setelah pengakuan mark yang sukses membuat jaehyun melakukan penerbangan ke rusia untuk memasang gigi emas lagi, gue dan somi duduk termenung di belakang kursi kosong yang biasanya diisi jaehyun.
kata jaehyun, dia mau ganti semua gigi geraham atasnya pakai gigi emas. biar mark lee makin iri. dan makin susah nyaingin dia buat dapetin gue.
jujur, gue terkejut mendengar itu semua karena gue pikir hubungan gue dengan laki-laki itu hanya sebatas ketua dan wali kelas.
tapi, kata somi, dia udah sadar dari lama kalau jaehyun jelas-jelas naksir gue.
sebagai orang yang pernah belajar bahasa tubuh ke selandia baru, gue sebenarnya cukup pintar untuk membaca gerak-gerik dan arti dari bahasa tubuh jaehyun akhir-akhir ini.
seperti; kalau jaehyun mau pipis, dia akan memegang tititnya.
hanya saja, gue gak peka kalau gerak-gerik jaehyun selama ini menyatakan bahwa dia suka sama gue.
hm, sudahlah. biarkan dia menikmati perjalanannya ke rusia.
gue hanya berharap dia baik-baik saja di sana dan sesegera mungkin nge pap foto lagi di depan menara eiffel. setidaknya itu pertanda kalau jaehyun salah jalan.
"som, ikut duduk dong."
tiba-tiba suara seseorang yang nggak gue harapkan datang, udah berada tepat di sebelah bangku somi dengan gaya lilin. setelah tau kalau gue nge notice dia, mark segera melakukan rol depan dan berdiri dengan kakinya.
somi yang lagi bakar corong pembersih telinga di kupingnya, merasa terganggu dan bertanya lagi, "apaan? gue ga denger."
mark menundukkan bahunya dan berkata lebih dalam, "gue mau ikutan duduk. atau lo mau gue buat ngga bisa duduk, hm?"
"dih. ogah."
somi langsung menyingkir sambil membawa kursinya ke meja lain.
di saat yang bersamaan, gue bisa lihat tatapan mematikan mark, diiringi dengan gestur tubuhnya yang mulai merendah dan menahan pantatnya membentuk sudut 90 derajat.
"boleh aku minta lemper?"
gue sontak kebingungan, lalu mulai mengeluarkan isi tas satu per satu, siapa tau ada lemper basi sisa kemarin. namun yang gue temukan hanya sembilan bongkah berlian dan beberapa squishy emas.
"a─aku ga punya lemper. maaf."
dia memutar bola matanya malas, "yaudah aku kasih iphone, nih." ucapnya sambil menggelindingkan sebuah benda pipih berwarna hitam pekat ke arahku.
selanjutnya dia menautkan kesepuluh jemarinya dan menoleh lagi ke arahku, "kalo kertas, punya?"
tanpa mengangguk, gue langsung mengambil se-pack kertas nasi dari dalam tas somi.
"nih." ucap gue sambil balik menggelindingkannya.
laki-laki itu meraihnya dan balik merogoh tas somi, seperti yang gue lakukan tadi, untuk mengambil eyeliner.
perlahan dia mulai melukis sesuatu di atas kertas nasi itu,
daftar makhluk hidup yang bisa jadi pacarmu :
1. jaehyun─lengkap dengan emotikon gigi emas di samping namanya─
2. mang johnny─lengkap dengan emoticon otot lembek di samping namanya─
3. pak taeyong─lengkap dengan emoticon kumis dan tubuh kerempeng di kanan-kiri namanya─
4. lee jenong─lengkap dengan emoticon kolor di samping namanya─
5. mark lee─lengkap dengan emoticon laki-laki berjaket boomber, dan rambut badai, dan mata kecil, dan gigi mungil, dan semangka, dan hati terbelah lalu hati terpanah dan hati terbalut pita di sekeliling namanya.
setelah selesai menulis hal-hal aneh yang dia inginkan, mark menyodorkan kertas minyak itu ke arah gue lalu menghapus nama manusia dari nomor satu sampai empat dengan concealer somi yang entah sejak kapan ada di tangan kanannya.
"kenapa semuanya diconcealer kecuali nama kamu?" tanya gue sambil meliriknya penuh curiga.
mark balik menatap gue dengan senyum kecilnya, "mereka semua jerawatan─"
"─kecuali kamu?"
mark mengangguk, "doain. dengan caramu." ucapnya menatapku lekat-lekat.
aku balas menatap manik hitamnya sembari meneliti wajahnya perlahan. dia benar-benar tidak punya jerawat, hanya ada beberapa bintitat di ujung matanya.
"selamat waisak!"
"selamat siang!!"
teriakan dari seorang guru yang berhasil memasuki kelas lewat ventilasi, membuyarkan lamunan gue yang sedang menelisik wajah mark. padahal hampir saja aku melihat satu pori-pori besarnya yang bisa saja menjadi bibit jerawat.
"anak-anak hari ini kita akan belajar tentang ekosistem."
"ada yang sudah tau apa itu kunci inggris?" tanya laki-laki yang sedang memakai baju crop tie die di depan kelas itu. kalau tidak salah namanya pak lucas.
"belomm pak!" jawab seisi kelas, kecuali gue yang merasa risih karena ditatap mark.
"bagus, kalau kalian semua sudah tau apa itu kunci inggris, saya tidak jadi mengajar geogebra-"
tiba-tiba pak lucas memicingkan indra pembaunya sembari mendekat ke arah mark dan gue. dalam radius 3 meter, gue bisa melihat hidungnya kembang kempis di dekat kerah baju mark.
"hey! kamu yang kemarin beli cilok satu juta itu kan?"
mark menyempatkan diri untuk mencabut sehelai bulu hidung pak lucas sembari mengangguk.
"kamu kenapa ada di sini?" tanya laki-laki itu lagi. tangan kanannya menarik seragam mark untuk mengikutinya berdiri di depan kelas.
"bapak kenapa ada di sini?" ucap mark balik bertanya.
pertanyaanya membuat pak lucas bungkam karena setau gue, laki-laki yang gemar memakai anting magnet itu adalah tukang kebun di sekolah.
"keluar!" teriak pak lucas tidak terima.
mark tertawa renyah lalu menggapai seutas tali rafia yang tersampir di trali jendela. badannya yang ramping menyempil keluar kelas lewat jendela dan langsung tertarik ke atas untuk memasuki helikokpternya yang ternyata menunggu di atap kelas.
bersamaan dengan itu, somi menarik kursi guru dan mendudukinya kembali di samping gue.
"anak-anak kalian harus sedikit makan cilok, biar ciloknya tidak cepat habis! seperti abdul! kelas sendiri aja dia lupa."
ucap pak lucas sembari menggelengkan kepala melihat kelakuan mark yang keluar dari jendela.
"mark leeee!" ucap kami bersamaan membenarkan nama laki-laki itu.
"mark lee binti abdullah kan?"
oh, iya kah? aku baru tau. kukira seisi kelaspun begitu, sehingga kami terdiam tak berkomentar dan membiarkan pak lucas menjelaskan kembali materi tentang double cleansing.