20. Beberapa Hal Yang Perlu Kita Tau Sebelum Memutuskan Menerbitkan Karya

906 67 6
                                    

#AWILMU

Beberapa Hal Yang Perlu Kita Tau Sebelum Memutuskan Menerbitkan Karya
"Sive Novianto"

.
.
.

Hai Sobat.
Menerbitkan buku adalah tujuan hampir setiap author di muka bumi. Enggak semua, tapi hampir rata rata. Pasti kamu juga pengen nerbitin bukumu sendiri 'kan?

Sebelum memutuskan untuk menerbitkan buku, ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan baik baik. Apa aja?

1. ISI DAN CERITA

Ini part yang paling penting. Karena tanpa isi cerita, kamu nggak akan bisa nerbitin buku. Lemper aja ada isinya, masa buku kamu ga ada isinya?

Pastikan cerita yang kamu suguhkan adalah cerita yang menarik. Coba cari tau lewat beberapa responden pembaca yang nggak punya urat kasihan dan urat nggak enak. Biasanya mereka akan jujur memberi pendapat atas cerita kamu.

Nggak direkomendasikan untuk meminta pendapat ke temen temen deket. Walaupun nggak selalu, tapi mereka biasanya Cuma jadi pembaca yang kaya burung perkutut. Manggut manggut, terus bilang bagus. Karena saat memutuskan untuk menerbitkan buku, kamu ga butuh hanya sekadar dipuji. Kritik super pedas, cacian, dan makian akan membuat kamu tau kapasitas karya kamu sendiri. Apakah kamu akan berjuang untuk memperbaikinya, atau berhenti menulis dan banting setir jualan pecel? Apakah layak untuk masuk dunia industri, atau sekadar berakhir sebagai bungkus gorengan? Semua kamu yang memutuskan. Iya ..., kamu.

2. MAJOR, INDIE, OR SELF PUBLISHING

Setelah membulatkan tekad, sekarang tinggal menentukan pilihan. Apakah bukumu mau di terbitkan melalui MAJOR, INDIE, atau SELF publishing. Bedanya apa? Hmm ... oke saya jelasin secara singkat satu persatu.

Major publisher itu adalah perusahaan publishing besar, yang mempunyai link pemasaran secara multi nasional. Jika sudah berbicara major, maka kita akan berbicara tentang bisnis industri berskala besar. Sudah tentu membicarakan untung dan rugi. Seleksinya juga bakalan super ketat. Maka tentu saja, proses agar naskahmu bisa di publikasikan oleh major label tentu tidaklah mudah. Kadang, kamu harus bolak balik revisi naskah agar sesuai dengan keinginan pasar. Mungkin kalo kamu bukan orang yang sabar, maka kamu akan memakan naskahmu sendiri di depan editormu saking kesalnya.

Keuntungannya? Kamu ga perlu keluar biaya apa pun untuk mencetak bukumu. Karena semuanya di tanggung oleh pihak publisher. Dan kamu tinggal duduk manis sambil naburin upil di gelas kopi editormu. Selain itu tentu saja karyamu bisa lebih cepat terkenal, karena dipajang di seluruh toko buku besar di Indonesia. Kamu boleh bangga sampe di sini. Tapi nggak usah bangga banget. Karena bukumu belom tentu laris manis di pasaran. HAHAHA. *nangis*

Indie publisher merupakan penerbit dengan skala lebih kecil. Relasi marketing mereka juga ga sebesar major publisher. Tapi jangan khawatir, bukumu akan tetap dipublikasikan dengan media yang mereka miliki. Baik melalui rekanan toko buku, sosial media, ataupun website mereka sendiri. Dan yang jelas bukumu juga bakal dapet ISBN, sama seperti major publisher. Asyik ya.

Ga cuma itu, di indie publisher, semua naskah yang masuk ga akan melalui proses seleksi. Bukumu pasti langsung dicetak dan dipublikasikan. Enak ya.

Tentu saja. Dengan catatan, kamu punya duit buat membayar itu semua. Apa aja? Ya itu, ISBN, biaya cetak, biaya pemasaran sampe ke launching buku, kamu yang bayar. Iyaa ..., kamu.

Dan tentu saja, biayanya ga sedikit. Rasanya kalo dikalkulasi, cukup buat nraktir cilok temen sekelas sampe muntah bumbu kacang. Sukur kalo bukumu laris manis, bisa dapet untung. Kalo ga laku? Bersiaplah buat nyemilin bukumu sendiri.

Lalu kalo self publishing? Hampir sama kaya indie publishing. Bedanya, skalanya jauh lebih kecil. Bisa dibilang sekelas home industri. Kenapa? Karena di sini kita akan mengerjakan semuanya sendiri. Dari mulai nulis, bikin layout, editing, design cover, nyetak buku sampe pemasaran, semua di kerjakan sendiri. Dan lagi lagi, bayar sendiri. Pusing? Minum obat, Sob!

Tapi dengan mengerjakan semuanya sendiri, kamu jadi bisa lebih menyesuaikan dengan budget yang kamu punya. Misalnya: karena dana terbatas, kamu memutuskan untuk mencetak sebanyak sepuluh eksemplar. Setelah habis terjual, baru cetak lagi. Dan begitu seterusnya.

Biasanya biaya cetak pereksemplar bisa jauh lebih murah jika mencetak dalam jumlah yang banyak. Jadi akan lebih menguntungkan jika kamu bisa mencetak dalam jumlah yang banyak sekaligus. Tapi sekadar saran, jangan kepedean! Saat bukumu nggak laku, kamu harus siap menelan bukumu bulat-bulat karena duitmu habis untuk biaya produksi. Kecuali bapakmu adalah seorang sultan.

Untuk media promosi, kamu bisa memanfaatkan sosial media, web jual beli atau bahkan jasa preman. Suruh premannya dateng ke tempat temen, paksa dia buat beli bukumu. Simple.

3. MENTAL

Menerbitkan buku identik menjadi terkenal. Dan orang terkenal biasanya rawan akan hujatan. Siapkanlah mentalmu untuk menghadapi calon calon haters-mu.

Ga usah author baru, komikus Fujiko F. Fujio aja masih sering banget dapet hinaan. Padahal beliau adalah artist terkenal kelas berat. Namun haters tetaplah haters, deritanya tiada akhir. Lalu kemudian, apa yang membuatmu berpikir bahwa kamu akan melenggang santai tanpa cela? Kalo semua orang berpikir seperti kamu, saya yakin John Lennon dan Kurt Cobain masih hidup sampe sekarang. Kayaknya gitu. Saya juga ga yakin.

Itulah beberapa hal yang mungkin perlu kamu ketahui sebelum memutuskan untuk mempublikasikan karyamu. Atau mungkin nggak perlu. Ya sudah, lupakan saja. Mungkin tulisan saya berikutnya bakalan bisa lebih bermanfaat. Nggak janji juga sih. Gitu aja. Salam Kenistaan. #pujangganista

~Good Luck~

AWILMU: ILMU KEPENULISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang