Cinta. Luka. Manis. Pahit. Tumbuh. Patah. Kecewa. Suka. Duka.
Apalagi yang akan dikatakan oleh seorang penyair yang katanya sudah banyak mengenali rasa.Ia bangga jatuh cinta. Terbang setinggi-tingginya, mencium aroma mawar dari kekasihnya.
Lalu patah hati. Jatuh, sejatuh-jatuhnya, terhempas semua rasa yang dirasakannya. Hingga tak ada lagi yang tersisa.
Bodoh!
Rasa manis yang kau banggakan itu tidak lebih hanyalah dari sebuah halusinasi otak dungumu!Rasa pahit yang kau resapi itu tidaklah lebih dari hasil buah pikiran otakmu yang sebenarnya kasihan kepadamu.
Ketika tubuhmu tenggelam dalam halusinasi kebahagiaan dan rasa manis sebuah cinta, otakmu mengingatkanmu, bahwa :
Yang berkata manis pasti akan menghinakanmu.
Yang memberi mawar, kau tidak boleh lupa bahwa mawar selalu membawa duri kemanapun.
Yang dengan gigih menumbuhkan kembali hatimu pasti akan dengan gagah mematahkanmu.
Yang kau percayai dengan sepenuhnya suatu saat nanti akan mengecewakanmu.
Begitu saja terus perputaran kisah sebuah cinta hingga suatu saat nanti kau tak peduli lagi siapa yang akan mencintaimu dan siapa yang ingin kau cintai.
-Fradina
