Empat

26 5 0
                                    

Reno menoleh kaget, "Kamu serius, Dil?" tanya nya.

"Yasudah kalau kamu gamau. Aku gamaksa."

"Iya aku mau, tapi jangan aneh aneh ya."

Dila tersenyum senang. Reno menggeleng, "Untung aku syaang kamu, Dila."


**


"Jadi gimana rencana kamu, Dil?"

"Pasti mamaku bertemu nya di kafe deket sekolah Dandi." ujarku, "Jadi, kita tunggu aja disana." lanjutku.

"Oke."

Aku dan Reno duduk di salah satu meja yang dekat dengan meja mamaku dan selingkuhan nya.

"Ah, kamu harus liat selingkuhan mama ku."

"Kenapa?" tanya Reno.

"Lebih buruk dari papaku!" bisik Dila.

Reno hanya mengangguk mengerti daripada salah lagi.

"Yah, sayang nya pacar mama mu itu sedang pakai kacamata."

"Kalau kamu lihat juga tertawa, Ren."

"Kok kita bisik-bisik gini sih? Kan mama mu juga gabakalan denger, Dila." ujar Reno.

Dila menatap tajam ke arahnya, "Ish, biar seperti detektif yang di tv, Ren."

Reno yang gemas denganku hanya tertawa kecil. "Lucu banget kamu." 

"Tuh, Reno!" teriak ku yang langsung dilihat sekitar pengunjung kafe.

"Tadi yang nyuruh aku buat nggak berisik kan kamu. Tapi kamu juga yang berisik."

Aku langsung menarik pergelangan Reno untuk menyusul mereka.

"Aduh, Dila. Sabar dong." ujar Reno.

"Ayo ikutin." Ucap ku yang kini sudah berada di dalam mobil Reno.

Reno hanya menggeleng-geleng kepalanya melihat kelakuan ku.

"Sabar, Dilla." ucap Reno

"Yah, kan kita kehilangan jejak."

"Kamu sih lama, Ren." lanjut ku.

Reno hanya diam dan pandangan nya fokus lurus ke depan.

Selama perjalanan, aku dan Reno saling perang dingin. Aku bingung, salah dia dimana. Apa harus aku menegor atau minta maaf?

'Nggak, harus jual mahal jadi cewe.' ucap ku dalam hati.

Reno tidak pernah se-cuek ini. Apa dia lelah dengan ku yang tidak pernah mengperlakukan dia layaknya pacar?

Dila menghela nafas panjang dan mulai berbicara, "A.."

ucapanku di potong dengan Reno, "Aku diem karna bikin kamu sadar."

"Harusnya aku nggak selalu cuman di suruh-suruh, di marahin, di cuekin, di jutekin sama kamu, Dila."

"Aku sayang kamu, tapi kamu ga sebaliknya. Iyakan?" tanya nya lagi

Aku diam seribu bahasa.

"Kamu harusnya nggak nerima aku kalau kamu nggak bisa memperlakukan aku layaknya cowo kamu, Dila."

Reno terlihat berbeda, apa dia lelah dengan sifat ku?

Reno menghela nafas panjang dan tertunduk sesekali memenjam kan matanya, "Aku kecewa sama sifat kamu yang nggak pernah berubah, Dila."

Ucapan Reno membuat badan ku tak bergeming.

Aku hanya menundukan kepala. Ya, aku merasa bersalah dengan nya.

"Aku mohon sama kamu, Dila."

"Kalau nggak bisa memperlakukan aku layaknya cowo kamu. Setidaknya kamu hargain aku." lirih Reno.

Aku memandangi wajah marah Reno. Ya, Reno marah.

Sudah setahun hubungan ku dan Reno memang tidak ada perubahan.

"Ha ha ha. Aku bosen wajar ya? Kan bosen manusiawi."

Ucapan Reno yang terakhir sukses membuat ku menintikan air mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Broken Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang