[3]

433 41 2
                                    

Setelah melewati makan malam singkat bersama pria yang baru ku kenal, aku kembali menuju kamar hotel.

Bicara mengenai tawaran Seunghoon, aku tidak menolak untuk ikut bersamanya. Tapi untuk langsung mengiyakan ajakan nya, kurasa itu bukanlah keputusan yang bijaksana. Huh, bicara mengenai kebijaksanaan tindakan ku sejauh ini tidaklah mewakili ungkapan itu. Aku hanya mengatakan akan segera menghubunginya, jika aku sudah siap untuk traveling. Aku pergi dari mansion bukan karena ingin traveling, tapi pergi dari kesepian. Ide untuk jalan-jalan tiba-tiba saja terlintas saat aku bertemu Seunghoon.

Aku tidak merasa Seunghoon adalah pria yang jahat. Dia hanya pria yang begitu santai dan menyenangkan. Aku bahkan meminta kartu namanya. Dan sedikit terkejut ternyata umur kami terpaut jauh. Mungkin wajah awet mudanya di dapat secara alami selama dia traveling, tapi dia menampiknya. Aku hanya terkekeh pelan menanggapi respon nya yang lucu.

Aku cukup merasa ceria malam ini. Tiba-tiba saat aku keluar dari lift seseorang menahan pergelangan tangan ku cukup erat. Aku membelalak kaget.

"Hey! Apa-apaan?Lepaskan tangan ku! " pekik ku, sambil mencoba melepaskan tangan ku dari pria itu.

"Tenang nona, kita harus pulang! " ucap pria itu tenang sambil mencoba menarik ku untuk ikut dengannya.

Seketika aku tau untuk siapa pria ini bekerja. Aku tidak bergerak dari tempatku, aku memikirkan cara untuk lepas dari pria itu. Akan kualihkan perhatiannya.

"Dimana kak Rai?" tanyaku menurut saat dia membawaku masuk kembali ke dalam lift menuju lobi.

"Dia di mansion nona. Ibu anda juga sudah pulang."

Oh. Ternyata mereka sangat cepat mengetahui aku pergi dan sekarang mereka mengirim orang untuk menjemputku. Aku menertawai diriku saat ini. Aku jadi meragukan kesungguhanku untuk melarikan diri, jika keegoisan ku bahkan mulai luruh. Kenapa mereka mencari ku? Apa mereka masih peduli? Tidak. Aku selalu sendiri selama ini. Mereka hanya di mansion untuk tidur dan makan, tidak samasekali melihat ku. Aku dianggap benda mati oleh mereka.

Pria itu masih memegang pergelangan tangan ku. Dia pasti mengantisipasi situasi.

"Bisakah kau lepas tanganku?" pinta ku.

Pria itu sekilas menatap ke arahku.

"Tidak. Nanti kau kabur."

Sial. Aku mulai mengumpat dalam hati.

"Aku tidak akan kabur," kataku memelas.

"Tunggu di mobil nona."

Apa dia bilang? Di mobil! Jika seperti ini, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Percuma basa-basi dengannya.

Ting!

Dan begitu pintu lift terbuka aku menarik nafas.

"Nona, Kit....arghhhh... " Pria itu reflek menarik tangannya sambil meringis kesakitan. Aku puas bisa menggigit tangannya.

Aku tidak ingin membuang-buang waktu, dengan cepat aku keluar dari lift dan berlari melewati lobi. Seorang satpam sempat ingin mencegah ku ketika aku  berlari dengan tergesa-gesa berusaha keluar dari hotel.

"Minggir..." teriak ku, didepan wajah satpam itu.

Dia dengan segera memberiku jalan.

Aku benar-benar panik. Pria itu juga dengan cepat hampir menyusulku. Aku cukup menyesal sewaktu di sekolah dulu aku jarang aktif dalam kegiatan olahraga. Mungkin aku bisa melatih kemampuan berlari ku di lapangan sekolah yang luas. Sayangnya aku tidak melakukan itu.

One and Only[Hanbin✖Jennie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang