Seminggu sudah Maura tidak sekolah karena harus pergi kekampung halamannya untuk menengok neneknya yang sakit. Dan seminggu juga Maura tidak bertemu dengan Raga semenjak kejadian itu.
"Tau gak kelas kita bakalan ada murid baru," ucap Sinta sambil tangan kirinya memegang cermin dan tangan kanannya memegang lipt tint berniat memoleskan lipt tint itu ke bibirnya.
"Tau dari mana lo?" Tanya Risa.
Maura yang mendengar hal itu hanya memutar matanya malas. Udah kayak emak-emak, setiap kumpul pasti ngegosip.
Dasar ratu gosip.
Sinta dan Risa memang dijuluki ratu gosip. Biasanya mereka duduk di pojokan sambil make up-an. Terkadang Nita juga ikut gambung dengan mereka. Setiap ada berita terbaru yang masih hangat sehangat tai ayam mereka tidak mungkin tidak tahu.
"Pacar gue kan osis," balas Sinta menyombongkan diri.
"Cewek apa cowok?" Tanya Ucup ikut menimbrung. "Kalau cewek gue yang pertama ngebooking," Lanjutnya.
"Lo kira cewek sewaan bisa dibooking," sambar Anton yang entah sejak kapan berada di sana, "kalo lo gantel saingan sama gue," lanjutnya.
"Ayok gak takut gue." Ucup memberi tatapan melotot kepada Anton.
"Sayangnya murid barunya cowok," ucapan Sinta membuat kedua lelaki yang sedari tadi memberi tatapan menantang langsung menggela nafas lesu. Berbeda dengan lelaki tersebut kaum hawa malah langsung tertarik dengan topik tersebut, bahkan hampir semua kaum hawa mulai ikut bergosip dipojokan. Tak terkecuali Maura.
Siapa tau ganteng kan lumayan buat jadi kecengan, pikir Maura
"Ganteng gak?" Pertanyaan Maia seolah mewakili isi benak semua kaum hawa yang ada di kelas itu.
"Gak tau," jawab Sinta sambil mengedikkan bahunya, "pas gue tanya pacar gue, ehh dia malah marah alhasil gue harus kasih service dikit," lanjutnya yang membuat gerombolan tadi memutar bola matanya malas dan langsung kembali ke tempat duduk masing-masing. Ucup dan Anton yang tadinya lesu pun langsung mengobarkan semangat 45.
"Diapain aja lo sama dia?" Tanya Ucup menggebu.
"Biasalah cuma digrepe-grepe," ucapan Sinta membuat Risa yang masih disana melotot saking kagetnya. Apa tadi katanya biasa? cuma?. Risa yang cuma dicium pipinya aja keringet dingin apalagi sampek digrepe-grepe.
Berbeda dengan Risa, Anton dan Ucup justru makin semangat mendengar hal tersebut.
"Gimana rasanya?" Kini giliran Anton yang bertanya.
"Lumayan bikin basah sih."
"Osis bisa kayak gitu ya?" ucap Maura yang sedari tadi masih berada di sana. Bukannya apa-apa kata grepe-grepe membuatnya kembali mengingat kejadian laknat seminggu yang lalu. Tapi itu sih bukan grepe-grepe namanya tapi nyosor.
"Osis juga manusia kali punya nafsu," ucap Sinta membela pacarnya.
Malas meladeni Sinta, Maura memilih keluar kelas sepertinya dia harus menghirup udara segar karena di dalam kelas banyak polusi.
Maura duduk di bangku depan kelas sambil mengamati siswa-siswa lain yang baru datang. Saat matanya sedang menari-nari ria, Maura bertemu pandang dengan Aldo, paket komplitnya Surya Bhakti.
Bagaimana tidak komplit?
Sudah ketua osis, pintar dalam bidang akademis maupun non akademis, rajin, tajir, masa depan cerah dan point plusnya ganteng lagi.
"Kak Aldo," panggil Maura sambil melambai-lambaikan tangan.
"Eehh hai Ra," sapa Aldo mendekati Maura.
Saat ini Maura dan Aldo sama-sama duduk di bangku depan kelas Maura.
"Maaf ya kak kemarin buru-buru soalnya hampir telat, jadi gak sempet bilang makasi," ujar Maura sambil menggaruk tengkungnya yang tidak gatal.
"Santai aja kali," jawab Aldo.
"Oh iya kak aku ada sesuatu untuk kakak sebagai ucapan terimakasi," ujar Maura bersemangat. Dia akan menunjukan karya terbaikknya untuk paket komplitnya Surya Bhakti, kesempatan tidak datang dua kali.
"Apa?" tanya Aldo kebingungan.
"Bentar ya kak, aku ambil dulu di kelas," jawab Maura yang dibalas anggukan penuh senyuman dari Aldo. Hal itu membuat Maura semakin bersemangat.
Maura bahkan senyum-senyum saat berjalan masuk ke kelasnya. Menuju mejanya dan mengambil kotak nasi yang berisi nasi goreng spesial yang dibuatnya susah payah tadi pagi.
Maura juga menyuruh semua orang yang ada di rumahnya untuk menyicipi nasi goreng itu, mulai dari kang ujang sampai Molly.
Senyum Maura masih merekah sempurna saat menuju pintu keluar kelas, sebelum seseorang menabraknya di ambang pintu sehingga membuat nasi goreng yang dibuatnya susah payah itu tergeletak berantakan di lantai.
Senyum yang sedari tadi menghiasi wajah cantik Maura leyap seketika setelah melihat nasi goreng kebanggaannya tergeletak di lantai, sekarang dia siap memakan orang yang menabraknya itu hidup-hidup.
"RAGA?!" Jerit Maura. Dilihatnya Raga dari atas sampai kebawah. Menggunakan seragan khsa SMA Surya Bhakti, seakan terplay sendirinya semua perkataan Sinta tadi pagi. Raga kah murid baru itu?. "Lo ngapain disini?!"
Merasa aneh dengan pertanyaan Maura, Raga hanya memasang wajah bingungnya.
"Jangan bilang lo murid..." ucapan Maura dipotong oleh Raga.
"Iya gue murid," ucap Raga dengan santainya.
Ingin rasanya Maura mencekik Raga hingga dia mati kehabisan nafas. Semua penghuni kelas hanya bisa menonton Maura dengan si murid baru yang mereka ketahui namanya Raga sedang beradu ucapan tajam.
Seketika Maura maju dan langsung memukul-mukul dada Raga sambil menyebut semua kesalahan Raga, mulai dari dia pertama kali betemu raga sampai akhirnya Raga menciumnya kemarin. Seolah dia melampiaskan semua rasa kesalnya yang terpendam kepada Raga.
Sebenarnya pukulan Maura lumayan membuatnya kesakitan.
Maura memang cewek sades.
Langsung saja Raga membungkam bibir Maura dengan bibirnya yang sedari tadi mengoceh, seketika pukulan-pukulan Maura berhenti.
Bayaran karena udah bikin muka gue memar, batin Raga bahagia.
Semua penghuni kelas pun berteriak heboh ada juga yang mengabadikan momen itu dengan kamera ponsel mereka.
Tak sengaja Maura menangkap bayangan pria idolanya yang menatap kearahnya berdiri diluar kelas, seketika itu pun Maura langsung mendorong Raga dengan sekuat tenaganya sampai Raga terhuyung ke belakang lantas dia menampar Raga. Habis sudah kesabaran Maura.
Neraka Maura sudah di depan mata.
Vote dan comment ya😁
KAMU SEDANG MEMBACA
MauRaga
Novela JuvenilBerawal dari pertemuannya yang berbataskan jendela kamar hingga status mereka bermetamorfosis seperti kupu-kupu. "Maura dan Raga itu kayak Molly dan Rascal" "Molly dan Rascal siapa?" "Itu Kucingnya Maura dan anjingnya Raga" "Ooohhh, eh tapi bedalah...