang sangat besar dan cozy lalu memakan popcorn sambil menonton tv. "So, Daniel— kenapa kamu mau jadi babysitter saya?" Aku menyerngit bingung melihat manusia ini berubah 180 derajat. Dia seperti bocah laki-laki yang sama sekali tidak manja dan ya— laki-laki pada umumnya. "Butuh uang." Jawabku jujur dan singkat, Jihoon hanya tertawa namun terdengar seperti nada mengejek. "Kau butuh berapa memangnya? Saya bisa kasih berapapun yang kamu butuhkan. Asal kamu gausah menginjakkan kaki disini lagi. Saya gasuka punya babysitter. Cih" mulut mungilnya itu terus-terusan berceloteh sambil mengunyah popcorn.

"Behave Jihoon. Saya disini jauh lebih tua dari kamu. Saya memang butuh uang tapi saya harus mendapatkan uang itu dengan usaha saya sendiri. Kalau kamu tidak suka sama saya, biar saya sampaikan kepada Professor Park. Dan saya tidak mau apa yang sudah diamanati ke saya, tapi saya malah mengecewakan dan tidak menjalankan amanat dengan baik"

Tanpa sadar aku mengucapkan hal tersebut, mungkin sudah terpelatuk melihat kelakuannya yang sangat jauh berbeda dan tidak terdidik seperti itu. Aku melihat Jihoon yang diam dengan tatapan yang masih melekat dengan tv, namun tangannya sudah tidak lagi mengambil popcorn. Dia berbalik badan lalu berjalan mendekatiku.

"Kak Daniel— saya bisa bantu kamu. Kamu gamau saya bantu?"

"Jihoon!" Entah mengapa aku meneriakkan nama Jihoon dan membuatnya diam seribu kata, menatapku takut. Oh sekalinya bocah tetap bocah. "Saya gak butuh belas kasihan kamu. Intinya kalau kamu tidak suka sama saya, kamu bisa langsung kasih tau Professor Park."



"Oke kita coba dulu kak."





















Halo frin sori ya aku updatenya sedikit banget huhu. Biar cepet aja sih updatenya aku teh.

Maaf ya kalau ceritanya gaje dan banyak typo soalnya ini bikinnya mata udah 5 watt ehehe

Vomment dong shaaay

OH MY GOD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang