satu

303 25 0
                                    

sebegitu agungkah cinta?
aku bertanya pada hati
diantara berjuta-juta pasir, ditengah kobaran sang surya, aku berharap kau ada disana
mencintaiku. lagi

Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternative Universe

💖💖💖

REASON

Angin musim dingin merambat pergi, menghadirkan celah-celah tipis kehangatan. Kuncup-kuncup membawa bakal keindahan. Merekahkan sejuta pesona alami. Aroma khas rose-oxide menyebar keseluruh penjuru taman. Memanjakan indra. Memberikan efek yang begitu memabukkan.

Putih akan segera pergi, menghadirkan warna warni . Pesona bunga hadir diakhir kebekuan. Membentangkan ratusan rasa dan kehangatan.

Sakura, namanya seindah musim. Sehangat musim. Secerah musim. Melanglahkan kakinya dengan pesonanya yang agung, dibuat-buat. Senyumnya adalah simbol kehancuran yang maha dahsat. Ia menawarkan kehangatan yang tidak tepat. Ratusan logika telah ia patahkan, hidupnya harus berlangsung. Jalan pintas ia gunakan.

Suaranya mengalun dengan indah, menebarkan oksitosin sebanyak mungkin yang bisa ia produksi. Ia berhadapan dengan pimpinan perusahaan yang memberinya kehidupan. Target utamanya.

"Naruto"

"Hmm"

"Kutawarkan sejuta kehangatan. Segala penjuru pintu selalu terbuka untukmu"

Segalanya mengalir seperti alunan musik klasik. Tenang. Dalam. Banyak orang menikmati iramanya. Ia mengenakan topeng dengan seribu wajah. Semuanya demi masa depannya. Prestige nya. Ia telah salah memilih kehidupan sosialnya.

Enam bulan yang lalu ia ditinggalkan suaminya. Hidup mandiri dengan satu buah hati membuatnya merasa tercekik. Kehidupan sosialnya amat berpengaruh besar terhadapnya. Namun ia enggan meninggalkannya. Semua serba glamor. Barang-barang yang ia kenakan harus dari designer ternama. Hidup foya-foya. Tak sadar ia telah menjadi seorang single fighter.

...

Langit malam begitu kelam. Bintang dan cahaya rembulan tidak menampakkan diri. Entah karena apa. Apakah dia malu pada wanita yang sedang menatapnya atau sekedar bermain petak umpet pada wanita yang sedang memandangi langit.

Kesunyian begitu terasa menusuk. Angin musim semi sangat tak bersahabat. 'Wahai engkau yang kurindukan. Sedang apakah dirimu?. Apakah masih ada aku disana?.' Hatinya terasa diiris oleh sebilah pedang tak kasat mata. Hatinya menganga. Menantikan seseorang menutupnya. Harapannya tak kunjung usai. Telah lama ia hidup seperti ini.

'Wahai angin sampaikan rinduku padanya. Ucapkan selamat tidur dan mimpi indah untuknya' ia memeluk dirinya dalam pekatnya langit. Mencari-cari kehangatan yang lama hilang. Ia sangat rapuh. Teramat sangat. Air mata tak kuasa ia bendung. Ia menjerit dalam kesunyian. Teriakannya begitu memekakan hatinya. Tak bersuara namun sakit.

Ia harus tidur besok adalah hari penting. Ia harus terlihat cantik, melebihi mempelai wanitanya. Ia harus kuat untuk anak-anaknya. Ia harus bertahan demi masa depan.

'Ajari aku terbang wahai burung. Ajari aku berenang di laut lepas wahai ikan. Ajari aku bertahan. Ajari aku kuat. Wahai semesta ajarkan aku tentang ikhlas. Teramat perih untuk menerima kenyataan. Tolong selamatkan aku'

Keringat mengalir membasahi keningnya. Tubuhnya. Matanya menitikkan air mata kesenduan. Wajahnya menyiratkan rasa yang teramat pilu. Ia meraih segelas air putih dari nakas. Menegaknya hingga tandas. Matanya mengabsen tiap celah ruangan 'masih gelap' kemudian ia melirik jam waker 'pukul 4 pagi' kemudian ia bangkit. Menyiapkan air hangat. Ia ingin berendam.

...

Hinata datang bersama kedua anaknya. Mengenakan pakaian formal dengan nuansa gelap melekat pada tubuh ketiganya. Kedua anaknya telah tumbuh. Anak sulung. Laki-laki. Berpribadi dingin. Tidak seperti ayahnya. Cenderung mirip kakeknya. Hatinya telah tertempa oleh perasaan pahit. Ayahnya tidak pernah lagi memberikan perhatian dan bimbingan padanya sejak usianya 10 tahun. Ia belajar mandiri. Mencoba hanya memperlihatkan wajah cerah pada ibu dan adiknya. Ia tumbuh menjadi laki-laki dewasa. Wajah dinginnya menyebar diseluruh area tempatnya belajar.

Adiknya, himawari. Memiliki wajah secerah mentari. Hangat di musim semi. Ia masih merindukan sosok ayah untuk menemaninya tumbuh menjadi gadis remaja. Ia menggandeng lengan ibunya. Memamerkan gigi putihnya kepada semua orang yang ia temui. Menyapanya dengan pesona alami khas bangsawan.

Ketiganya berjalan menuju pusat perhatian. Memasang topeng anggun dan senyum yang terasa tulus yang alami. Mengucapkan selamat pada sang pusat perhatian.

Hatinya dipenuhi oleh sembilu sedih. Mengutuk dirinya yang tak bisa menerima. Hatinya yang memberontak. Dalam hatinya ia berbisik 'Tuhan, kuatkanlah aku'.

Pesta itu nyaris tertutup. Hanya keluarga dan beberapa teman dekat. Ruangan itu menebar ketegasan musim semi. Bunga-bunga indah nan menyejukkan mengisi sudut-sudut ruangan. Mawar-mawar menghiasi meja. Alunan musik mengisi seisi ruangan. Begitu memanjakan gendang pendengaran. Beberapa merasa gelisah dengan alunan melodi sendu, menitikkan air mata. Dirasanya semua menjadi asing. Tidak wajar. Namun ia bertahan. Segalanya akan baik-baik saja pikirnya.

'Naruto, tidakkah kau pernah berpikir tentangku barang sedikit saja. Apa kabar kedua buah cinta kita. Malaikat kita yang kau agung-agungkan dahulu. Sudah lupakah kau kenangan kita. Dimana cintamu yang dahulu? Tidak taukah engkau, aku selalu menangis. Menantimu setiap hari. Kau sungguh kejam. Tapi aku mencintaimu dengan segenap hatiku. Bagaimana aku bisa sebodoh ini. Dengan penghianatan yang tak kunjung usai. Kuucapkan selamat semoga kau dan dia bahagia'

"Mama. Kau terlihat pucat. Kita pulang"

"Mama baik-baik saja sayang"

"Kakak benar. Mama terlihat tidak baik. Kita pulang. Sekarang"

Ketiganya melangkah pergi. Menjauh dari neraka yang bisa membakarnya kapanpun. Meredakan emosi yang membuncah. Mereka butuh pengalihan. Mereka perlu obat lupa. Khusus untuknya. Ayah mereka. Suami hinata.



With love : 3A

reasonWhere stories live. Discover now