tujuh

140 11 0
                                    

Dentuman musik EDM begitu memekakkan indra pendengar. Mengusik senyap. Mengusir sepi. Menutupi malu. Sakura benar-benar harus melupakan kejadian hari ini di kantor. Ia telah merendahkan dirinya ditolak oleh penguasa hatinya. Dan lebih parahnya ia bersikap sangat tidak perduli.

Sakura telah memampangkan keindahan dihadapan sasuke. Namun pria itu menolaknya dengan sopan. Dengan kata yang teramat lembut ia meraih wajah Sakura dan mengucapkan kata maaf. Aku harus mendapatkannya tekadnya bulat. Kuat dan sangat angkuh. Ia tidak bisa dengan penolakan, bukan sakura jika tidak bisa mendapatkan hatinya terbiasa dengan sambutan lapang membuat sakura merasa kalah.

Ia menegak gelas alkoholnya hingga tandas. Tak lagi dalam mode normal. Ia telah terbawa oleh dunia khayal yang menyajikan imaginasi-imaginasi indah harapannya. Berjalan menuju dance floor meliukkan badannya, seolah terbiasa dengan kegiatan ini. Tubuhnya bergerak dengan lihai mengikuti alunan musik EDM.

"Sakura kau akan menyerah?!"

"Menurutmu!?"

"Kurasa kau wanita gila yang pantang menyerah!"

"Kau benar"

Kemudian keduanya tertawa. Menari. Dan melupakan semua kesusahaan yang dialami dalam kehidupan nyata.

"Empat bulan usahaku tidak membuahkan hasil" suaranya tak lagi indah. Diiringi cegukan yang terasa menganggu "ini rekor terlamaku"

"Satu tahun tiga bulan empat hari. Selama aku bekerja disana"

"Kau payah ino"

"Ino memang payah!" Ia merutuki dirinya sendiri. Mengolok-oloknya. Betapa menyedihkannya dia "Menyerah?"

"Akan terjadi. Jika"

"Jika?"

"Ji ka" Sakura menerawang. Menatap lampu-lampu yang berwarna warni. Kepalanya berat. Dan dia ambruk. Kepalanya tergeletak di meja begitu saja. Bersanding dengan gelas dan botol yang berserakan. Tak lama setelahnya Ino menyusul ke alam mimpi yang membawa rasa berat pada kepala yang bermahkotakan rambut indah dan wajah cantik yang menjadi kebanggaan.

"Oi. Sakura. Kurasa dia tidak menyukai wanita" ino mengoceh sendiri "sepertinya dia menyukai laki-laki" matanya bergerak ke kiri dan kanan. Mengamati "sstttt. Ini rahasia" ia berbisik dengan hati-hati "dia selalu berada di dekat Naruto" kepalanya kembali tegak. Seolah berpikir "apa mereka pasangan?" Kemudian ia menggelengkan kepalanya. Tak percaya "ahhh. Sakura. Sakura. Kau ha rus. Me li      hat i n i" kemudian dia ambruk dengan cantik.

...

"Hinata kau tahu dasi biru yang kita beli minggu lalu?" Naruto berteriak dari kamar mereka

"Di laci biasa" Hinata menjawab dari ruangan boruto. Hinata tengah bersiap. Hari ini boruto akan mulai bersekolah.

"Aku sudah mencarinya. Dan aku tak menemukannya" Naruto pasrah. Ia tak bisa tanpa Hinata. Semuanya. Menghampiri putranya. Dan mempersilakan Hinata untuk membantunya bersiap. Kebiasaan Naruto bergantung padanya sangat ia syukuri. Karena dengan ini Hinata merasa sangat dibutuhkan.

"Aku akan menemukannya untukmu, sayang" berjalan melewati Naruto

Suasana pagi ini terasa sibuk. Hinata menyiapkan dua orang sekaligus. Kedua laki-laki di keluarga ini memang snagat manja. Tanpa Hinata mereka akan sangat kerepotan menyiapkan dirinya sendiri. Hari pertama Boruto sekolah hari ini.

"Boruto apa kau sudah menyiapkan kata sambutan untuk teman-teman mu?"

"Aku sudah menyiapkannya. Mama yang mengajariku"

"Begitukah?, seharusnya kau bertanya pada papa"

"Papa sibuk"

"Papa selalu ada waktu untukmu" tangan besarnya terulur untuk menepuk kepala putranya. Wujud kasih sayang. Boruto tersenyum.

"Buku gambar. Pensil warna. Buku catatan. Pensil menulis. Pensil cadangan. Penghapus. Bekal. Kain. Semuanya sudah mama siapkan"

"Sayang. Kita sarapan dulu"

Naruto melirik jam tangannya "aku ada rapat sayang. Aku akan sarapan nanti" mengecup kening Hinata dan berlalu "aku mencintaimu"

Wajah ayu hinata menatap punggung suaminya, semakin lama semakin mengecil, dan hilang. Terpaku sejenak, kemudian ia disadarkan oleh tangan mungil yang mengayunkan tangannya dengan lembut.

"Mah. Ayo" Boruto takut terlambat. Ini hari perdananya. Ia tak ingin di hukum.

Waktumu berkurang banyak. Sedikit-sedikit. Perlahan tapi pasti. Aku merindukanmu yang dulu.

...

Hime, ada yang ingin menggantikan posisimu sebagai ratuku

Aku tidak ingin.

Ia begitu gigih, namun tetap aku tidak ingin

Yang aku mau hanya dirimu.

Tak seorangpun dapat menggantikanmu bertakhta dikerjaanku. Kerajaan kita

Aku takut.

Apa kau merasakannya?

Aku takut kalau kau marah, karena dia selalu hadir disetiap kerjaku

Dia selalu menyapa dan menawarkan keindahan

Aku tidak mau

Aku tidak ingin

Aku hanya ingin kamu Hime

Kuharap kau tahu. Aku selalu mencintaimu. Selalu menantimu dengan sabar.

Berharap kau akan melihat. Berharap kau akan datang.

Kusampaikan rinduku pada angin agar kau dapat merasakannya

Hujan membawa aroma tanah. Menyirami bunga-bunga yang bermekaran indah. Menghadirkan dingin yang begitu nyata. Wajah itu benar-benar hampa, tak ada keindahan tersaji. Menatap nanar jendela yang berembun. Tanganbya terulur pada kaca berembun. Menggapai sebisa mungkin. Ujung jarinya menyentuh dingin. Merambat hingga ke hati. Hatinya penuh pengharapan akan kasih tak sampai. Hujan membawa angin. Angin menyampaikan rindu. Rindu tak bertepi. Begitu luas. Begitu ganas.

With love : 3A

reasonWhere stories live. Discover now