lima

137 16 0
                                    

Masalah timbul begitu saja. Sebab tersembunyi atau sengaja disembunyikan atau memang baru saja muncul dengan tiba-tiba. Semakin banyak waktu yang hilang dan ia tertinggal. Kembali kebelakang lagi. Harusnya ia telah melangkah lebih jauh. Tiga langkahnya terhambat oleh sesuatu dan ia terpaksa harus mundur. Menapaki selangkah demi selangkah dengan hati-hati.

Naruto begitu sibuk dengan dokumen pembebasan lahannya. Sertifikat sudah di tangan. Namun ada pihak yang mengaku lahan yang terjual itu miliknya, dan anehnya ia memiliki sertifikat resmi tanah itu. Ia merasa dipermainkan. Harusnya kakashi yang mengurusnya. Seharusnya dia disini, membantunya. Namun ia telah kembali lebih dahulu ke konoha. Kantor pusat tidak bisa dibiarkan kosong terlalu lama. Naruto memilih tinggal sehari lebih lama dari timnya, karena ia ingin menyiapkan kejutan untuk hinata. Namun apa daya. Nasibnya tidak sesuai dengan harapannya.

Sudah lebih dari seminggu Naruto meninggalkan konoha. Ini melebihi targetnya. Diluar janjinya dengan hinata. Ia diluar kendalinya. Selama itu juga ia lupa untuk menghubungi hinata. Selalu saja ada pengganggu. Entah ponselnya yang lupa di charge, atau ketinggalan, atau tiba-tiba di dikunjungi oleh wanita yang memintanya untuk menikahi adiknya. Kepala naruto rasanya ingin pecah jika memikirnya.

Di negri asing itu ia bersama yamato. Pengacara nya. Pertama-tama ia harus segera menyelesaikan masalah tanah sengketa itu. Kedua ia akan mengklarifikasi kepada wanita itu. Bahwa ia dan jiraya, kakeknya, tidak ada kaitannya dengan janji yang dibuat oleh sang kakek pada zaman dahulu. Sehingga ia tidak mau ikut campur dengan masalah ini. Ketiga ia harus segera pulang dan meminta maaf pada hinata. Ia pasti sangat kecewa pada Naruto. Ia akan menerima segala konsekuensinya.

Keesokan harinya

"Tidak bisa" wanita itu berteriak di lobby hotel tempat naruto menginap. Tangannya berkacak pinggang. Berteriak-teriak dihapadan naruto. Sungguh memalukan.

"Lalu apa yang kau inginkan?"

"Sudah jelas bukan?"

"Tidak bisa"

"Harus bisa"

"Maaf"

"Kalau begitu aku akan menuntutmu!"

"Silakan" ia berlalu melewati wanita itu. Menghampiri yamato "kau urus wanita gila itu. Kita bertemu 30 menit lagi di pengadilan"

"Baik. Serahkan pada saya" Yamato berkata sangat yakin. Tanpa keraguan. Lalu ia menghampiri wanita gila yang disebut oleh Naruto.

...

Suasana ruangan persidangan telah ramai. 15 menit menuju kasusnya. Yamato kenapa lama sekalai pikirnya. Ia menanti kehadiran kuasa hukumnya dengan gelisah. Kenyamanannya terusik, ia tak bisa duduk dengan tenang. Sesekali ia menggerakkan badannya dengan gestur keresahan. Ponselnya berkedip-kedip yamato buru-buru ia menjawab panggilannya.

"Kemana saja?" Etikanya tak lagi ia gunakan. Ia diujung tanduk sekarang

"Wanita itu benar-benar gila. Aku ditahan olehnya!" Kata-katanya bagaikan racauan dikepala Naruto. Sepertinya dia mulai ikut gila pikir naruto

"Jadi bagaimana dengan sidangnya?"

"Aku menyerah. Selamatkan aku. Maafkan atas ketidakberdayaanku"

Sambunganya terputus. Menyisakan keputusasaan yang begitu gamblang. Ia terlihat menyedihkan. Apa ini sebuah permainan.

Apa? Sudah sedekat ini dan dia menyerah. Apa yang yang harus aku lakukan? Tanpa pengacara aku tidak bisa berbuat apapun. Sebagai pihak tergugat aku kalah. Aku harus mengundur sidangnya. Aku akan meminta dispensasi. Aku akan melakukan sesuatu.

Semuanya berjalan sesuai rencana Naruto. Segera ia melangkahkan kaki panjangnya ke sebuah hotel yang telah dijanjikan. Wanita gila itu sungguh menyeramkan. Lebih menyeramkan dari shadako. Ya mereka benar-benar mirip, datang tiba-tiba dari suatu tempat yang tidak direncanakan. Kemudian menghantui hari-harinya.

"Yamato! Apa yang kau lakukan hei wanita gila!?"

"Semuanya sudah kujelaskan padamu" ia mengancam. Yamato ia dijadikan sebagai sandera. Wanita ini sangat kuat, brutal, dan sangat nekat.

Naruto meremas rambutnya frustasi jangan itu "kita bisa bicarakan dengan kepala dingin" kini ia tidak akan lagi mengabaikan wanita ini. Ia harus memandangnya. Menyikapi sikap wanita itu dengan bijak. Mungkin akan lebih baik jika ia memulai dengan perkenalan formal dulu.

Duduk dengan kepala dingin, saling menyalurkan kata dan keinginan. Mengerti kondisi dan keadaan. Kini naruto paham, mengapa wanita itu terlihat sangat frustasi. Tidak ada riwayat medis yang menyatakan ia gila. Namun jiwanya memang terguncang. Ia bercerita tentang jiraya. Tentang ibunya. Pertemuannya keduanya. Cinta pertama ibunya. Ia merasa terinspirasi dengan kisah cinta berat sebelah itu. Tidak bersambut manis. Kemudian ibunya menikah dan ia lahir.

Kemudian cerita itu berlanjut pada pesan-pesan ibunya yang telah meninggal.

"Ibuku bilang, kalau aku harus mencari pria sepertinya" nada suaranya tak seindah biola. Suaranya nyaris seperti sebuah kaleng yang diseret, tersendat-sendat dan merusak gendang pendengaran. Sesekali ia akan menghirup ingus yang hampir keluar. Terlihat seperti udon.

"Itu bukan berarti aku. Ataupun keturunan kakekku"

"Tapi kalian benar-benar mirip"

Dilihat dari menara eiffel pun kami sangat tidak mirip "itu karena kau belum mengenalku"

"Tapi"

"Maaf. Aku sudah menikah dan memiliki seorang anak"

Wanita itu terlihat kecewa. Matanya tak lagi mengeluarkan cahaya harapan pada sosok dihadapannya. Cahaya itu makin lama makin redup dan tak telihat. Gelap. Perlahan ia mengerti. Ia terlalu terobsesi dan itu tidak baik untuk kesehatannya.

Wanita itu bangkit dari kursinya yang empuk. Berpamitan pada naruto dan meminta maaf atas semua kekonyolan yang telah ia perbuat. Ia akan berusaha lebih keras untuk mendapatkan seseorang yang tepat untuk adiknya. Matanya melirik sekilah ke arah yamato yang tak berdaya. Ia merasa bersalah pada laki-laki itu. Kemudian ia benar-benar pergi.

"Yamato. Apa yang terjadi? Me nga pa pa kaianmu" perkataanya tersendat-sendat. Penampilan Yamato sangat berantakan. Pakaiannya compang camping. Kusut. Rambutnya berantakan. Dan ia terlihat seperti orang bodoh "kita ke hotel" Naruto melepas mantelnya "dan pakai ini"

Mereka berjalan beriringan. Terlihat Naruto yang seolah-olah menjaga Yamato. Orang-orang yang mereka lalui menatap pemandangan langka ini menjadi sesuatu yang menarik. Beberapa orang mengeluarkan ponselnya untuk mengabadikan momen langka ini. Naruto hanya menekuk kepalanya. Menatap lantai yang begitu berkilau saat ini. Berharap secepatnya sampai ke mobilnya.

"Apa?! Jadi maksudmu adiknya wanita itu seumuran dengan wanita itu?" Itu berarti 40 tahun

Yamato hanya menganggukkan kepalanya

"Aku akan benar-benar gila sekarang"



With love : 3A












reasonWhere stories live. Discover now