6.Sebuah Pengakuan

1.1K 57 8
                                    

Biasanya pada saat waktu makan malam tiba aku sangat bersemangat sekali, karena aku bisa makan bersama teman-temanku dan juga James tentunya.

Aku yang biasanya suka berceloteh ria dihadapan James dan teman-teman tapi malam ini aku seperti fokus menghabiskan makanan ku saja dan sesekali cuman mendengarkan teman-teman bercerita saja.

Dan James, kulihat dia tampak biasa saja, selalu memperlihatkan senyum manisnya itu. Hmm sudah kuduga hanya aku yang merasa galau disini dan dia tampak sama sekali tidak berpengaruh sudah dijauhi oleh ku. Dan ternyata benar ternyata cintaku hanya bertepuk sebelah tangan saja.

Ah aku berpikir bodoh lagi, lebih baik aku selesaikan makan malamku dan segera ke kamar sebelum aku melihat tatapannya yang hangat dan terpesona itu.

Dan disinilah aku, di kamar, merenung sendirian. Sesekali aku mengecek handphone-ku. Ya tuhan aku bahkan masih berharap kalau dia akan mengirim pesan padaku sekedar memastikan kabarku baik-baik saja.

Hayalanku sudah terlalu tinggi. Lebih baik aku tidur saja dan menerima kenyataan kalau besok aku harus menjauhi dia lagi. Oh no...

Setelah di pikir-pikir sudah hampir seminggu lebih aku menjalani aktivitasku menjauhi James. Dan ya itu berjalan cukup baik kurasa.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara ketukan pintu. Syukurlah aku belum tidur karena kalau sudah tidur aku pasti akan menghiraukannya.

"Amartha, maaf mengganggu. Bisa buka pintunya sebentar?" hmm aku rasa itu suaranya James.

Aku pun langsung beranjak dari tempat tidurku dan merapihkan rambutku. Ceileee

"Amartha, aku butuh bantuanmu. Please" aduhh kurasa aku terlalu lama merapihkan rambutku. Aku pun lansung membuka kan pintu kamarku.

Dan kulihat James berdiri di depan pintuku dengan wajah kusut dan hidungnya yang memerah. Ya ampun kurasa dia sedang sakit.

"James, ada apa? Kenapa dengan hidungmu?" oh my god dia benar-benar sangat tampan walaupun sedang sakit sekalipun!

"Amartha, maaf mengganggu tapi aku benar-benar butuh bantuanmu sekarang" dia terlihat frustasi

"It's ok James. Tidak apa-apa. Ada apa?"

"Aku butuh obat flu, Amartha. Aku rasa aku terserang flu"

"Yaampun James, kamu tidak tahu kalau di ruang tengah ada kotak p3k?  Ayok kira keruang tengah" aku tidak butuh jawaban James sekarang. Aku pun setengah berlari menuju ruang tengah sampai tidak sadar aku menarik James bersamaku.

Aku langsung menyuruh James duduk di ruang tengah dan langsung mencari obat itu dengan terburu-buru, setelah aku dapat obatnya aku langsung mengambil segelas air putih hangat lalu kembali kepada James yang sedang terdiam lesu di kursi.

"Maaf Amartha, aku merepotkanmu malam malam begini, tapi aku benar-benar tidak tahu kalau ada p3k disini" tiba tiba James membuka suara saat aku duduk dihadapannya.

"Ssstt, sudahlah minum obat ini sekarang dan tidurlah James. Kau benar-benar butuh istirahat agar besok kamu bisa fit kembali" jawabku sambil menyerahkan obat dan segelas air putih itu pada James.

Dia mengambilnya dan menatapku membuatku salah tingkah. Lalu dia minum obatnya. "Thanks Martha"
Untuk pertama kalinya dia memanggil nama panggilanku.

"Ya James, serahkan saja padaku. Ok?" dia mengangguk dan tersenyum.

"Apa yang kamu butuhkan lagi James? Katakan padaku" aku melihat dia menatapku dengan tatapan terharu.

"Jangan kegeeran dulu James. Aku tidak mau tidur nyenyakku terganggu untuk yang kedua kalinya" aku mencoba mencairkan suasana yang sejak tadi kurasa canggung sekali mengingat aku yang sudah menjauhi dia seminggu ini.

Diapun tertawa mendengar ucapanku lalu berubah menyesal "sorry" ucapnya.

"Hahaa tidak apa-apa James. Aku hanya bercanda. Ayolah orang sakit juga butuh hiburan" aku mengedipkan mataku lagi padanya dan diapun tertawa lagi.

Akupun melirik jam dan sudah menunjukan pukul 12 malam. Hmm aku harus segera pergi. Dan aku serasa berada di tokoh Cinderella. (?)

"James, kurasa kamu harus segera beristirahat ini sudah larut sekali"

"Ok, Amartha. Sekali lagi terimakasih untuk semuanya. Aku tidak tahu aku hanya butuh kamu untuk membantuku." jawaban James membuatku terpana untuk kesekian kalinya.

Tapi aku segera menggelengkan kepalaku. "Ayolah James, kita harus saling membantu. Right?" aku mulai beranjak dari tempat duduk-ku.

"Ok, James aku duluan ya, kamu bisa ke kamarmu sendiri kan? Atau perlu aku gendong?" dia pun terkekeh dan beranjak menghampiriku.

"Jangan menjauh lagi dariku Amartha, aku sangat merindukanmu" James berbisik tepat di telingaku dan tepat seperti menghujam jantungku.

Rasanya aku seperti mau menangis disini, oh noo tapi tidak di hadapan James.

Aku harus mengendalikan diriku "Good night, James" aku langsung beranjak pergi ke kamarku meninggalkan James tanpa menoleh lagi kepadanya. Aku takut perasaan itu muncul lagi. Aku tidak mau pengorbananku sia-sia.

Air mataku langsung tumpah dengan sendirinya sesampainya aku dikamar. Apa maksud dari semua ini James? Apa yang coba kau lakukan kepadaku? Permainan macam apa ini James? Aku tidak mengerti sungguh tidak mengerti....

*please vote and comment untuk kelanjutan ceritanya,  thank you! Xoxoxo

Love Of My Pilot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang