20. Pergilah, Aku Lelah

1.4K 142 3
                                    

Voted before read ... please^^

Song: Never Enough-Loren Allred

Bad Boy or Gangster?
(Troublemaker)
By
A.N/AN

* * * * * * * * * * *
Go away, I'm Tired
* * * * * * * * * * *

~Sudah cukup mempermainkanku. Pergilah, aku sudah lelah menghadapimu. Jangan kembali, aku takut tidak akan melupakanmu seperti kamu melupakanku~

—HAPPY READING—

TERLIHAT Elios dan Milo baru saja keluar dari mobil dan langsung menuju ke dalam mansion mereka. Elios menggelengkan kepalanya melihat keadaan Milo dengan noda darah yang sudah mengering.

"Mandi dan tidurlah," ucap Elios sambil berlalu meninggalkan Milo. Dia berniat untuk mengunjungi ruang kerja Tristan untuk memberikan informasi yang di dapatkannya.

Elios mengetuk pintu bercat putih gading itu. Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Tanpa menunggu jawaban dari dalam, Elios memutar kenop dan memasuki ruangan Tristan. Dilihatnya Tristan sedang berdiri menghadap ke arah luar kaca. Memandangi indahnya kota Jakarta saat malam hari.

"Apa yang kau dapatkan?" ucap Tristan tanpa repot membalikkan tubuhnya. Elios menduduki salah satu sofa yang berada di dalam ruangan itu. "Seperti dugaanmu, Travis melakukan kecurangan." Tristan membalikkan badannya menatap ke arah Elios. "Bagaimana dengan Lessio?" tanya Tristan.

"Dia sudah mati." Tristan hanya terdiam. Beberapa menit hanya tercipta sebuah keheningan. Elios memutuskan untuk pergi dan membersihkan diri. Namun Tristan mencegahnya. "Sebenarnya masalah ini sudah lama. Hanya saja seperti aku perlu meminta pendapatmu." Elios menaikkan sebelah alisnya.

"Travis waktu itu menawarkan untuk menjodohkan putrinya dengan dirimu." Elios menatap datar Tristan yang juga menatap datar ke arahnya. "Kau tau jawabanku." Tristan menaikkan sebelah alisnya. "Bukankah kau ingin menjauhi Elif? Lantas kenapa?" Elios berdiri dan berbalik menuju arah pintu bercat putih gading itu.

Langkah Elios terhenti di depan pintu dan tangannya menyentuh kenop pintu. "Aku melakukan apa yang kuinginkan. Bukan apa yang kalian inginkan." Kurang ajar memang, namun begitulah cara Elios memperingati orang lain untuk tidak ikut campur ke dalam masalah kehidupannya.

Tristan menghela napas. "Mulutmu hanya berkata. Namun hatimu tidak bisa berbohong. Kau masih terus mencintainya, Elios. Akuilah." Tristan terkekeh pelan dan kembali memandang ke arah luar kaca. "Jika aku mati nanti, maka kaulah satu-satunya penerusku. Kaulah satu-satunya yang akan menanggung dosa ini."

Elios dibalik pintu hanya bisa mengepalkan tangannya erat-erat saat mendengar ucapan Tristan. "Benar. Kau benar, aku mencintainya." Elios kembali melangkahkan kakinya menjauhi pintu bercat putih gading itu. Bukannya berniat membohongi diri sendiri, Elios hanya tidak ingin Elif terluka. Orang yang dicintainya terluka karenanya. Namun dia hanya tidak sadar, rasa itu sudah terlalu sulit untuk dihilangkan. Dia bahkan tau, berjauhan dengan Elif saja sudah membuatnya merindu.

Elios sampai di kamarnya. Sedikit terdiam di pintu dan beberapa detik selanjutnya baru memutar kenop pintu. Elios memasang wajah datar melihat ada sesuatu di kamarnya. Tak lain dan tak bukan adalah sosok tubuh Milo yang sedang berbaring di kasur empuk milik Elios. Milo nampaknya sudah membersihkan diri. "Siapa yang menyuruhmu ke sini?" tanya Elios datar.

𝐁𝐚𝐝 𝐁𝐨𝐲 𝐨𝐫 𝐆𝐚𝐧𝐠𝐬𝐭𝐞𝐫? ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang