Guilty

1K 102 7
                                    

Prank

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prank...

Didorong oleh rasa berkecamuk dan amarah yang memuncak, barang-barang itu dilempar, ke segala arah, hancur berantakan setelah membentur tembok dengan kencangnya.

"Sial...."

Laki-laki yang tadi menghambur kedalam panik, seketika mundur teratur, matanya menjelajah ruang kerja yang sudah seperti kapal pecah. Dengan buru-buru datang saat pegawainya memberitahu apa yang terjadi di ruang kerja pribadi atasannya ini.

"Saya tidak mau tanda tangan berkas ini! Bilang padanya untuk membatalkan perceraian ini."

"Pak, Anda harus tenang dulu. Kita akan bernegosiasi dengan keluarga Rustam tentang hal ini."

"Lakukan secepatnya."

"Tidak perlu." Dua laki-laki itu seketika menatap kaget wanita yang berdiri didepan pintu. Terlihat tak peduli dengan tangan bersedekap.

"Christin, kamu mau kemana?" Dengan gerakan ringkas laki-laki itu sudah mendekat.

"Make it simple Dra, just sign the paper, then I'll go."

"Kenapa? Salah aku sama kamu apa, Christin?"

"Bukan salahmu Dra, tapi aku. Aku yang salah menilaimu sudah berubah. Aku harap kamu ingat, bahwa semua tentang nama keluarga kita."

"Keluarga kita sama hancurnya, lalu untuk apa kamu juga menghancurkan pernikahan kita?"

"Tidak usah drama Dra, jadilah seperti kamu yang seharusnya. Tidak perlu melankolis."

"Arti pernikahan kita apa bagimu, Christin?"

"It's all about business... get used to." Laki-laki itu mundur perlahan mendengar jawaban istrinya. Terkejut dengan datarnya suara itu saat mengucapkannya.

Seumur hidup. 

Hampir seumur hidup sejak dia mengenal pertemanan, mulai mengerti rasa dihati, selalu ingin bersama. Dan perasaan itu hanya untuk istrinya, wanita yang dipujanya sejak remaja.

"Kamu lebih dari itu Christin, apakah tiga tahun pernikahan kita tidak cukup mengikat hatimu?"

"Apakah kedekatan kita hampir seumur hidup, tidak cukup untuk melihat rasa cintaku sama kamu?"

"Andra Jonathan! Cukup!" Wanita itu maju selangkah, mendekat kearah laki-laki yang sebentar lagi menjadi orang asing baginya.

"Sejak awal, aku sudah mengucapkan dengan jelas.  We are not in Romance relationship, only bussiness matter happened."

"Dan semua berakhir saat tidak ada keuntungan yang terjadi, semua malah berantakan. Perusahaan dinyatakan bangkrut. Aku hanya ingin menyelamatkan nama besar keluargaku."

"Semua hanya kerena perusahaan?" Jonathan tertawa hampa. Menjambak rambutnya yang di tata rapi dengan pomade.

"Wanita kejam." Dengan kencang laki-laki itu menendang telpon rumah yang sudah rusak teronggok dilantai, meluncur ke arah filling cabinet.

Kumpulan 'One Shot Story'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang