Ravindah Aurora

34 6 2
                                    

"kalau bahagia itu bisa dibayar, mungkin gue gak akan ada di sini sampai sekarang"

Vote and comment below❤
Happy reading🙏

---000---

Namanya Ravindah Aurora, perempuan periang yang mempunyai dua orang adik kembar bernama Arka dan Azka. Indah baru saja pindah kembali ke Jakarta seminggu ini, ke rumahnya yang meninggalkan seribu kenangan bersama kedua orang tuanya.

Ini rumah masa kecilnya dulu. Dulu sekali saat Indah masih menjadi bocah ingusan yang hidup bahagia tanpa beban bersama kedua orang tuanya, Indah sempat tinggal di Jakarta sampai usianya menginjak sembilan tahun.

Saat itu keluarga mereka memutuskan untuk pindah ke Bandung. Saat Diandra, Mama Indah mengandung kedua adiknya. Tapi ternyata semenjak itulah kehidupannya mulai berubah. Diandra meninggal saat melahirkan kedua adiknya, Arka dan Azka. Empat tahun Indah dipaksa memahami keadaan. Hidup tanpa kehadiran seorang Ibu, melihat pertumbuhan adiknya yang berkembang tanpa pantauan seorang ibu. Ayahnya lah yang menjadi tulang punggung keluarga sekaligus ibu untuk anak-anaknya. Walau di Bandung ada Nenek dari Ayahnya, tetap saja Indah harus bisa hidup mandiri melihat kondisi neneknya yang sudah tua.

Enam tahun hidup di Bandung, tanpa kasih sayang seorang ibu membuatnya menjadi perempuan yang tegar. Indah bukan tipe perempuan lemah dan murung yang hidup tanpa bersyukur. Justru Indah adalah perempuan periang yang selalu semangat apalagi jika sudah bersama dua adiknya Arka dan Azka. Karena ialah yang terbiasa Mengurus adiknya, menjadi teman juga kakak untuk mereka

---000---

Pagi ini dengan seragam barunya, Indah sudah siap menuruni tangga keluar dari kamarnya. Dibawah, Papa dan Tantenya sudah menunggu untuk sarapan.

"Pagi Tante Buna, Pagi Papa, pagi juga adik-adik Kakak"

Dimas dan Rahma tersenyum membalas sapaan mereka. Tak lupa Indah mencium pipi keduanya lalu duduk sebelahan dengan dua adiknya.

"Kamu udah rapi sayang? Yauda sarapan dulu, habis itu berangkat sekalian bareng Papa mu, soalnya Dimas juga sekalian balik ke Bandung, iya kan Dim?"

"Iya Papa hari ini berangkat ke Bandung, kamu di Jakarta jangan nakal. Kasihan Tante mu. Jangan jahil juga sama adik-adik, kasihan mereka kalau kamu usilin terus"

"Siap pak Boss. Nanti kalau mereka nakal, aku yang bakal gigit dan kelitikin mereka sampai sepuasnya, hmm" Indah memasang wajah sok seram membuat Dimas hanya terkekeh.

"Tuhkan Pa, kak Avi jahat" Arka menimpali dengan wajah cemberut.

"Iya, semalem aja Azka lihat kak Avi nyembunyiin mainan yang papa beliin buat aku kemarin" Arka ikut mengangguk mengiyakan.

"Ye enak aja, engga kok kakak gak nyembunyiin. Kan kalian yang habis main di kamar kakak. Sampai kamar kakak berantakan. Hayo."

"Eh sudah-sudah, gak baik ribut di depan makanan. Indah, kamu juga sudah selesai sarapannya kan? Ayo nanti kita telat. Mba Rahma, saya berangkat dulu ya, titip anak-anak. Maaf bila saya merepotkan, Insya Allah saya akan sering-sering menengok" pamit Dimas pada Rahma.

"iya Dim, tidak apa-apa, saya senang bisa menjadi Tante sekaligus pengganti ibu untuk mereka, mereka sama sekali tidak merepotkan kok. Mereka anak yang baik, saya bahagia. Apalagi melihat Arka dan Azka, dua anak itu sangat menggemaskan." Rahma tersenyum menjawabnya.

"Saya pamit pergi dulu ya Mba, doakan agar pekerjaan saya di Bandung lancar supaya saya bisa sering-sering menjenguk mereka."

"Arka, Azka Papa pergi kerja dulu ya, kalian jangan nakal, nurut sama Kak Avi dan Buna." yang dinasehati mengangguk semangat menuruti apa kata Papanya.

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang