Satu

3.8K 91 1
                                    

"Jadi lo beneran udah putus sama Sandi, nih?"

Floana, atau yang biasa disapa Ana itu mengangguk singkat tanpa melepaskan pandangannya dari film yang sedang tayang di televisi.

"Mana mungkin seorang Ana pacaran lebih dari seminggu, Karina," sahut Kelly yang baru saja keluar dari toilet. "Lagian Sandi juga ngebosenin, ya gak, An?"

"Gue denger Darren juga lagi mau pedekate sama lo, ya?" Karina beringsut mendekat pada Ana.

"He is such a boring person! Lo tau gimana Sandi sok ngatur hidup gue? Jijik! Dia pikir dia siapa bisa ngatur seorang Ana?! Lagian masih ada Mike terus... siapa lagi itu..."

"Glenn," ucap Kelly dan Karina bersamaan.

"Iya itulah. Mereka bedua masih bisa gue manfaatin," ucap Ana santai seraya menarik ponselnya di atas meja mendekat. "Darren sms gue!" serunya kemudian.

Kelly dan Karina segera saja mendekat pada sisi tubuh Ana. Merapatkan tubuhnya hingga tak ada jarak terlihat.

"Jadi inceran baru nih?" tanya Kelly.

"Lebih tepatnya mainan baru." Ana tersenyum sinis.

Inilah kehidupan seorang Floana. Bergonta-ganti pasangan bukanlah sesuatu yang tak biasa baginya. Seminggu adalah waktu lama baginya dalam menjalin hubungan jika itu masih bisa disebut dengan hubungan. Karena bagi Ana, cowok hanyalah sekadar mainan, yang bisa dia manfaatkan sesuka hati dan tinggalkan begitu saja. Contohnya seperti Sandi yang baru saja dia putuskan melalui pesan singkat yang isinya sangat singkat. Hanya tiga huruf dan nomor telepon cowok itu pun segera diblokir dan dihapus.

Jahat. Ya, itulah Ana. Dia melakukannya hanya untuk kesenangan belaka dan juga karena dia senang melihat cowok bodoh.

Ana kini baru saja duduk di bangku kelas dua belas, namun pamornya sudah terkenal sejak awal masuk. Lebih tepatnya ketika MOS. Penampilan Ana yang berbeda, juga dengan fisiknya. Ana sempurna. Tubuhnya tinggi semampai dengan kulit putih bersih, rambut hitam legam sepunggung ditambah dengan wajahnya yang cantik. Jangan lupakan juga dengan statusnya sebagai seorang cucu dari pemilik Yayasan. Hal itulah yang membuatnya berada di atas garis kepopuleran. Tak hanya populer di sekolah, tapi juga hingga keluar dan bahkan terkenal di beberapa club yang pernah dia sambangi.

Tak ada yang berani mengusiknya, sekali mengusik berarti siap untuk keluar dari sekolah.

Perlakuan yang salah oleh kedua orangtuanya membuatAna sering bertindak sesuka hati, dan karenanya pula tak ada yang bisa mengaturdirinya. Tidak sekalipun orangtuanya.

Take My Hand✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang