#3 | malam

18.2K 3.4K 2.2K
                                    

kini jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. iya, ramalan laki-laki tadi pagi benar. malam ini tidak secerah siang tadi. sambil menyikat kloset dengan sikat gigi, gue termenung sambil menatap keluar jendela kamar mandi. bagaimana laki-laki itu bisa meramal sebegitu akuratnya ya?

grrrrrrr grrrrttttt brrrttttt

tiba-tiba pintu kamar mandi dibor oleh pembantu gue. sambil memasang wajah cengo, gue mendongak dan menemukan bi taeil sedang memakai kacamata anti api dan alat bor di tangannya.

"non, maaf. itu ada tamu di depan, cowok, cari non." jelasnya sambil membuka kacamata. dengan watadosnya dia pergi lagi, meninggalkan gue yang masih bingung bagaimana cara jelasin ke bokap nanti perihal pintu kamar mandi yang berlubang berbentuk hati seperti sekarang ini.

tapi sudahlah, pintu ini juga hanya berlapis emas. besok-besok aku ingin pintu kamar mandi yang berlapis batu mars, pasti bokap membelikannya.

dengan wajah sumringah sedikit bingung, gue berjalan ke pintu depan. kira-kira 2 km lah dari kamar mandi. iya. rumah gue emang luas banget. gak bohong.

sampai di depan pintu, gue haus. alhasil gue yang gak kuat menahan dahaga, balik ke dapur yang jaraknya 1,5 km. setelah meneguk segelas starbuck gue balik lagi menempuh perjalanan 1,5 km menuju pintu depan.

pintu depan terbuka dengan otomatis, menampilkan 2 orang laki-laki dan seorang supir grab. iya, ini biasa terjadi. siapapun yang datang ke rumah gue harus menyiapkan uang untuk membayar supir grab demi perjalanan yang selamat dari gerbang utama ke teras rumah sejauh 17 km. gue udah bilang kan rumah gue luas banget?

bahkan, supir grab pada mangkal di post satpam.

"kartu undangan." ucap laki-laki tadi pagi, lengkap dengan boomber biru, dan juga tangan yang terulur sambil menyodorkan vivo s9 yang baru launching dengan bintang tamu prily latuconsina/?

gue mengambil handphonenya, gue yakin di dalamnya ada kartu undangan. tapi untuk basa-basi, gue bertanya. "Undangan apa?"

"bacalah." suruh laki-laki itu.

saat gue memutar handphonenya untuk mencari tombol power, laki-laki itu berkata lagi. "Tapi nanti."

gue mengangguk, "oke."

dia memutar kepala ke arah temannya, "chan, bahasa kalbunya apa?"

"bahasa kalbu apaan? lo jangan aneh-aneh nanti gue sleding." jawab temannya dengan kaki yang siap terangkat menyleding kepala laki-laki di depan gue.

"oh iya itu." gumam laki-laki berboomber biru ini lalu kembali menatap gue.

dia diam. tiba-tiba kepalanya stroke ke samping geleng-geleng kecil. tangannya terkibas-ibas ke udara, bibirnya mereng kiri mereng kanan, bola matanya diputar ke atas sampai manik hitamnya menghilang. yatuhan, dia kenapa????

selama 5 menit dia terus seperti itu sampai akhirnya, "duluan ya." ucapnya kembali normal.

gue bertanya, "kok tau rumah gue?"

"gue juga tau kapan hari wafat lo. gue juga tau apa warna bra lo." tebaknya.

gue mengerutkan dahi, "pink?"

dia tersenyum, "sama seperti mama gue. ber-renda?"

gue mengangguk sambil tersenyum kecil, dia benar-benar lucu dan aneh. dan juga luar biasa.

"gue pamit ya." ucapnya lagi dan gue mengangguk kecil.

"shalom jangan?" tanya laki-laki ini.

gue tersenyum kecut, "assalamualaikum."

"demi tuhanku yesus, semoga sejahtera." jawabnya lalu pergi menaiki mobil grab. dari depan teras gue bisa melihat ada sebuah helikopter yang parkir di depan gang rumah. sepertinya milik laki-laki itu.

gue menunggunya sampai keluar gerbang, tetapi mobil grabnya malah berhenti di tengah jalan. laki-laki itu keluar, begitu pula dengan sopir, teman, dan 2 kartu atm dari dompetnya.

laki-laki itu mengulurkan tangannya, memberi si sopir grab 2 kartu atm lalu memasuki mobil dan mengendarainya sendirian. sementara sopir grab yang malang hanya berjalan tertatih-tatih menuju pos satpam.

sepertinya, laki-laki itu baru saja membeli sebuah mobil grab.

MARK 1990.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang