Kebencian. Manusia yang sudah membenci akan semakin dikuasai oleh rasa kebencian itu... semakin dalam... dan semakin dalam. Hingga hatinya menjadi hitam pekat seperti gelapnya kegelapan yang mengerikan.
---
Cintaku... temanku...
Hampir semua sudah dirusaknya! Mizuki sempat menjauhiku karena kejadian itu. Dia telah melukaiku terlalu banyak. Setiap hari pun dengan sikapnya itu, dia seperti menusukku dengan pisau yang tajam. Sangat menyakitkan. Dia memang menolaknya, tetapi mungkin itu hanya untuk membuatku semakin cemburu. Mungkin dia tidak suka padaku sejak awal.Sekarang aku mengerti, lebih baik aku juga ikut meninggalkannya! Lagipula, apa untungnya bagiku? Berteman dengannya hanya akan membuatku semakin menyedihkan dan merugikanku. Mizuki juga sudah tidak mau berteman dengannya! Aku akan menjauhinya dan merasakan bagaimana rasanya tidak dianggap seperti saat di kantin!
Keesokan harinya, aku bergabung dengan Mizuki. Ya, kurasa keputusanku ini adalah yang terbaik. Kubiarkan saja mereka bicara sepuasnya, toh ,siapa peduli? Saat istirahat, aku mengobrol dengan teman-teman Mizuki dengan serunya, membicarakan hal-hal baru yang menyenangkan bagiku. Ya, dibandingkan melihat Hinami bersama Junya. Setiap hari kulewati hari bersama teman-teman Mizuki hingga kumulai mengenal mereka satu persatu. Tsubami, cewek kedua selain aku yang adalah gadis yang pandai, lugu, dan suka membaca buku itu, sangat membantu dalam mengerjakan PR dan dia sudah memiliki pacar, namanya Kirishima Kagayaki. Kimizaki, anak yang suka bergurau dan membully anak yang lemah di kelas, ternyata bukan orang yang sejahat itu. Dan Hanamiya, dapat dibilang cukup populer dalam kalangan anak cewek namun sering sekali tertimpa masalah, dapat dikatakan Hanamiya adalah tipe orang yang suka mencari masalah. Kami pun menjadi semakin dekat...
"Kamu temannya Hinami, kan?" Kimizaki bertanya sambil tertawa pelan.
"Hinami? Si yang katanya pernah melakukan itu?" Hanamiya bertanya dengan wajah meledek.
"Iya. Dia pernah mencuri di toko kosmetik, kan? Haha, sampai segitunya ya dia ingin tampil cantik! Manis sih, tapi aslinya palsu!" Ledek Kimizaki sambil tertawa puas.
"A-aku... juga tidak menyukainya. Sejak awal, tingkahnya yang sok baik itu... seolah ingin mencari perhatian," Tsubami menambahkan.
"Dia sekarang sedang diincar Junya, lho! Dasar cewek gatel! " Mizuki mengungkapkan kekesalannya terhadap Hinami.
Ternyata... Hinami memang tidak disukai ya. Mungkin karena sifatnya itu. Orang seperti itu... pantas mendapatkannya bukan?
Sejak hari itu, aku mendengar gossip itu dari berbagai penjuru. Selama ini, aku yang tidak menyadarinya. Bahwa, Hinami adalah gadis yang tidak sebaik yang kupikirkan.---
Sepulang sekolah, aku pergi melewati kantin. Hinami yang seharusnya sudah pulang, berada di situ! Dan lagi, ia bersama Junya. Mereka berpegangan tangan dengan eratnya. Terlihat sangat mesra. Aku masih cemburu, karena perasaanku tetaplah sama. Aku mencintai Junya. Melihat pemandangan seperti itu, aku ingin segera pulang.
Saat aku hendak keluar gerbang sekolah, Hinami bertemu denganku.
Tatapannya yang kosong menatapku dengan penuh kebencian. Dia terhenti. Aku tidak hendak menyapanya, namun dia mengajakku bicara."Hana. Kemana saja kau?" Tanyanya dengan tatapan yang kosong.
"..."
"Kenapa, Hana? Kau mulai menjauhiku. Apa karena Junya? Atau karena bujukan Mizuki yang sudah membenciku?" Hinami masih berbicara dalam tatapannya yang kosong.
"Ya. Aku tidak suka...." belum selesai aku menyampaikannya, dia memotong pembicaraanku.
"Hana, aku sudah berpacaran dengan Junya. Kau menyukainya, kan? Kalau begitu, rebutlah daripadaku, Hana!"
"Bicara apa kau?"
"Aku tau, kau menyukai Junya. Tidak perlu ditutupi lagi, Hana. Aku tahu seperti apa dirimu."
"Hinami? Apa yang sedang kau bicarakan? Apa maksudmu?!"
"Sosok yang menjadi panutan sepertimu pasti dapat dengan mudah mendapatkannya! Kalau begitu, buktikan, HANA!"
Dalam sekejap, ekspresi Hana berubah menjadi sangat mengerikan. Ia menyeringai bagai anjing gila yang akan menerkam mangsanya. Matanya yang berbinar itu memudar dan pupilnya menjadi berwarna hitam pekat kosong. Ia membelalakkan matanya hingga urat matanya terlihat jelas di tepiannya.
"Cukup. Hinami, AKU AKAN MEMBUKTIKANNYA! HAHAHA! Manusia rendah sepertimu takkan bisa menyaingiku! Aku penasaran dibalik wajahmu, aslinya seperti apa ya?"
"APA?!" Hinami terbelalak kaget dan hatinya bergejolak penuh amarah.
Pupil matanya menatap ke arahku dengan penuh kemarahan."Wajahmu itu palsu, kan? Demi kecantikan, apa perlu menutupimya dengan make-up setebal itu? Lagipula hasil curian itu parah, tahu! Oh, Hinami operasi plastik, ya kan? Ya kan?"
"..."
"Apa kamu tidak malu dengan wajah itu? Memakai baju yang sok modis itu menjijikan, tahu!"
"GADIS INI...sudah gila, ya?" Begitulah yang terlintas dalam benak Hinami.
Keringatnya mengucur dengan begitu deras karena hatinya yang panas. Hinami segera pergi dengan emosi yang bergejolak mendengar perkataan Hana.
Hana... cintanya yang dirusak oleh orang yang memiliki hati yang picik...
Membuat hati Hana juga ikut berubah...
Menjadi sosok yang lebih mengerikan...
Hana, gadis yang dikenal sebagai sosok yang penuh semangat itu bukan lagi seorang Hana. Hatinya... yang sudah menjadi hitam pekat, telah mengubahnya menjadi seorang gadis yang mengerikan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A Girl Who Loves A Boy So Much
HorrorA girl obsessed with a boy and very in love with him. It makes her personality changed into a horrifying character and turns her into a psychotic girl. Nobody can stop her to protect her love!