Janjinya kepada hinata bukanlah sebuah bualan atau pemanis. Janjinya adalah suatu keharusan yang ia tepati. Pantang baginya untuk menarik kata-kata yang telah keluar dari bibir menawannya.
Ia bekerja sangat keras. Melampaui kemampuannya. Ia melebihi batasnya. Ia jatuh. Satu minggu ia terbaring tak berdaya. Hinata sangat kesusahan. Boruto masih sangat kecil. Ia mencari-cari pegangan. Ayahnya adalah satu-satunya jalan keluar.
"Pah" ia berusaha kuat, berjanji tidak akan menumpahkan air matanya. Hatinya telah ia kokohkan layaknya karang "hinata butuh papa" pertahanannya hancur. Air matanya tumpah berceceran kesembarang arah.
"Hinata. Putriku. Seluruh alam semesta akan papa berikan jika kau memintanya. Papa menyayangimu"
"Terima kasih pah. Hinata sayang papa"
Segalanya mulai berubah. Keinginan naruto yang bersikukuh dengan kemandiriannya dipatahkan oleh hinata. Sejak saat itu segalanya mengalir bagai aliran sungai, naruto bekerja diperusahaan ayah mertuanya. Hidupnya tak sekeras dulu, namun menyisakan sedikit noda diantara baju yang berwarna putih. Akan selalu terlihat meski kecil.
Rutinitasnya terjaga. Hinata menikmati hidupnya yang sekarang. Bukan maksudnya dulu ia merasa terbebani, namun sekarang. Semuanya terasa lebih mudah di gapai, tidak perlu terlalu berat untuk memikirkan hari esok, seminggu kedepan, bulan depan. Belum lagi jika ada hal-hal diluar kendali.
Rumah tangganya tampak harmonis. Mereka bagaikan Ed dan Loraine warren, selalu bersama-sama. Saling mendukung satu sama lain. Saling menyalurkan kasih sayang. Tampak luar mereka sempurna. Balita yang hadir ditengah-tengah keduanya juga memperkuat kedudukannya. Sempurna bagi seorang wanita. Malaikatpun akan iri pada hinata.
Senyum cerah selalu mengembang. Tak ada topeng. Yang ada hanya kuncup-kuncup yang bermekaran. Aromanya menyebar. Menusuk rongga pernapasan. Hinata layaknya seorang remaja yang dimabuk kepayang, tidak 'remaja' ia memang masih remaja. Usianya belum genap 20 tahun.
"Aku pernah membayangkan hidup bagai seorang putri. Di kastil mewah dan ditemani seorang pangeran tampan sepertimu"
"Kau sudah mendapatkannya"
"Ya. Dan aku bahagia"
"Dulu. Tak pernah terpikir olehku. Aku menculik seorang putri dari sang raja" katanya. Kepalanya sedikit mendongak. Menatap gelapnya langit "menjadikannya tawanan di istanaku. Aku tak akan sanggup kehilangannya. Tak akan sanggup hidup tanpanya. Putriku yang ku cinta"
"Terima kasih naruto. Aku menjadi wanita yang paling bahagia. Kamu menyiramiku dengan banyak cinta"
Hinata menyandarkan kepalanya pada bahu naruto. Memandang langit. Mereka duduk di teras rumahnya. Menghadap taman mini buatan hinata. Semilir angin menyapu wajah keduanya. Mereka sering menghabiskan waktu seperti ini sebagai wujud rindu dan pelepasan penat setelah seharian bekerja dan ratusan menit tidak berjumpa.
"Hinata"
"Hmm?"
"Kau menikmatinya?
"Tentu"
"Terima kasih"
Keduanya memejamkan mata. Menikmati sunyi, menyatu dalam gelap.
...
"Bagaimana dengan rencana akhir tahun?" Suara tegas dan wibawanya sangat agung. Semua perhatian akan langsung tertuju padanya. Selain menantu dari seorang ceo dia juga seorang pengendali perusahaan yang sangat matang. Karirnya bisa dibilang baru dalam perusahaan ini. Namun jangan ragukan kemampuannya dalam mengelola perusahaan hebat ini. Ia memang seorang pekerja keras yang cerdas.
"Kita akan bekerja sama dengan pihak kumogakure. Konsep awal kita adalah back to nature, namun jika kita tilik lagi. Akan lebih bagus jika kita mengusung konsep yang lebih modern"
"Saya setuju dengan pendapat tuan shikamaru. Vila lepas pantai yang ada di kumogakure lebih tepat jika mengusung konsep modern" ucap kakashi. Ia seorang sekertaris yang matang. Berintelegensi tinggi dan dihormati naruto. Pendapatnya seringkali tepat pada sasaran, instingnya selalu tajam. Naruto menyukai kinerjanya.
"Kemajuan teknologi. Masyarakat yang semakin modern. Dan keuntungan lebih besar. Ok. Kita ganti konsepnya. Minggu depan tolong siapkan semua desain yang baru dan segala keperluannya. Musim panas nanti kita akan memulai proyeknya"
Naruto merebahkan kepalanya pada sandaran kursi. Kepalanya berdenyut-denyut. Ini proyek besar pertamanya. Sebelumnya ia hanya menyelesaikan proyek yang sederhana. Menyelesaikan konsep yang sudah ada. Melakukan finishing touch pada proyek sebelumnya. Dan memberikan masukan pada proyek-proyek vila yang sudah jadi. Dan semuanya itu berada diwilayah yang sudah ia kenalnya. Konoha. Sekarang ia memulainya dari nol. Tempat baru. Masyarakat asing baginya. Ini akan menguras banyak tenaganya. Ia akan melakukan yang terbaik. Ia tak boleh mengecewakan.
"Permisi" kakashi membuyarkan lamunan naruto. Ia berjalan masuk dengan kangkah pasti. Membawakan setumpuk laporan yang perlu ia pelajari. Kakashi adalah gurunya. Orang yang sangat tepat untuk membimbing naruto. Semua yang ia dapatkan selama ini, tidak lain dan tidak bukan adalah kerja keras kakashi yang membantunya sekuat tenaga. Naruto bukan hanya sekedar direktur di kantor, tempat ia bekerja. Ia telah menganggapnya sebagai kerabatnya. Naruto begitu terbuka pada kakashi.
"Ini adalah surat-surat pembebasan lahan di kumo. Anda bisa melihatnya. Sketsa lokasinya telah saya rangkum" ia menunjukkan map yang lain "saya rasa, anda perlu melakukan survey. Lusa. Selama seminggu. Bagaimana?"
"Aku akan mempelajari dari sketsanya terlebih dulu. Setelah makan siang aku akan memberitahumu"
"Baik. Kalau begitu saya permisi"
With love : 3A
YOU ARE READING
reason
FanfictionNaruto disclaimer Masashi Kishimoto sebegitu agungkah cinta? aku bertanya pada hati diantara berjuta-juta pasir, ditengah kobaran sang surya, aku berharap kau ada disana mencintaiku. lagi Hinata hidup dalam negri dongeng impiannya. Dikhianati oleh s...