BAB 3

192 3 3
                                    


Apakah kesalahanku semua jika akhirnya aku menaruh harapan padamu?

Aku sebisa mungkin tidak berinteraksi dengan Kang Dhani dan berkomunikasi dengannya saat pertanyaanku hanya benar-benar bisa dijawab olehnya saja. Bahkan untuk mengirim pesan saja aku menunggu keadaan segenting mungkin karena aku tidak mau dia merasa terganggu dengan keberadaanku atau mengendus perasaanku padanya.

Pernah suatu kali, saat masih sedang menunggu Kang Arie. Kita berkeliling sekolah untuk mencari spot latihan  karena hari itu mendadak semua koridor penuh dan titik teduh di lapangan pun sudah terisi semua. Kang Dhani memang selalu menggunakan jaket setiap hari ke sekolah, sampai-sampai aku tahu semua warna yang dia punya tapi favoritku warna biru dan dia memang paling sering mengenakan itu diantara warna yang lain. Saat sedang menunggu konfirmasi dari rekan karate yang lain tentang perizinan latihan di gedung olahraga sekolah kami duduk di sebelah gedung itu yang kebetulan koridornya punya tempat duduk.

Mereka pun datang mengabari bahwa kami diizinkan latihan di sana dan ada spot yang masih kosong. Semua langsung bergegas dan buru-buru pergi karena senang sudah tidak luntang-lantung lagi. Aku orang terakhir yang meninggalkan koridor itu, entah mengapa seperti kebiasaan aku memang senang memeriksa tempat sebelum pergi. Saat itu, di tempat Kang Dhani duduk tadi aku melihat kain warna biru yang aku ketahui sepertinya jaket dia. Aku tidak bisa memanggilnya karena Kang Dhani sudah masuk ke dalam Gor. 

Dengan perasaan senang, gugup, dan bingung aku memungut jaket itu dan membawanya bersamaku. Aku merasa senang karena ada alasan bisa mengobrol dengannya, tapi aku bingung dan gugup bagaimana caraku menyerahkannya. Karena takut di sangka aneh, aku tidak berani mencium bau jaket itu walaupun aku mau dan malah berjalan dengan santai ke gor seolah tidak ada yang memengaruhiku. Di dekat pintu gor aku menemukan teman-teman yang lain di sana sedang bersiap-siap. Sambil berpura-pura sibuk menanggapi obrolan mereka aku pun menyerahkan jaket itu tanpa menatapnya.

"Untung ya kita dapet spot di sini," aku menyerahkan jaket itu, "ini kang, ketinggalan" tapi aku melihat kakak kelas yang berada diantara kami menatap padaku dengan curiga. Aku berusaha mengalihkan perhatian, lagi pula apa spesialnya menyerahkan jaket saja. Aku tidak akan terlihat seperti sedang menarik perhatian kan? Setelah memberikan jaket, aku pun pindah ke ujung tempat duduk dan menghampiri temanku di sana.


MAAF AKU MENCINTAIMUWhere stories live. Discover now