Part 8

1.1K 133 133
                                    


Singto yang sudah terlelap, tiba-tiba bangun dikagetkan dengan Krist yang sedang menjilati juniornya dengan penuh nafsu di sampingnya. Krist menurunkan celana dan boxer Singto hingga ke paha dan dengan semangat memasukkan joystick pria itu ke dalam mulutnya mengulum dan memompanya dan menghisapnya kuat membuat Singto mengerang nikmat.

"Krist...a-apa yang kau lakukan? Berhenti!" Singto berseru terengah-engah, dan mencengkram sprei dengan kuat, jujur ia sudah lama merindukan perasaan ini.

Krist tidak menjawab, ia terus menggerakkan kepalanya naik dan turun, dan tangannya tidak lupa meremas testis pria itu.

"Krist....cukup....oohh...." Singto menarik rambut Krist kencang menahan ereksi yang akan segera keluar sesaat lagi.

Krist tetap tidak menggubrisnya, ia terus memompa object keras dan panjangn itu hingga ke tenggorokannya sampai ia hampir kehabisan nafas.

Tidak lama kemudian, cairan panas menyembur di dalam mulutnya, ia langsung menelan semuanya dan mengisap sisanya dari ujung batang Singto dengan penuh nafsu.

"Krist hentikan, aku sudah selesai, keluar sekarang, kau akan membuatku pipis!" Singto berusaha mengeluarkan juniornya dari mulut Krist dengan menarik kepalanya.

Namin pria itu tidak melepaskannya dan terus menghisap.

"Aaahh...Krist....urine ku akan keluar...."

Singto akhirnya tidak tahan lagi dan menyemprotkan urinenya di dalam mulut Krist, Krist yang tersedak segera mengeluarkan penis Singto dari mulutnya dan menjilat bibirnya sambil tersenyum, sementara cairan urine Singto keluar tanpa bisa dihentikan, dan membasahi kasurnya.

Singto kaget dan shock, ia melotot pada Krist tidak percaya, penampilannya seperti habis ngompol.

"Apa yang kau lakukan?!" Singto bertanya dengan nada tinggi padanya, berusaha menahan emosinya.

Krist tidak menjawab, ia hanya tersenyum dan kembali tidur sambil membelakangi pria itu dan memeluk perutnya.

Singto mematung dan tercengang seketika dengan bingung.

"Apa dia bermimpi?"

Ia melihat dirinya lagi yang kotor dan basah.

"OMG!!!"

Singto segera bangun dan menarik selimutnya yang basah dan melemparkannya di lantai. Ia lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian baru. Setelah mandi ia kembali ke kasur dan berjongkok di samping ranjang di sebelah Krist.

Ia mengusap rambut pria itu dan membelai telinganya lembut sambil tersenyum, sementara Krist tidur dengan nyenyak. Mata Singto bergerak perlahan ke perut pria itu, ia ingat saat pertama kali Krist mengandung Rung, ia selalu menempelkan telinganya di sana untuk mendengar bayinya atau merasakan getaran-getaran saat bayinya menendang, dan menciumnya setiap waktu.

Singto selalu duduk dan memberikan pijatan ringan pada perutnya, membantunya berjalan, duduk, berpakaian, dan membelainya dengan manja.

Namun kali ini berbeda, ia sama sekali tidak memperhatikannya, menyentuhnya atau membelainya seperti dulu, karena ia bukanlah darah dagingnya. Padahal bayi itu tidak bersalah, dan orang yang mengandungnya tetap adalah Krist, cintanya, pasangannya. Singto merasa dirinya adalah orang yang tidak berperasaan.

"Apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus menerimanya dan melupakan faktanya?" ia bergumam dalam hati.

Ia menjulurkan tangannya untuk menyentuh perut Krist dengan hati-hati, agar tidak membangunkan pria itu, membelainya lembut dan mendekatkan telinganya padanya. Singto bisa merasakan getaran di dalamnya, seperti dulu, membuatnya bernostalgia.

(Bahasa Indonesia) Dark Story of The Dreams (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang