Langit tampak abu-abu dipenuhi gumpalan awan berjumlah banyak yang masing-masing bersaing untuk menutupi sang terang dalam hidup para manusia. Keadaan yang sama persis pun terjadi. Di bawah naungan cakrawala, sepasang orang asing sedang mengobrol canggung.
"Ini untukmu," ujar Kuroo seraya memberikan sekaleng teh dingin yang dibelinya dari vending machine terdekat. (Name) menerimanya dengan ragu-ragu hingga jarinya lihai membuka tutup kaleng dan diteguknya perlahan.
Seiring terpaan angin usil mengganggu mereka, minuman kaleng tersebut kosong tak bersisa. (Name) pun mencuri pandang ke arah Kuroo dan mendapatinya masih menghabiskan minuman dingin di cuaca yang mulai tak bersahabat ini. Segaris air mengalir keluar dari mulut pria itu dilihat olehnya. Ekspresinya mendadak gelap. Cepat-cepat diambilnya saputangan dari dalam saku celana dan mengelapnya tanpa sadar. Digerakkan oleh instingnya membuat (name) baru menyadari bahwa wajahnya begitu dekat dengan Kuroo yang menatapnya penasaran. Sepasang mata berwarna (e/c) miliknya membulat lalu segera ditarik tangannya menjauhi wajah pria asing itu.
Ujung bibir Kuroo tertarik sedikit ke atas sebelum menghabiskan isi kalengnya dalam satu teguk. "Pertama-tama, boleh tahu nama Anda, gadis jelita?" Suaranya terdengar ramah dan sudah terbiasa mengatakannya.
"(Full name)," jawab gadis berambut (h/c) tanpa basa-basi. Ia melipat saputangannya kemudian dimasukkan kembali ke tempat asalnya. "Sebelum kita memulai, aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku minta maaf atas kejadian di bar," ucapnya serius.
Kuroo menggaruk kepalanya yang tidak gatal selagi membalas perkataan (name). "(Last name) tidak ingin mengetahui namaku? Walaupun kita sudah ciuman sekali," tukasnya santai. Disandarkan tubuhnya ke bangku dan Kuroo mendongak, memandang keadaan langit yang kian memburuk.
Helaan napas pelan berkali-kali mengisi keheningan sementara di antara mereka. (Name) berusaha mati-matian agar tidak melayangkan tangannya ke pipi pria itu yang sudah berbicara seenaknya. Kuroo sebagai pria peka, segera memotong. "Eh, bercanda kok," ditatapnya kedua bola mata (name) sambil tersenyum khasnya, "namaku Kuroo Tetsurou. Panggil sesukamu saja."
(Name) lantas memalingkan mukanya. "La-lalu aku harus a-apa untuk menebus kesalahanku?" Gadis itu entah terbata-bata saat meluncurkan pertanyaan dan hal itu menyebabkan dirinya menundukkan kepala karena malu. Rona merah pun menghiasi wajahnya.
"Well, soal itu tidak perlu dipikirkan. Kecuali kalau itu ciuman pertamamu?"
(Name) terdiam membeku dan Kuroo langsung menyadarinya. "Aku tidak akan memintamu bertanggung jawab, jadi tenang saja. Masalah ini cukup sampai sini saja, tidak perlu berlarut-larut. Asal tidak dibahas lagi," lanjutnya kembali menggaruk kepalanya seolah sudah menjadi kebiasaannya.
Hatinya menjadi lega disaat Kuroo mengatakannya. (Name) kira pria di hadapannya akan meminta macam-macam, tetapi ternyata bukan pria brengsek yang ditemuinya selama hidupnya. Di lain sisi, ia sama sekali tidak peduli akan kejadian tersebut yang bersangkut-paut dengan ciuman kedua (name). Gadis ini tetap sensitif akan hal berbau seperti itu walaupun sudah pernah berciuman dengan mantan kekasihnya. Yang sangat disesalinya.
Mungkinkah dia sudah terbiasa? Tanya (name) dalam hati. Melihat penampilan serta sikapnya yang dapat disebut gentle, (name) segera menarik kesimpulan bahwa Kuroo Tetsurou adalah seorang playboy atau pemikat wanita di dalam hidupnya. Tak dipungkiri di balik kaos murah yang dipakainya, menyembunyikan tubuh atletis yang diimpikan para wanita maupun pria. Lantas sekelabat memori diingatnya.
