(Name) pun segera menyeimbangkan kembali pijakan kakinya dan menjauh dari pria berambut abu-abu tersebut. Ia membalas dengan tatapan datar, lalu melenggang pergi menuju rak di sudut bangunan. Gadis itu lantas bernapas lega sebelum dikagetkan oleh seseorang yang mirip sekali dengan pria yang tadi.
"Hahaha, tolong maafkan sikapnya yang kasar."
Ia terlonjak kaget, mengambil satu langkah ke belakang. "K-kau lagi?" Sedikit gugup kalimat tersebut diucapkan. Kemudian (name) menyadari perbedaan warna rambut dari kedua orang itu dan mengetahui bahwa mereka adalah kembar.
"Kembar?"
Rambutnya yang dicat indah bergerak kesana kemari seiring kepala dianggukkan. "Perkenalkan, namaku Miya Atsumu. Yang tadi itu Miya Osamu, kembaranku," ucapnya ramah disertai senyuman yang dapat melelehkan para gadis dengan mudah.
(Name) sedikit terkejut akan perbedaan besar dari perlakuan si kembar ini. "(Full name)," balasnya singkat.
"Ah, boleh kupanggil (name)?"
Gadis tersebut mengangguk.
"Sekali lagi, Osamu tidak bermaksud meninggalkanmu begitu saja, jadi tolong maafkan dia, ya," ulang Atsumu dengan informasi tambahan.
(Name) menggeleng pelan lalu berkata, "Tidak apa-apa. Lagipula ia sudah menolongku. Seharusnya aku berterimakasih padanya." Diingatnya kembali kejadian yang terjadi beberapa saat lalu.
Gerakan menghindar dengan cepat yang dilakukannya terlihat semata-mata untuk menjaga dirinya. (Name) tidak tahu alasan yang pasti, tetapi ia merasa dirinya sedikit trauma akan 'lelaki' kecuali sahabatnya, setelah perasaan campur aduk yang terjadi lima hari yang lalu. Walaupun begitu, tubuhnya tiba-tiba saja bergerak sesuai instingnya tanpa tahu itu perbuatan tidak sopan terhadap orang yang baru saja menolongnya.
Tampak Atsumu menatap sedikit curiga terhadap (name), tetapi kemudian mimik wajahnya berubah ceria. "(Name), sebenarnya mengajak ngobrol denganmu ada maksud tertentu. Jadi, kami berdua tidak sering pergi ke Tokyo dan masih kurang familiar di sekitar sini. Aku berpikir, jika kamu mau berjalan bersama sambil menunjukkan tempat-tempat populer di daerah ini," ujarnya tanpa menutupi niat aslinya.
(Name) sedikit terkesiap akan kejujuran pria di hadapannya. "Y-ya, boleh. Sebagai tanda terima kasih juga." Tampak ujung bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman samar.
Atsumu membalas senyuman (name) sebelum berteriak sepelan mungkin memanggil kembarannya, "'Samu! Cepat kesini!" Menunggu agak lama, akhirnya orang yang dipanggil datang disertai muka datar walaupun hatinya dongkol.
"Bisa tidak membiarkanku memilih peralatan dengan tenang?" gerutunya pelan. Disaat sepasang matanya jatuh pada figurmu, terdengar gumaman kecil. "Oh, gadis tadi."
Atsumu terlihat tidak peduli akan ocehan Osamu. "Aku bingung kenapa tiba-tiba kau ingin mencoba melukis disaat sudah menjadi anggota tim voli nasional. Hal ini membuang-buang waktu saja." Diberikannya tatapan tajam seakan berkeinginan untuk membunuh oleh Osamu.
(Name) sedikit canggung dan menemukan pria itu memutar bola matanya sebelum melanjutkan kalimatnya. "Kesampingkan hal itu, aku menemukan seseorang yang bisa memandu kita berkeliling Tokyo hari ini."
Wajah Osamu seolah mengatakan, 'aku tak tertarik.' Dan, bukan jawaban akan pernyataan dari kembarannya yang keluar dari bibirnya, melainkan pertanyaan yang diberikan pada gadis yang tengah merasa asing di tempat itu. "Hei, (full name)?"
Sekali lagi (name) dikejutkan oleh orang yang sama. "Bagaimana kau tahu?" Ia mencoba mempertahankan ketenangannya. Sejenak terpikir akan usahanya sejak dulu untuk menutupi identitasnya sebagai pelukis yang sedang naik daun. Wawancara serta permintaan foto sudah beberapa kali ditolaknya dan hanya diterima sedikit. Foto yang beredar sudah dikurangi dan hilang tanpa jejak kecuali ada seseorang yang iseng menguaknya. Tetapi, sekarang (name) tidak percaya bahwa seseorang akan mengenalinya. Ditambah lagi, (name) bisa tahu kalau pria ini baru saja mendapatkan melukis sebagai hobi barunya dan terlihat kembali dari bagian rak yang menjual kuas lukis.
YOU ARE READING
Something Called Trust ▪ Kuroo Tetsurou
Fanfiction"Our story started with a lie and trust." Diawali dengan membuka lembaran baru, gadis itu bertemu dengan sebuah sosok yang selalu membuatnya pusing. Buku berisi kisah hidupnya dipenuhi oleh fakta ataupun kebohongan yang sempat membuatnya depresi. Te...