Pada CCTV terlihat, orang yang membawa kabur bayi Krist adalah seorang wanita, yang menyamar menjadi perawat. Kang tidak mungkin bisa membawa kabur Krist dan anaknya sekaligus seorang diri, seseorang pasti membantunya. Rencana mereka berjalan sangat rapi, tidak ada yang merasa curiga.
Singto segera menghubungi polisi untuk melacak mobil Kang dan CCTV seluruh rumah sakit untuk mencari petunjuk bagaimana Krist dan bayinya di larikan dari rumah sakit, namun sudah hampir seminggu dan polisi tidak menemukan petunjuk apapun, bahkan identitas wanita yang membantunya juga tidak di ketahui. Singto tampak putus asa.
Pring kembali mengecek CCTV dan memperhatikan dengan seksama, sosok perawat yang terekam CCTV tersebut. Wajahnya tidak kelihatan karena ia mengenakan masker dan rambutnya di sanggul dan ditutupi topi perawat, namun tiba-tiba saja ia menyadari bekas luka di pergelangan tangan kiri perawat tersebut, dan memanggil Singto untuk mengkonfirmasinya, karena ia teringat pernah melihat bekas luka tersebut pada lengan Pree.
Mereka pun segera menuju ke kediaman Pree tanpa membuang-buang waktu. Pree berada di ruang tamu sedang menemani putranya belajar saat Singto dan Pring datang. Ia langsung membukakan pintu untuk Singto dengan tersenyum lebar.
"P'Sing, aku senang kau datang mengunjungi kami?" seru Pree gembira dan hendak menyambutnya dengan ciuman, namun Singto segera menolaknya.
Pree kaget dan melihat seseorang yang lain berjalan keluar dari mobil Singto.
"Kau?!" ia kaget saat melihat Pring.
Tanpa basa basi Singto segera mencengkram lengannya kuat.
"Katakan kemana si keparat Kang membawa Krist dan bayinya?"
Pree tersentak kaget dan meringis kesakitan.
"A-apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti!" ia mencoba membebaskan diri. Gun juga segera menghampiri Singto untuk menolong ibunya.
"Papa, papa....lepaskan mama..." ia menarik celana Singto.
Singto segera melepaskan Pree kasar setelah melihat Gun, lalu berjongkok untuk berbicara dengan anak laki-laki tersebut.
"Gun, kau bisa ke kamarmu? Aku ingin bicara dengan mamamu!" bujuknya.
"Ta-tapi...papa akan menyakiti mama...." Ia terisak.
"Aku berjanji, tidak akan menyakiti mamamu..." ujar Singto lagi. "Ayo, Gun anak baik...dengarkan kata papa..." Singto mengusap kepalanya.
Gun pun mengangguk lalu menatap mamanya sejenak dan berlari ke atas menuju kamarnya.
"Kau membohongi anakmu..." komentar Pree.
"Dia bukan anakku!" tukas Singto.
Pree melototin nya tajam. "Apa maksudmu? Apakah kau tidak akan menganggap Gun sebagai putramu setelah kita menikah?"
Singto menyeringai padanya. "Setelah kejadian ini, aku akan berpikir kembali untuk menikah denganmu! Kau bersekongkol dengan bajingan itu untuk membawa kabur Krist dan bayinya!"
"Apa? Krist dan bayinya hilang?" Pree kaget.
"Jangan berpura-pura! Kau yang menculik bayinya dari NICU!" tuding Singto.
"Jangan menuduhku tanpa bukti! Untuk apa aku menculik bayi Krist?"
"Jangan bohong!" bentak Singto emosi.
"Aku tidak! Jika kau tidak ingin bertanggung jawab menikahiku katakan saja langsung, tidak perlu menuduhku yang bukan-bukan!" tukas Pree.
Singto menunjukkan rekaman CCTV padanya, dan memperbesar gambar yang menyorot bekas luka pada lengan kiri wanita yang membawa kabur anak Krist, kemudian melepaskan jam tangan yang dikenakan Pree untuk membandingkan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bahasa Indonesia) Dark Story of The Dreams (The End)
FanfictionWarning : Cerita ini berakhir tragis dimana semua pemerannya mati, jadi pikirkan dulu sebelum baca!!!!! Language - Bahasa Indonesia Made by Request ^^ Char : Kit-Sing