"Oke," balasnya terdengar kasar. "Kalau begitu, aku tidak mempunyai urusan lagi denganmu, Kuroo-kun. Aku berharap kita tidak akan bertemu lagi setelah ini," dengus (name) seraya bangkit berdiri.
Detik itu juga, Kuroo ikut berdiri dan menahan tangan (name) agar tidak pergi. "Ups, maaf." Tangan besarnya melepaskan cengkraman pada pergelangan tangan (name) yang meninggalkan bekas akibat terlalu kuat. Gadis itu meringis pelan dan meredam rasa sakit dengan menggigit bagian bawah bibirnya.
"Tak apa," jawab (name) pelan.
Kakinya melangkah ke belakang, menjaga jarak diantaranya. Sorot matanya memancarkan ketakutan akan traumanya pada sesuatu. Lidahnya kelu dan kata-kata yang ingin dikeluarkannya seakan berhenti di ujung lidahnya. Sampai ketenangan kembali didapatkan ketika Kuroo membuka mulut. "Kau tidak apa-apa?" Beban di hatinya sirna begitu saja dan (name) berusaha menggeleng.
"Apa ada perkataanku yang salah?" tanya Kuroo mencoba menjadi perhatian. Mau cewek ini atau itu, tidak mungkin Kuroo bisa seenaknya menyakiti perasaan seorang gadis. Walaupun dirinya suka menjadi provokator, ia akan selalu minta maaf jika kata-katanya menyakiti seseorang.
Lagi-lagi (name) mengingat jelas hal itu. Skenario yang sama terputar di otaknya dengan pria yang berbeda. Hanya kata-kata manis, ucapnya berulang kali.
"Tidak. Aku tidak apa-apa. Maaf telah membuatmu khawatir," gumam (name) yang sedang berusaha mengosongkan pikirannya tentang dia.
"Benar?" Kuroo memastikan ulang. Meskipun ia tahu bahwa setiap gadis yang mengatakan tidak sebenarnya ada sesuatu yang terjadi, ia tidak bisa menanyainya dengan santai akan masalah yang dihadapinya. Ditambah lagi, gadis di hadapannya hanya orang asing. Dan, seorang Kuroo tidak menyukai dirinya mencampuri urusan orang lain serta memilih menjaga batas.
(Name) mengangguk. "A-aku harus pergi," ujarnya sedikit gugup sebelum berbalik. "Terima kasih atas minumannya. Selamat tinggal." Sedikit berat, ia berjalan agak cepat untuk keluar dari area ramai ini dan mencari gang kecil untuk menenangkan dirinya. Tidak perlu menengok sekali lagi ke belakang, karena (name) tahu pria itu langsung pergi setelah urusannya selesai. Tetapi, (name) ragu dan memutuskan untuk menoleh ke belakang. Dan, ponselnya mendadak berdering. Cepat-cepat diambilnya benda elektronik itu dari dalam saku celananya dan mengangkat telepon.
"Halo?"
"(Name), kamu ini dimana? Sudah kucari-cari, tapi nggak ketemu."
"Hajime..."
"Ada apa lagi? Jangan bilang kau terkena masalah atau apalah itu."
"... aku ingin pulang."
"Oke. Kita ketemuan di rumahmu."
(Name) memutuskan sambungan telepon dan berjalan menuju rumahnya dengan perasaan campur aduk. Beban di hatinya kembali terangkat sebagian setelah mengetahui sahabat dari kecilnya akan menemani dirinya melewati ini semua.
"Terima kasih."
------------------------
Halo!
Liz ada info nih. Sehubungan dengan besok Liz mulai USBN, selama dua minggu ke depan nggak akan ada update cerita ini.
Jadi, jangan kangen yeee // kabur
Ups! Bonus untuk para pencinta mz Kuroo
YOU ARE READING
Something Called Trust ▪ Kuroo Tetsurou
Fanfiction"Our story started with a lie and trust." Diawali dengan membuka lembaran baru, gadis itu bertemu dengan sebuah sosok yang selalu membuatnya pusing. Buku berisi kisah hidupnya dipenuhi oleh fakta ataupun kebohongan yang sempat membuatnya depresi. Te...