1. Ketika kita bertemu

50 15 10
                                    


Flashback on:

Author Pov:

Khanzara Saina Ulfadzah, si manis kolong jembatan. Eh? Gembel kali ah.

Perempuan berdarah sunda yang akrab disapa Ara ini adalah sosok perempuan yang hangat, ceria, humoris dan konyol.
Hidup sebagai seseorang yang bisa  dikatakan Supel dalam bergaul, tak heran jika dia mempunyai banyak teman dari berbagai jenis kalangan.

Meskipun banyak, namun ia merasa tak ada yang benar² mengerti akan perasaan gadis kecil tersebut.

Dia bukan berasal dari keluarga konglomerat ataupun pejabat, melainkan hanya perempuan yang terlahir dari keluarga kecil yang sederhana tapi hangat.

Dia tinggal di pedesaan asri di daerah Bandung, Jawa Barat. Desa tersebut memang jauh dari pusat kota, namun parasnya yang cantik dan manis bisa menyaingi cantiknya wajah gadis Ibukota.


Ara percaya bahwa bahagia itu ada.

°°°°°

Dia, Alfarendra Aldriansyah.

Pria manis nan tampan tapi sedikit menutup diri dari orang lain tersebut, terlahir dari keluarga kaya raya, bisa dikatakan serba berkecukupan dari segi finansial. Ayahnya seorang perwira polisi, dan ibunya menjalankan bisnis kuliner yang besar dan tersebar hampir di seluruh penjuru indonesia.

Dia tinggal di sebuah kompleks perumahan di sebuah desa asri di Bandung, Jawa Barat. Kompleks tersebut bisa dikatakan "tempatnya orang² kaya" .

Namun, hidup dalam kemewahan tidak membuatnya bahagia, tak ada seorang pun teman yang benar-benar memahaminya. Kasih sayang dan perhatian orangtua nya yang sibuk berkutik dengan karirnya masing-masing selalu ia nantikan.

Seringkali hatinya menangis melihat seorang anak yang bisa tertawa bahagia bersama orangtua mereka. Dia benar-benar kesepian, sungguh kesepian. Dia butuh seorang teman yang bisa membuat hari-harinya bewarna dan bisa memahaminya. Dia membutuhkannya. Sangat.

Hadirkan satu teman untukku , batinnya setiap malam.

°°°°°

Hari itu Ara merasa bosan dengan kegiatannya dan memutuskan untuk berjalan-jalan ke sebuah pusat perbelanjaan yang tak jauh dari tempatnya tinggal. Dia hendak mengunjungi Griya. Meski berada di Desa namun Department Store bernama Griya tersebut cukup besar dan lengkap tak kalah jika disandingkan dengan Department store yang ada di kota diluaran sana. Di dalam Griya ini terdapat beberapa fasilitas seperti Supermarket, Fashion collection, Karaoke, Timezone, KfC, McDonald dan ice cream store.

Dia berjalan kaki menuju Griya, sambil berkeliling menikmati udara asri kala itu.

Namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat ia melewati rumah besar nan mewah dengan dominasi warna putih abu yang menambah kesan minimalis hunian bak istana tersebut, memang di kompleks tersebut rumahnya besar-besar dan juga indah. tapi yang ia lihat saat ini adalah yang terbesar yang pernah ia lihat, lama ia menatap rumah tersebut, semenit... dua menit.. lima menit.. sepuluh menit...

tiba-tiba...

"Duggg"  lamunannya buyar ketika ada bola melayang tepat mengenai kepalanya. ia terkejut dan merasakan pusing di kepalanya

"Aduh, sakit banget ih kepala Ara bisa-bisa Anemia nih, lagian siapa coba nendang bola sembarangan" oceh gadis manis itu.

Sambil mengusap kepalanya yang sakit ia mengamati sekitarnya melihat si empunya bola tapi tak ada seorang pun disana,karena tidak mau berlama-lama akhirnya ia pun berniat untuk melempar bola itu ke sembarang saja. dalam hati ia mengumpati orang yang tega membuat moodnya rusak hari ini.

"Nyebelin banget sih, masa bola bisa terbang sendiri. Hantu sekarang mah mainannya bola ih" omelnya sambil hendak melempar bola tersebut.

Namun tiba-tiba ia merasakan ada yang menahan tangannya, ia pun menoleh.

Tetetetewwww....

ia bahkan tak mengedipkan matanya melihat makhluk yang nyaris sempurna sedang memegang tangannya .

"Hei, jangan dibuang bolanya itu bola punya gue, eh punya saya maksudnya. Saya minta maaf banget ya kalo bolanya kena kepala kamu" ucapnya melembut terdengar kekhawatiran dari pria berlesung pipi tersebut.

Kemudian ia mengangkat tangannya dan mengusap kepala perempuan itu.

"Yaampun maaf banget nya. Saya teh gak sengaja"sesalnya lagi dan lagi.

Spontan gadis itu membelalakkan matanya karena perlakuan pria di hadapannya itu. Bagaimana tidak? Kenal juga nggak udah kayak gitu. Lebay banget. Tak tahan dengan kelakuan pria itu langsung saja dia menurunkan tangan laki-laki tersebut dari atas kepalanya.

"Ni cowok apaan coba, kenal juga nggak udah main ngelus-ngelus aja. Dikira Ara teh cewek apaan coba. Untung kasep, eh? Yaallah ngucap ra"batin gadis tersebut.

NB: Kasep is meaning Ganteng, Tampan, dan sejenisnya :)


Oh iya, betewe gimana ceritanya ?
Vomment dan sarannya ditunggu yaa (:

fArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang