Chapter 8 - Killer Instinct

4 0 0
                                    

Ketsueki Hana...
Gadis yang kini selalu sendirian...
Tatapannya yang hanya fokus pada seseorang...
Tentunya kamu tahu, kan?
Benar, Junya.
Di kelas, di kantin, bahkan saat pulang sekolah pun Hana selalu menatap Junya.
Tatapannya yang penuh cinta yang tak berdasar itu... entah perasaan cinta atau mungkin memang sudah gila...
Tak ada yang dapat mengetahuinya, kecuali dirinya sendiri.
Sahabat...sudah hilang satu persatu tanpa jejak.
Mizuki... Hanamiya... Kimizaki... Tsubami... telah pergi meninggalkan gadis yang menyedihkan ini.
Bukannya berkhianat, tetapi Hana sendirilah yang tak peduli dengan keberadaan mereka.
Semua perhatian Hana hanya tertuju padanya... Junya...

---

Aku melihatnya dari kejauhan. Sosoknya yang begitu menawan, takkan berubah di mataku! Lihat saja tatapan matanya yang tajam itu, bibirnya yang seksi, hidungnya yang mancung, sangat kusukai. Semua bagian darinya adalah separuh dari hatiku! Di kelas, ku melihat dirinya yang fokus mendengarkan guru, sangat tampan. Tak peduli dengan penjelasan guru, hanya Junyalah yang menjadi pusat perhatianku. Saat di kantin, dirinya yang sedang makan itu juga tampan. Walau ia tidak sendirian, sih. Menurutku, sebelahnya itu adalah wanita parasit pengganggu.

"Wanita bengkok itu tak pantas bersama pangeranku"

Kumelihat saat dia pulang sekolah... ia mengendarai motor merah yang sangat cocok untuknya. Aku terkadang mengikutinya ke rumah. Gampang saja, karena aku juga dapat mengendarai sepeda dengan cepat! Kutemukkan bahwa alamat rumahnya adalah di Broussle Street A 97. Tentu saja aku membututinya tanpa sepengetahuan darinya. Kulihat, rumahnya yang tak pernah dikunjungi siapapun itu, begitu sepi. Aku tak pernah melihat orang tua ataupun saudara dari Junya. Seringkali kuintip dari jendela di belakang rumahnya. Letak jendela itu sangat strategis untuk memantau Junya yang beraktivitas di ruang tamu bahkan kamarnya terlihat sangat jelas dari sini!
Sayangnya, kamar mandinya berada di ruang yang tidak dapat dilihat dari jendela manapun. Hanya dengan mengintipnya seperti itu pun hatiku berdegup sangat kencang hingga terasa mau copot. Untung saja dia tak pernah memergokiku saat aku sedang mengintip semua aktivitasnya.

---

Hal ini kulakukan setiap hari tanpa membuatku jenuh bahkan aku merasa ini seperti makanan yang membuat energi ku kembali terisi setiap kali aku melihatnya. Bahkan aku yang dapat dibilang cukup ambisius ini, sudah tidak peduli dengan nilai. CINTA INI HARUS KUDAPATKAN, begitulah pikirku. Hasrat yang tertimbun sejak dulu ini, sudah direbut oleh mantan sahabatku ini, Si Wanita Make Up.

Hinami... Hinami...

Bagaimana cowok idaman seperti Junya jatuh padanya?

"Junya yang bodoh jatuh pada wanita yang salah, " pikirku saat masih melihat Junya yang sedang menonton TV di ruang tamu.

Aku melihat sosoknya yang begitu fokus pada channel tv favoritnya itu, "BlooreTV". Sangat membuat hatiku senang. Hingga...

Hinami. Ia DATANG KE RUMAH JUNYA!

"Junya! Pacarmu ini di depan rumah, tolong bukakan pintunya," teriak si Pesolek Hinami memanggil Junya.

Junya yang sedang asik menonton channel TV favoritnya itu pun langsung tertegun kaget.

"Dasar wanita pengganggu," pikirku dalam hati.

Junya pun segera ke arah pintu depan. Membukakan pintu untuk menyambut pacar barunya itu yang sedang menjadi tamu atau bisa dibilang sedang apel.
Mereka berbincang di ruang tamu sambil menonton film romantis dan bukan di channel "BlooreTV" kesukaan Junya. Mereka terlihat sangat mesra, saling berbagi popcorn yang entah muncul darimana.

Melihatnya pun ku ingin MUNTAH tepat di wajah nya. Wajah si wanita penggoda membuatku muak...

Kulihat Hinami yang memeluk Junya begitu erat, membuatku begitu semakin iri. Tangan Hinami yang mulai memegang tangan Junya, hingga waktu itu...

Kulihat mereka berciuman.

---

Wajahnya mulai memerah dan pucat. Matanya yang hitam itu semakin menjadi pekat dan pupilnya semakin kecil. Keringat di wajahnya yang bercucuran, entah menandakan dirinya yang sedang marah atau sedang malu.
Yang sudah pasti dapat terlihat di wajahnya yang sudah tak tahan lagi.

Matanya terbelalak menahan tangis dan amarah. Sungguh mengerikan. Terlihat urat matanya yg merah di sekitar pupilnya yg kecil. Hana pun segera pulang ke rumahnya.

"CTAANG!"

Terdengar bunyi dari halaman samping rumah Junya. Ya, suara Hana yang tidak sengaja menyenggol gagang pintu septictank yang berada tepat di atas halaman berumput tepat di samping halaman Junya. Suara itu cukup keras untuk membuat pasangan yang sedang bercumbu itu menengok ke arah jendela tempat Hana mengintip mereka berdua.

Hana pun panik. Halaman samping rumah Junya, sangatlah kosong tanpa semak belukar. Hanya ada satu pohon yang dapat dibilang cukup untuk seorang Hana bersembunyi. Perlahan-lahan Hana melangkah sambil merunduk ke arah pohon besar itu. "SRAAK... SRAAK." Begitulah suara rumput di halaman setiap kali Hana menginjaknya.

Junya pun berjalan ke arah jendela tepat di seberang pohon besar itu. Hinami hanya menatap dari jauh memastikan apa yang membuat kegaduhan. Sampailah Junya di jendela dan segera ia melihat sekitar.

KOSONG.

Dirinya yang tidak percaya itu pun membuka jendelanya untuk memastikan apakah yang dilihatnya benar. Junya kembali menuju ke ruang tamu setelah tahu bahwa halamannya memang kosong. "Aneh..."ucap Junya pelan.

Hana yang berhasil bersembunyi di balik pohon itu terengah-engah setelah menahan napas cukup lama. Detak jantungnya masih berdegup sangat cepat. Dirinya yang hampir mati itu langsung berjalan keluar sambil merunduk. Kali ini tentunya lebih berhati-hati. Ia pun segera pulang ke rumahnya.

---

ARGGHHH!!!
Hati nya sudah terbakar bagai boneka yang sudah ditusuk ribuan kali oleh paku-paku itu.

KUBUNUH KAU HINAMI! KUBUNUH KAU!

AHAHAHAHA!!!

Hana pun tertawa seperti orang gila.

"Hana, bisakah kamu tolong berhenti tertawa dan turun ke bawah segera untuk makan malam! Ini sudah jam berapa?" Teriak ibu Hana memanggil Hana untuk segera turun ke bawah.

"Auntie, bukankah auntie selalu pulang larut malam? Ini kan baru jam 8 malam. Lagian, percuma kakak itu kan memang gila tau! Haha!" ledek sepupu Hana, Mike.

"Eh, kamu jangan kurang ajar sama kak Hana. Bagaimana pun dia lebih tua dari kamu. Sudah ayo makan, mungkin kak Hana akan turun sendiri," balas Ibu Hana dengan raut wajah pucat.

...
HAHAHAHAHA!!
...

Hana yang telah melihat kejadian yang semestinya tidak ia lihat membuat ia kini menjadi hilang akal. Hana pun tertawa selama hampir satu jam. Tak ada satupun yang dapat menghentikannya di kamar yang yang ia kunci...

Beberapa kali ia ucapkan, KUBUNUH KAU HINAMI!

Suara tawa Hana menggema ke seluruh penjuru rumah seolah ingin memecahkan semua kaca yang ada.

---


A Girl Who Loves A Boy So MuchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang