"STILL NO 1"

263 33 3
                                    

ENJOY READING!
.
.
.

"YooEun!" Minji berlari kecil menghampiriku setelah kelas berakhir. Mengalungkan tangannya ke bahuku dengan wajah cantiknya.

"Kau mau makan di restoran ku? Hari ini ada menu baru disana dan khusus hari ini aku yang traktir ah ani, maksudku ibuku hehe. Bagaimana? " Aku langsung girang saat dia menyebutkan kata traktir, itu artinya aku tidak perlu membuang uang bulanan ku untuk makan.

Dengan cepat aku mengangguk sebagai jawaban.

" Akhirnya, aku bisa membeli tiket fanmeet Wanna one tanpa ada kendala. " Ucapku senang.

Jujur, aku sungguh senang saat Minju bilang ingin mentraktirku dan dia bahkan bersedia mengantar ku pulang nanti. Tetapi, kesenanganku hancur saat tahu dia--WooJin dan kawan-kawanya juga diundang dan sialnya lagi, mereka duduk di kursi yang sama denganku. Tuhan... Kenapa kau jodohkan aku dengan dia? Kenapa tidak orang lain?

"Aku pulang saja!" Belum sempat masuk aku sudah memutar tubuhku untuk kembali dan pulang. Tapi Minji langsung memegang kera bajuku dan menggeretku seperti kelinci untuk duduk di bangku yang sudah disediakan oleh bibi Minju--ibu Minji. Sial aku pasrah, makanan yang ada di depan ku melambai-lambai seakan ingin berada di mulut manis ku ini.

Aku duduk tepat didepan Woojin, mata kami saling bertatapan, tubuh kami berdua menampilkan aura negatif. Membuat Minji, Jihoon,Jaehwan Oppa dan kekasihnya Jisoo Eonnie untuk segera memakan makanannya dan pergi dari sana. Benar-benar menyeramkan.

"Jangan salah, ini karena aku kelaparan dan demi bibi Minju aku disini paham? " Aku berusaha membuka percakapan diantar mereka.

Aku tetap menatap kedua matanya yang sipit itu dan mulai memegang garpu untuk menyantap makanan dari menu terbaru restoran bintang 4 ini.

"Bukan urusanku. " balasnya singkat, padat dan jelas.

Sungguh, ini sangat canggung. Hanya mereka ber empat yang selalu berbicara tidak jelas dan melucu. Sedangkan aku? Ya aku hanya tertawa saat mendengar lelucon Jaehwan oppa yang idiot setelahnya saat aku melihat ke depan, itu langsung membuat mood ku berubah.

Aku benar-benar membencinya saat ini. Lihat lah, dia bahkan tidak berbicara apapun dan hanya memakan makanannya dengan sangat damai.

Acara makan sudah selesai, ini sudah jam sepuluh malam dan aku harus kembali belajar untuk ujian akhir semester tingkat akhir bulan depan. Aku akan mengalahkan laki-laki putih, jahat, tinggi, menggemaskan, tanpan dan mata sipit disebelahku ini. Lihat saja kau Park Woojin!

Aku dan yang lain sudah berada di depan dan akan kembali ke rumah masing-masing. Aku harus masih ada disini sampai Minji kembali dari kamar kecil. Sesekali aku melirik ke sebelah kananku, dan menghela nafas. Sampai kapan aku harus seperti ini, benar-benar memuakkan. Bahkan aku masih betah meskipun diperlakukan seperti ini, sungguh gadis yang malang bukan.

"Ayo, aku antar." Satu kalimat yang membuat aku serasa terkena serangan jantung. Mataku membulat seketika karena terkejut. Tanpa persetujuan dia langsung menggenggam tanganku dan membawaku masuk ke mobilnya dan meninggalkan Minji yang terlihat sedikit terkejut tahu bahwa aku diculik oleh makhluk tampan. Sedangkan aku hanya pasrah, jujur aku masih shock.

Saat ini, aku berada di dalam mobilnya. Ya mobil pria cuek ini. Menatapnya menyetir sangatlah menyenangkan, kira-kira sudah berapa lama aku tidak melihat dia menyetir mobil seperti ini. Sungguh tampan.

Suasana canggung menyelimuti, aku bingung harus berbicara apa padanya? Sesekali dia melihatku dan itu membuatku kikuk setengah mati. Hanya ada suara mesin menemani perjalanan pulang kami. Dengan hembusan nafas aku mulai memberanikan diri untuk berbicara.

"Sudah lama ya, aku tidak naik mobil mahal ini, aku benar-benar merindukannya" Aku tertawa garing. Dalam hati aku benar-benar berbeda. Justru saat ini aku sangat merindukannya bukan mobilnya. Rindu pelukannya saat aku sedih dan genggaman tangannya saat aku merasa kesepian tapi nyatanya? Aku hanya berbicara omong Kosong.

Perlahan- lahan, ada cairan yang menetes dari mataku. Tidak ini bukan waktunya untuk menangis, Min YooEun kau benar-benar cengeng.
Maafkan aku. " lagi-lagi Woojin mengucapkan hal yang membuatku semakin menangis. Aku hanya bisa memegangi ujung rokku kesal. Dan mendengarkan penjelasannya yang selama ini dia pendam, dan sesuatu yang tidak pernah aku ketahui.

" Saat itu, aku ingin membantumu untuk menjadi yang pertama saat ujian, tapi karena ayahku bilang akan kecewa dan mengirim ku untuk sekolah ke luar negeri jika aku tidak bisa menjadi yang Pertama. Dan tentunya aku tak ingin itu terjadi, karena aku... " mobil berhenti karena lampu merah. Dia mulai melihat ke arahku. Menggenggam tanganku sangat erat dan menatap mataku lekat seakan tak ingin aku pergi.

" Karena aku mencintaimu. " selalu seperti ini. Dia tidak pernah berbicara banyak. Tapi sekali berbicara selalu membuat hatiku berdebar-debar.

Aku mulai tersenyum dan membalas genggamannya.

" Jadi aku selalu belajar dan belajar demi dirimu. Maaf kan aku karena aku tidak bisa memperhatikan mu seperti Jihoon dan Jaehwan Hyung kepada kekasihnya. Maafkan aku karena tidak bisa menjadi lelaki seperti yang kau idam-idamkan. Aku sungguh minta maaf. Tapi perlu kau ingat aku benar-benar mencintaimu YooEun. Aku tak ingin pergi jauh darimu. Aku tak ingin pergi jika tanpamu. Aku... Aku sungguh tergila-gila padamu Min YooEun. "

Suara Woojin menjadi lebih serius dan dia benar-benar mengucapkannya dari dalam hati. Aku bisa melihatnya karena aku mempercayainya.
Aku mulai tersenyum untuknya.

"Aku memaafkanmu Woojin, tapi aku harap lain kali kau harus katakan padaku jika kau punya masalah, karena kau adalah aku dan aku adalah kau kita adalah satu, ingat itu."

Aku terus menggenggam tangannya, memberinya semangat adalah satu-satunya yang bisa kulakukan untuknya.

Lampu hijau menyala, dia kembali menyetir dan mengantar ku kembali ke rumah dengan selamat.

Kami telah sampai. Aku keluar dari pintu dan berjalan disamping Woojin yang telah menutup pintu untukku.

Berat rasanya untuk meninggalkan tempat ini. Tanganku mulai memegang wajahnya, sungguh Aku sangat merindukan wajah ini. Melihatnya sangat dekat adalah sebuah anugerah yang indah darimu, tuhan. Maafkan tadi ucapan ku yang salah dan ngelantur.

Tangan Woojin menghentikan aktivitas ku. Mata kami kembali bertemu, perlahan-lahan bibir manisnya menempel cepat di bibirku. Awalnya hanya menempel, tapi lama-kelamaan bibirnya melumat bibirku dengan kencang dan memegangi punggungku agar memper erat ciuman kami.

Kami berciuman setelah 2 bulan tidak saling menyapa. Aku benar-benar merindukan sentuhan ini, anggap saja aku mesum. Aku tidak peduli lagi, lagipula ini sudah larut malam, umurku juga sudah genap menjadi 17 tahun. Rumahku sedang sepi karena semua anggota keluargaku pulang kampung. Jadi biarkan aku dan Woojin melakukan hal yang senonoh untuk pertama kalinya di sini. Melampiaskan kerinduan yang mendalam dan membiarkan rumah sederhana ini menjadi saksi bisu perbuatan kami.

Setelah kejadian kemarin, Woojin berjanji satu hal padaku. Ia berjanji bahwa dirinya akan membantuku untuk ujian pada akhir kelas bulan depan dan membuatku masuk universitas Terbaik di Hongkong. Tentunya itu membuatku lebih bersemangat dan berusaha menggapai impianku untuk bertemu Yang-Yang, Huang Ju Jie, Li Hongyi dan idolaku lainnya di Hongkong, Ah! Maksudku impian menjadi artistik di perusahaan Game no 1 di Dunia, dan tempatnya berdiri di negara HongKong. Sebuah kehormatan jika aku benar-benar diterima. Lalu se apartemen dengan Woojin dan satu kampus dengannya. Wahhh betapa bahagianya hidupku ini tuhan... Terimakasih!

——
By : Fara Azizah
——
Thank you for sending us your amazing Imagine! We really want to appreciate it dear❤️
——
Fyi, for those who want to send us your Imagine, you can send it from Tuesday - Sunday at 6PM through our email itsmepwj@gmail.com Lets Imagine with us!
——
It's Me! Park Woojin
https://line.me/R/ti/p/%40tcy5451v

SELASAAN BARENG WOOJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang