Tubuhku begitu lelah malam ini dan yang harus kulakukan adalah merebahkan tubuh ke atas kasur putih yang lembut dan hangat. Memeluk bantal erat-erat, seolah aku begitu kesepian sehingga yang bisa kulakukan hanyalah memeluk bantal. Ah aku mulai gila sekarang.
Aku melirik jam di ponsel. Dan langsung mendesah napas. Sudah jam dua belas malam dan aku masih terjaga. Hotel ini tidak aman lagi karena orang-orang Rey pasti akan kembali mencariku. Aku yakin ada seseorang yang memberitau keberadaanku disini atau mereka memasang alat pelacak. Besok aku harus segera pergi dari sini.
To Seunghoon:
Hai!
From Seunghoon:
Maaf, ini siapa?
Aku tertawa kecil melihat jawaban pesan ku. Ah aku lupa menyebutkan nama ku padanya. Tentu saja dia sedang kebingungan disana.
To Seunghoon:
Ini aku, Jennie. Maaf mengirimi mu pesan larut malam begini. Apa besok kau sibuk?
Aku tidak langsung mendapat jawaban darinya. Entahlah, mungkin dia mengantuk atau terkejut membaca pesanku tadi.
Dan tidak lama kemudian, sebuah pesan masuk.
From Seunghoon:
Ah, Jennie. Tidak aku juga masih terjaga. Sayang sekali aku orang yang cukup sibuk saat hari kamis. Ada apa?
Aku capat-cepat mengetik. Dia pasti sibuk traveling, pikirku.
To Seunghoon:
Bagus. Apa kau punya jadwal besok? Ah maksudku, apa kau punya jadwal perjalanan besok?
From Seunghoon:
Sebenarnya belum. Aku masih harus mengurus beberapa urusan lain besok. Ah, tapi aku bisa menentukannya sekarang, jika kau mau?
Aku terpaku sejenak. Ah, aku lupa dia juga pasti punya pekerjaan lain, selain traveling- yang pada hakekatnya hanyalah menguras uang dan memuaskan indera. Traveling juga butuh biaya. Mungkin pria itu masih butuh biaya, pikir ku, sambil tertawa pelan.
To Seunghoon:
Boleh, jika itu tidak merepotkanmu. Rekomendasikan tempat seputar Seoul saja. Isi kantongku juga sedang menipis😄
Aku juga menyelipkan emoticon tertawa. Rasanya lucu saja saat membicarakan isi kantong. Karena jujur saja aku belum bisa menghasilkan uang sepeserpun dari hasil kerjaku sendiri. Aku baru saja lulus kuliah dan seisi mansion tidak akan memberiku izin untuk bekerja. Padahal aku ingin sekali bisa mengecap dunia kerja. Satu lagi yang aku tidak suka dari mereka- Mereka terus mengekangku sejak lama. Dari bayi mungkin.
From Seunghoon:
Kau terlihat bersemangat. Aku jadi takut akan mengecewakan mu, tapi pastinya tidak. Haha...jangan lupakan aku hanya manusia biasa. Jadi aku hanya bisa merekomendasikan desa Bukchon Hanok untuk rute awal perjalanan ku di bulan Maret ini. Tidak apa-apa kan?
Aku cukup terkejut saat melihat kalimat 'desa' dalam isi pesannya. Bukannya aku alergi saat mendengar kata desa. Hanya saja aku tidak menduga, setelah sekian lama aku akan mengunjungi desa untuk pertama kalinya. Dan jika saja ibu ku tau aku akan kesana, dia mungkin akan mengikatku di kamar.
To Seunghoon:
Tidak apa-apa. Aku juga ingin menghabiskan waktu di desa. Aku tunggu kabar darimu.
From Seunghoon:
Baik, aku akan segera mengabarimu. Aku harap kau bisa menikmati bulan Maret disana. Beristirahatlah. Sudah larut. See you!
Aku hampir menjerit. Ah pria ini manis sekali. Baru beberapa jam yang lalu kami berkenalan, sekarang sudah berkirim pesan manis begini. Aku harus berterima kasih pada teknologi.
To Seunghoon:
See you too.
Aku menaruh ponselku ke atas meja nakas. Kemudian menarik selimut hingga mencapai dagu.
Kim Hanbin. Tiba-tiba wajah pria itu terpatri dalam imajinasiku. Wajahnya begitu mirip dengan Hanbyul. Hanbyul, aku merindukannya.
Mainlah kerumah ibuku, Hanbyul akan ke Amerika minggu depan...
Tidak ada yang salah dengan ucapan Hanbin. Tapi aku yang merasa bersalah saat mendengarnya. Saat masa-masa kuliah aku memang jarang ke rumahnya. Hanbyul lah yang rajin datang ke mansion untuk menemaniku. Relasiku memang yang paling buruk.
Sampai-sampai aku begitu lelah memikirkannya dan jatuh tertidur.
~oOo~
Musim Semi- aku kabur dari Mansion. Aku yakin di meja makan kami pasti tersedia makanan lezat kesukaanku. Lalu semua busana Musim semi ku. Dan aku juga ingat ketika lagu Love Blossom diputar saat dalam mobil menuju Bandara Incheon tahun lalu.
Aku sendiri disini-Berdiri di halte mununggu bus kota. Aku memakai jaket Hoodie yang agak kebesaran ditubuhku. Semoga tidak ada yang mengenaliku. Usahaku memakai topi, masker, dan kacamata haruslah diapresiasi. Selama ini aku hanya memakai sesuatu yang feminim, bukannya berpenampilan seperti penyanyi rap begini. Aku tidak ingin terlihat mencolok karena posisiku saat ini adalah bersembunyi dari orang-orang Rey.
Mata ku memicing tajam di balik kacamata hitam. Di sana- di gedung dengan sepuluh lantai sebuah billboard menampilkan wajahku sedang berpose untuk sebuah merek pasta gigi terkenal di Korea. Ya, aku lupa saat masih kuliah dulu aku pernah membintangi sebuah iklan pasta gigi. Aku tidak tampak buruk dalam foto itu. Aku tersenyum menampilkan deretan gigiku yang rapi dan putih bersih. Tapi yang membuatku risih adalah tulisan yang ada di foto itu.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only[Hanbin✖Jennie]
Fiksi Penggemar(Jennie Kim & Kim Hanbin) Jennie harus mengakhiri keinginannya untuk menjadi seorang traveler, pasca pertemuannya dengan Hanbin. Sedikit demi sedikit hidupnya ditarik oleh perasaan baru yang membawanya kepada Kim Hanbin. Guys, Semoga kalian menyuka...