Arungan Baru

73 3 7
                                    

"gunakanlah bahasa yang baik pada suamimu Insani, aku imammu! Terlepas dari siapa kamu, mulai detik ini akulah yang bertanggung jawab atas dirimu!" ucap Habib tegas.

Sani mengangguk, ia tak lagi bergeming atas ucapan Habib. Selang beberapa detik Habib bangkit dari posisinya.

"gantilah kebayamu, wahai Humairah. Aku berpikir itu membuatmu sesak hingga kamu tidak bisa bebas bernapas" ucap Habib lemah lembut menurunkan emosinya.

Lelaki itu beranjak menuju kamar mandi yang tak jauh dari ranjang itu.

Ya Allah sabarkanlah aku, ampunilah dosa istriku dan luluhkan hatinya wahai sang maha pemurah. Batin Habib.

Habib membersihkan dirinya, sementara itu. Sani masih saja hilang fokus karna perlakuan Habib. Ia tak menyangka Habib berani untuk ukuran pria muda dan serba kekurangan seperti Habib.

......

Habib selesai dengan kegiatan mandinya, ia melihat Sani yang amat lelah hingga lupa mengganti kebayanya. Ia tersenyum melihat wajah istrinya yang begitu sejuk dilihat saat tertidur.

Habib mencari cairan pembersih make up yang terletak di meja rias gadis itu, dengan sabar ia membersihkan wajah Sani dengan hati hati dan pelan sehingga tidak membuatnya terbangun.

"insyaallah kesabaran akan mencairkan hatimu Sani," bisik Habib pelan.

.......

Habib terbangun untuk mengerjakan sholat subuh, seperti biasa ia membaca Al Quran untuk mengisi waktu luang sebelum Subuh masuk, Habib adalah sosok taat terhadap perintah Allah, ia terkenal akan ramah, baik, sabar, santun dan rajin beribadah di kalangan para pengunjung rumah Allah, banyak yang menginginkan Habib untuk dijadikan menantu dan salah satunya Hasan dan Siti, orang tua istrinya sekarang. Terlepas dari ketaatannya Habib juga memiliki paras yang tampan dan berwajah bersih.

Habib mendengar azan subuh sudah masuk, lelaki itu segera membangunkan Sani-nya untuk sholat bersama. "San, Sani.. Humairah.." panggil Habib saat membangunkan Sani. Ia juga menggoyangkan dengan pelan tubuh Sani.

"hem?" balas Sani dengan mata tertutup.

"bangun, sholat subuh berjamaah" ucap Habib.

"ish, apaan sih lo, jam berapa sih ini, gue masih ngantuk!"

"ingin bangun sendiri atau aku yang membawamu kekamar mandi untuk berwudhu?" ancam Habib.

"APA?" Sani langsung duduk dan membuka matanya, ia menatap tajam Habib yang tersenyum melihat dirinya berhasil dibangunkan. "dasar cowo pemaksa! Egois!" oceh Sani.

Habib tersenyum melihat tingkah Sani, setidaknya Sani mendengarkan ucapannya meski harus mengumpat.

"huwaaaa!" teriak Sani dari dalam kamar mandi. Sontak Habib terkejut langsung menghampiri istrinya.

"ada apa, San?" tanya Habib khawatir.

"baju gue, b-bukan, b-bukan lo kan?"

Habib tersenyum, ia pergi meninggalkan Sani.

"Habib, bukan lo kan?" Sani mendesak Habib untuk menjawabnya, ia mengikuti langkah lelaki itu.

Mahar Satu DinarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang