Irene POV
Lidahku kelu dan kakiku terasa seperti melayang. Aku tak tahu apa yang aku rasakan saat ini. Ini sangat aneh.
Kedua mata beriris hitam itu masih menatapku lekat. Akhu hanya diam tidak bergeming. Aku merasa seperti tersengat listrik. Tidak. Ini tidak benar. Aku tidak boleh seperti ini. Ini salah. Sadarlah Bae Irene!
"Irene, jangan ucapkan kata seperti itu. Aku merasa nyaman saat kita dekat seperti ini. Dan kurasa aku tidak siap untuk mejauh darimu untuk saat ini." perkataan itu keluar begitu saja dari mulutnya.
Aku takut.
Ini tidak benar.
Tidak seharusnya aku seperti ini.
Tidak seharusnya aku sejauh ini."S-Sebaiknya kita tidak seperti ini."
Aku berlari meninggalkannya. Kurasa sebaiknya aku pulang sendiri saja. Beruntung ada taksi yang lewat. Sesegera mungkin aku pulang itu akan semakin baik.Aku tidak bodoh untuk tidak menyadari perasaanku. Tidak kupungkiri aku memang menyukainya. Aku hanya tidak mau ini semakin dalam. Bagiku semua ini akan berujung pada kesia-siaan. Lebih baik aku menjauh dan menghapus perasaanku sebelum semua semakin dalam.
Kalian boleh berkata aku berlebihan atau terlalu dramatis. Aku akan terima itu. Tapi memang ini aku. Aku tidak mau atau lebih tepatnya tidak berani untuk mencintai seseorang. Ketakutanku hanya satu. Aku takut disakiti. Bilanglah aku pengecut. Aku juga akan terima itu. Karena menurutku, cinta hanya akan berujung pada penghianatan. Aku sudah tau rasanya. Dan aku tidak mau mencobanya lagi. Lebih baik aku menghapus perasaan bodoh ini sebelum semua semakin dalam.
"Nona, sudah sampai." ujar sopir taksi ini. Aku sedikit tersentak kaget dan dengan segera memberikan uang padanya.
"Terima kasih, pak." Aku tersenyum kecil.
Akupun memasuki rumahku dan segera naik ke lantai atas menuju kamarku. Aku teringat akan ponselku yang kehabisan daya. Akupun mengecasnya.
Mandi membuatku lebih tenang. Wangi strawberry dari shampooku ini cukup membuatku rileks. Aku mengistirahatkan badanku di ranjang. Tanpa aku sadari, aku terlelap begitu saja.
----IMMATURE----
Author POV
Setelah kejadian di waktu itu, Irene dan Suho sudah semakin menjauh. Bahkan mereka tidak pernah bertemu. Irene kembali menghabiskan waktunya dengan Seulgi dan Sehun, sahabatnya.
Mereka bertiga tengah berada di lapangan sekolah. Sehun dan Irene sibuk mempraktikan trik-trik baru sedangkan Seulgi duduk dan sibuk membaca novel.
"Tidak seperti itu, Irene. Lihat aku." Sehun memperagakan gerakan yang benar pada Irene.
"Ah! Molla! Susah sekali." Irene menggerutu kesal. Sehun pun terkekeh dan mengusak poni gadis itu.
"Yak! Aku menata ini hampir setengah jam!" Ia memukul lengan Sehun dengan keras.
"Gadis bar-bar! Jika kau sekejam ini mana ada lelaki yang menyukaimu!"
"Aku tidak tertarik pada lelaki."
"Seulgi kau jangan dekat-dekat dengan Irene!"
"Pabbo! Maksudku juga tidak seperti itu!" Irene memukul kepala Sehun.
"Aku normal. Mataku masih berbinar saat melihat abs seksi milik Justin Bieber." sambung Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
immature ◆ surene
Fanfiction[COMPLETED] Bae Irene tidak mau mengenal dan berurusan dengan cinta. Baginya cinta hanya akan berujung pada penghianatan. Apakah seorang Kim Suho dapat meluluhkan pertahanan hati Bae Irene?