1

33 4 2
                                    

Tangan putih mulus itu menyendokkan selai coklat kemudian mengoleskannya di roti tawar dengan ngasal yang penting isi. Sama sekali tidak tertata, tanda si pengoles sedang tergesa-gesa. "Maaaa! Mara cepet-cepetan nih, enggak usah di buatin sandwich lagi. Nanti Mara jajan di kantin aja, ya Ma." Teriak Mara dari ruang keluarga. Mamanya sedang berada di dapur menyiapkan bekal untuk putri tercintanya.

"Enggak, sayang. Pokoknya kamu harus bawa bekal dari rumah. Terakhir kali kamu masuk rumah sakit gara-gara apa, hayo??"

"Maaaa itu kan karena kondisi Mara memang lagi ngedrop. Kemarin-kemarinnya juga biasa aja jajan di kantin. Udah ya, Ma. Mara berangkat." Diambilnya tas ransel berwarna cream tersebut dan ditenggerkannya asal di bahunya yang kurus. Sambil memegang roti tawar di tangan kanan, tangan kirinya membawa tas laptop.

"Sayang, tunggu mama! Ini lagi bentar aja." Teriak ibu Mara dari dapur.

Mara menghentikan langkahnya menuju pintu rumah. Walaupun setelat apapun, ia tetap tidak bisa tidak mengacuhkan ibunya apalagi tidak menghargai apa yang ibunya telah lakukan untuknya. Contohnya saat ini. Saat ibunya sudah susah payah membuatkan bekal untuknya. "Ma, cepet Ma. Nanti Mara ketinggalan bus nih."

Ibunya datang dari arah dapur dengan membawa sekotak sandwich dan langsung menaruhnya di dalam tas gendong Mara. "Sudah, kamu hati-hati ya, jangan ketiduran lagi di bus." Mara menyalim tangan ibunya dan mencium sekilas pipi ibunya.

"Mara berangkat ma."

Gadis itu berlari dengan cepat ke luar kompleks rumahnya. Untung saja halte disana dekat dengan gerbang kompleks sehingga Mara tidak terlalu capek untuk mengejar keterlambatannya. 4 menit kemudian bus dengan rute ke SMA Pelita Bangsa tiba. Mara langsung naik dan mengambil tempat duduk disudut depan. Dia menyukai tempat duduk di bagian depan karena tidak perlu memperhatikan semua pengunjung yang ada di dalam bus. Di ambilnya earphone dari dalam tas dan dipakainya untuk mendengar lagu-lagu. Untuk mengantisipasi ketiduran di dalam bus, ia juga membawa sebuah novel romantis. Dan dimulailah dunia Mara-ditemani sebuah novel dan lagu-lagu romantis-tanpa berniat untuk mempedulikan sekeliling.

15 menit kemudian Mara sudah tiba di depan halte di samping sekolahnya. Karena saking asyiknya membaca novel, ia hampir saja kelewatan. Dengan tergesa-gesa ia menekan tombol di sampingnya untuk memberitahu kepada sopir untuk berhenti. Diambilnya ponsel dan laptopnya kemudian gadis itu bergegas keluar menuju gerbang SMA Pelita bangsa.

***

Gue ngantuk! Dan gue mau tidur! Hanya dua kalimat itu yang terngiang-ngiang terus di dalam kepala Garga. Anak kuliahan semester 4 yang mengambil jurusan teknik. Semalam ia begadang menyelesaikan satu desain untuk dikumpulkan ke dosennya hari ini. Tugas sialan yang mengambil jatah tidur gue. Rutuknya dalam hati.

Alarm ponselnya sudah daritadi berbunyi, tetapi selalu ia snooze dan akan berbunyi tiap 5 menit sekali. Sampai akhrnya jam menunjukkan pukul 6 pagi. Garga hanya dapat memejamkan mata selama 2 dua jam karena tugasnya baru kelar jam 4 pagi. Ia menendang selimutnya hingga terjatuh ke lantai dan membuka botol tupperwarenya. Meneguk habis air di dalamnya dan melesat menuju kamar mandi. Tidak sampai 10 menit, Garga sudah selesai melukan ritual paginya di kamar mandi dan keluar dengan wajah segar walau kantung mata masih ada di wajahnya. Seenggaknya lebih segar daripada tadi.

Ia memasukkan laptopnya ke dalam ransel dan mengambil jaket. Hari ini ia harus lebih pagi ke kampus karena naik bus umum. Mobilnya rusak dua hari lalu dan masih masuk bengkel. Sedangkan semua temannya tak ada yang sudi menjemputnya dengan alasan "Gue mau ngajak gebetan gue ke kampus. Lo mau jadi obat nyamuk?"

Dasar teman-teman laknat. Disaat perlu aja sama gue, baru deh senyum manis. Garga mendecak sebal. Ia menyisir rambutnya asal-asalan dengan jari-jari tangannya dan segera keluar dari kamar kostnya.

Sudah 15 menit ia menunggu, kemunculan bus yang ia nantikan akhirnya datang. Ia segera masuk ke dalam bus dan memilih untuk duduk di bangku paling belakang. Garga tidak senang dirinya di lihat banyak orang, lebih baik dia yang melihat sekeliling. Bus pun kembali melakukan perjalanan.

***

Bus berhenti pada halte selanjutnya, dimana seorang gadis cantik naik dan langsung memilih kursi terdepan padahal masih banyak ada kursi penumpang di sana. Gadis yang dilihat Garga itu langsung menjatuhkan pantatnya dan mengambil sebuah earphone berwarna merah dan sebuah novel romance dilihat dari sampulnya. Gadis itu larut di dunia yang ia ciptakan sendiri tanpa peduli dengan penumpang-penumpang yang masuk dan duduk di sekitar gadis itu. Bahkan ada anak kecil yang memain-mainkan bahunya dari belakang, gadis itu tetep bergeming tengah menikmati novel dan lagu yang sedang ia dengar.

Ada hal aneh yang mengusik hati Garga saat melihat gadis cantik itu. Matanya yang bulat dan indah serta gerak geriknya yang terkesan santai dan cuek. Tanpa sadar Garga tersenyum. Ada untungnya juga gue naik bus. Bisa ngeliat cewek SMA cantik. Pikirnya nakal, sewajarnya cowok muda yang mendambakan cinta.

Selama 15 menit, Garga cukup puas memperhatikan kegiatan yang gadis itu lakukan dari mendengarkan music hingga membalikkan halaman demi halaman novel yang tengah dibacanya. Ia melihat gadis itu tersentak kaget dan segera menekan tombol di sampingnya agar sopir bus berhenti. Diambilnya tas laptop yang terletak di samping kaki gadis itu. Kemudian ia segera keluar dari bus menuju gerbang sekolahnya.

Garga memperhatikan semuanya. Sampai matanya tertuju pada sebuah novel yang tergeletak di dekat kursi gadis tadi. Garga memungutnya sebelum penumpang lain yang mengambil. Dibukanya halaman pertama dari novel berjudul Embrace tersebut.

Marankanika Sadewi Kusumadirta.

Seulas senyum tertarik di bibir Garga.

***

Pertemuan yang tanpa disadari oleh kedua insan akan menjadi sebuah hal yang mengubah dunia mereka berdua. Pertemuan kecil dan singkat yang mampu menjungkirbalikkan perasaan mereka berdua. Pertemuan dimana Garga yang duduk dibelakang karena lebih baik melihat daripada dilihat, dan Maranka yang memilih duduk di depan karena lebih baik tidak melihat orang-orang yang tidak penting baginya.

***

Denpasar, 27 Maret 2018

30 Minute, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang