18. Theonal & Reikal

1.2K 146 6
                                    

Voted before read ... please^^

Bad Boy or Gangster?
(Troublemaker)
By
A.N/AN

* * * * * * * * * *
Theonal & Reikal
* * * * * * * * * *

~Permusuhan adalah jalan terbaik untuk mencapai perdamaian~

—HAPPY READING—

TRISTAN memeriksa berkas-berkas penting di meja kerjanya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Namun tampaknya dia belum berniat segera mengistirahatkan diri. Lalu terdengar ketukan kecil di pintu. Tristan mengangkat sebelah alisnya.

Perlahan-lahan, pintu terbuka menampilkan sosok Milo yang tampak lebih berbeda. Entahlah. Milo terlihat lebih aneh dengan pandangan sulit diartikannya. Tristan meletakkan berkas-berkas di genggamannya.

"Ada apa?" Milo hanya terdiam setelah melangkahkan dirinya tepat di depan meja kerja Tristan. Tangannya terkepal erat. "Where is My Mom?" tanya Milo. Tristan mengernyit. Kenapa begitu mendadak Milo membahas masalah itu lagi? "Sudah kubilang, bukan? Ibumu sudah lama meninggal," jawab Tristan acuh tak acuh. Kembali melanjutkan mengecek berkas-berkasnya.

"Don't lie!" Milo menggebrak meja kerja Tristan. Membuat sebagian kertas-kertas di meja Tristan berhamburan. Tristan menggeram dan berdiri. "Apa maksudmu?" tanyanya tajam. "Katakan yang sebenarnya!" tuntut Milo. Semuanya begitu cepat saat Tristan melayangkan sebuah tamparan ke pipi Milo sehingga membuat sudut bibir Milo robek dan mengeluarkan darah.

"Keluar!" geramnya menahan amarah. Milo hanya menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. "Jangan salahkan aku jika semua ini terjadi." Usai mengatakan itu, Milo pergi. Benar-benar pergi dan membanting keras pintu bercat putih gading itu. Tristan memijit pelipisnya. Milo bertingkah aneh sekarang.

Tidak lama, sebuah gebrakan cukup keras menyambut pendengar Tristan. Pelakunya tak lain adalah Elios. Tristan mendengus. Tadi Milo, sekarang Elios. "Kenapa?" tanya Tristan datar. Elios maju dengan ekspresi yang sulit diartikan. Membuat Tristan merasa deja vu.

"Siapa orang itu?" Tristan memijit pelipisnya. Ini sungguh melelahkan. "Siapa orang yang ingin kau bunuh waktu itu?" Tristan tidak bodoh mengartikan pertanyaan Elios. Hanya saja dia masih ragu untuk mengatakan kebenarannya. "Jawab aku!"

Tristan menggeram dan menendang meja kerjanya hingga bergeser. "Jangan terus bertanya padaku!" kesalnya. Elios hanya menatap datar dan membawa kakinya menuju sofa dan mendudukkan diri di sana. Tangannya dia silangkan di depan dada. "Kau bisa jelaskan sekarang."

Tristan menyerah. Dia duduk di kursinya kembali. "Kuharap, kau dapat menerima kebenaran ini," ucap Tristan memulai. Sedangkan Elios diam mendengarkan. "Orang itu ... tidak lain dan tidak bukan adalah kaki tanganku sendiri. Arka Reikal. Ayah Azka Reikal." Elios cukup terkejut mendengar ucapan Tristan. Tapi dia mampu menyembunyikan keterkejutannya itu.

"Kenapa bisa?" Tristan menatap sejenak ke arah Elios sebelum kembali fokus ke berkas-berkasnya. "Tentu kekuasaan dan uang. Apalagi?" Elios menggeleng. "Tentu bukan hanya itu?" Tristan terpaksa menghentikan kegiatannya. Lalu melipat kedua tangannya di dada. "Pikirkanlah. Apa yang dia inginkan selain menduduki kekuasaan tertinggi seorang Theonal? Hanya saja, dia terlalu bodoh untuk mengkhianati Theonal. Sehingga mengantarkan dirinya pada kehancuran."

𝐁𝐚𝐝 𝐁𝐨𝐲 𝐨𝐫 𝐆𝐚𝐧𝐠𝐬𝐭𝐞𝐫? ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang