Babysitting (3)

758 108 41
                                    

"Oke kita coba dulu kak."













Coba? Coba katanya. Dikira ini undian coba-coba berhadiah apa ya. Aku gak habis pikir sama jalan pikiran bocah bipolar itu. Dia sepertinya ingin bermain-main denganku, belum tau aja dia bahwa aku ini Kang Daniel, a professional gamer.

Aku duduk disampingnya disofa. Aku harus memasang muka tembok dan layaknya tak peduli apa-apa. Aku harus membuatnya nurut kepadaku atau setidaknya punya rasa respect. Karena jujur saja aku sakit hati melihat sikap semena-mena dan sombong bocah ini. Palingan disentil dikit juga mental. Kalau tidak ingat akan Professor Park, sudah ku pastikan bocah ini hanya tinggal nama.

Tapi menurutku ini cukup challenging, aku suka hal yang menantang, tak sadar aku mengulas sebuah smirk diwajahku dan tak sadar pula, Jihoon sedang memandangi wajahku dari jarak yang dekat. "Ya!" Jeritku sedikit pelan saat menyadari bahwa wajahnya sangat dekat denganku. Dan oh jangan lupakan wajah polos nan innocent bocah itu pula.

"Apa yang kamu lakukan, Park Jihoon?" Aku berdeham pelan dan membenarkan posisi dudukku, sebisa mungkin aku menampilkan wajah seriusku dan bukan wajah dengan ekspresi yang memalukan. Yang aku lihat hanyalah ia terkekeh pelan lalu tersenyum tengil memandangiku dengan lekat. "Kamu tampan kak."

Boom!


Mungkin kalau ini film atau animasi, ada gambar atau GIF ledakan pada backgroundnya. Aku harus bersabar, bahkan aku baru menghabiskan beberapa menit bersamanya tapi cobaannya sudah seperti ini. Aku harus kuat. Ya, Kang Daniel kau kuat dan harus bertahan dengan bocah tajir melintir ini. Demi uang!!!


"Kak?" Suaranya terdengar lembut saat ini, tidak ada nada tengil disana, aku pun tersadar dan tersenyum ramah kepadanya. "Kamu berpikir saya tampan, Jihoon?" Ia hanya mengangguk pelan. Seperti bocah penurut yang kulihat saat ia bersama kakeknya. Aku jadi penasaran apakah bocah ini mengidap bipolar atau tsundere atau— ah masa bodo. Ingat aku kesini hanya untuk uang. Yaaa meskipun ini seperti bonus, menjaga makhluk semanis ini tapi tengil dan bipolar.

"Saya gay kak." Kali ini seharusnya jika ini sebuah film atau animasi ada suara dan gambar petit menyambar disana. Aku speechless tentu saja. Aku harus terjebak bersama bocah manis yang tengil dan bipolar dan— gay. "Serius?" Dan ia hanya mengangguk pelan lalu menggeser posisi duduknya mendekat kepadaku. Heran tapi aku tidak menjauh dan membiarkan lipatan pahanya berada diatas pahaku.


"Kamu tampan" ia mengusap pipiku lembut dengan tatapan lembut pula. "Rambutmu bagus" ia mengusap rambutku dan sesekali memainkannya. "Bibirmu menggoda" ia mengusap bibir bawahku dengan ibu jarinya dan ku lihat ia menjilat bibirnya sendiri. "Badanmu bagus, sepertinya Tuhan memahatmu dikala good mood" ia mengusap bahuku lalu turun kedadaku tapi aku membiarkannya seperti itu. Aku— malah— suka. Melihatnya mengagumiku membangkitkan sisi dominan gelapku yang telah lama aku kubur.


"Dan oh— saya iri padamu kak. Kamu mempunyai abs yang sempurna, saya sudah lama menginginkannya tapi tak bisa" ia menyibak kemejaku lalu menggulungnya keatas dengan sedikit kasar, kulihat kedua sudut bibirnya menekuk kebawah tapi matanya yang indah itu berbinar melihat absku.


Aku berdeham, membersihkan kerongkonganku yang mengering karena gugup. Sentuhannya membuat tubuhku panas, kalau memang bocah ini gay, aku rela menjadi gay pula untuknya. Dia menggoda dan membuatku bergairah.

Namun hal ini harus dihentikan sekarang.

"Jihoon, kamu bipolar ya?" Mulut blak-blakan ini asal ceplos dan aku merutuki kenapa malah pertanyaan itu yang keluar dari mulutku. "Saya? Oh- aku mengerti. Saya bukan bipolar tapi— beginilah saya. Awalnya saya tidak menyukaimu, saya tidak membutuhkan babysitter karena kakekku terlalu overprotective."

"Lalu?"


"Lalu saya melihatmu dan memperhatikanmu. Orang seperti kamu seharusnya menjadi model, artis, idol atau ya host gitu. Kamu tampan, dan saya mengagumimu. Saya berpikir untuk mencobamu."


Mencobamu? Apa apaan maksudnya itu. Tapi berkat ilmu yang ku peroleh selama bertahun tahun kuliah pun, aku bisa menilai bahwa Jihoon itu seperti tsundere dan dia sedikit egois lalu ia suka hal yang menantang. Unik dan menarik. Aku pun jadi penasaran, apakah aku harus merebut hatinya dan membuatnya jatuh kepadaku sehingga aku bisa mendapatkan hartanya.


Tapi



Bagaimana kalau malah aku yang sebaliknya- jatuh dan direbut hatinya.




Aku suka permainan ini, aku penasaran siapa yang akan kalah duluan.




"Jihoon kamu manis. Matamu bagus, saya heran apakah luar angkasa akan marah padamu."

"Hng?"

"Karena kamu mencuri galaksi dan bintang-bintang miliknya, dan kamu menyimpannya dimatamu." Aku melihat pipi gembilnya bersemu merah, aku berseru dalam hati. Aku ingin melihatnya lagi!


"Bibirmu merah, apakah kau memakai liptint seperti perempuan pada umumnya?" Ia menggeleng ragu dan meraba bawah bibirnya. Aku menyingkirkan tangannya dan menggantinya dengan ibu jariku.

Damn.


Tekstur bibirnya yang kenyal dan halus membuatku penasaran bagaimana rasanya. Apakah hanya manis atau malah memabukkan?


"Kak—" lihat! Lihat! Pipinya semakin memerah, gemas sekali dan aku pun mengelus lembut pipinya, tanpa sadar aku mengecup pipi itu lembut. Rasanya— parah aku tidak mau berhenti. Pipinya lembut, gembil dan membuatku ingin menggigitnya. Ia tidak mengelak atau bahkan aku sempat berpikir bahwa ia akan menghajarku, tapi ia tidak.


"Jihoon, kamu pernah berpacaran?" Ia mengangguk mantap. "Dengan laki-laki?" Ia menatapku ragu lalu menggeleng pelan. Aku terkesiap, jadi selama ini dia berpacaran dengan perempuan?

"Awalnya saya normal, saya suka perempuan. Tapi ada sesuatu hal yang membuat saya lelah, capek, trauma dan saya tiba-tiba tertarik dengan seorang laki-laki untuk pertama kalinya."

"Kalau boleh tau, siapa?"


"Kamu, kak Daniel."


















Aku rasa ini ceritanya makin gaje dan akan terus gaje dan bener bener gaje.

Maafin ya guys :(



Ratingnya........ naik turun ini mah.


Soalnya



Ini



Ah rahasia xixixi


Vomment ya chingu!

OH MY GOD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang