Bel masuk tanda istirahat telah berbunyi sejak 20 menit yang lalu, namun suasana kelas masih saja ribut. Itu semua, dikarenakan guru mereka yang tidak bisa hadir untuk mengajar. Semuanya sibuk dengan urusan masing masing, begitu juga dengan laki-laki berambut merah yang sedang berbicara dengan Siyeon.
"Yang hari ini aku mau jalan jalan ke mall. Kamu mau kan temenin aku jalan-jalan nanti?" tanya Siyeon dengan manja, ia pun memeluk tangan kanan haechan.
Namun sepertinya Haechan tidak tertarik dengan pembicaraan Siyeon, dia daritadi hanya diam saja memandangi tempat duduk leya yang berada di barisan paling belakang dekat dengan jendela yang berada lumayan jauh dari bangkunya sendiri. Dia penasaran kemana perginya cewek misterius itu. Sikap Haechan tadi lantas membuat Siyeon sedikit jengkel.
"Chann, kamu kenapa sih kok diem aja?" tanya Siyeon dengan nada yang mengatakan bahwa dia jengkel.
"Enggak kok yang, kamu kan lagi ngomong masa aku ikutan ngomong juga." Balas haechan beralibi, dan mengalihkan pandangannya ke arah Siyeon.
"Pertanyaan aku juga kamu anggurin, terus kenapa kamu liat ke bangku cewek itu terus sih. Bikin aku kesel aja tau enggak." Balas gadis itu masih kesal dengan tingkah Haechan.
"Aku cuman liat jendela aja kok, pengen lihat kelas mana yang olaharaga" jawab Haechan.
"Oh, enggak mugkin juga sih kamu ngeliatin Leya si cewek freak itu" ucap Siyeon.
"Leya? Nama cewek itu Leya?" tanya Haechan kepada Siyeon.
"Iya kenapa emangnya yang? Kok kamu nanya-nanya kaya gitu." Balas Siyeon.
"Engga kok yang, enggak kenapa-napa." Haechan mengelus puncak kepala Siyeon, 'oh jadi cewek penyendiri itu namanya leya.'
"EEHEM!" seseorang berdeham, "Yeon lo balik kek ke tempat duduk lo, pacaran mulu." Lanjutnya lagi, ternyata itu Jeno teman sebangku yang merasa terganggu karena tempat duduknya dipakai oleh Siyeon.
"Eh Jeno! tunggu bentar ya, kan lo bisa duduk di bangku gue dulu bentar." Xiyeon berkata seraya menunjuk bangkunya yang kosong berada dua barisan dibelakang dari meja Haechan dan jeno.
"Tapi bangku yang lo dudukin itu bangku gue Yeon, lagian kalian berdua kaya enggak pernah ketemu aja." Balas Jeno tak acuh.
"Yang kamu pindah ya, lagian nanti sore kita mau jalan kan?" Haechan berusaha membujuk Siyeon untuk pindah dari bangku Jeno ke bangkunya. Siyeon pun hanya bisa pergi dengan cemberut, sebelum pergi dia menginjak kaki Jeno terlebih dahulu. Lantas membuat Jeno mengaduh kesakitan.
"Cewek lo, barbar juga." Ucap Jeno sambil mengusap kakinya yang yangtadi diinjak oleh Siyeon. Sedangkan Haechan hanya bisa tersenyum tipis, dia masih memikirkan tentang keberadaan leya.
"Jen, gue cabut dulu ke Rooftop dulu ya." Haechan menepuk bahu temannya yang sedang belajar itu. Memang Jeno itu siswa teladan, dia tetap belajar walaupun tidak ada guru.
"Mau ngapain lo di Rooftop?" tanya Jeno. "Biasa sebats dulu." balas Haechan.
"Chan.. Chan lo enggak kapok apa ketauan sama guru bp hah?" Tanya Jeno, sambil menutup bukunya, dia memutar bola matanya. Dia bingung dengan kelakuan temannya yang benar-benar nakal itu.
"Tenang aja kali coy, kali ini gue enggak bakal ketahuan, Ya udah gue keatas dulu ya." Haechan pun keluar dari kelas menuju ke rooftop. Jeno hanya bisa mengehela napas, sedangkan Jaemin dia daritadi sudah berada di alam mimpi sejak bel istirahat masuk.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sementara di lain sisi, Leya sedang asik menikmati angin yang menyentuh kulitnya. Dia suka angin yang menyentuh kulitnya, karena sentuhan angin itu membuat dia merasa hidup. Leya daritadi memang berada di Rooftop, dia pergi dari kelas karena tidak ada guru, dia juga malas kalau hanya di kelas diam saja. Leya yang sedang duduk di kursi yang disediakan, dan mulai merebahkan badannya. Nyaman, pikirnya dia mulai menutup matanya, dan membiarkan matahari meyentuh permukaan kulit wajahnya. Dia pun mulai tertidur.
Haechan baru saja tiba di Rooftop saat Leya tertidur, Haechan saat itu belum menyadari keberadaan leya. Haechan menyambangi pagar yang membatasi lantai Rooftop, dia menyalakan rokok yang telah dia bawa tadi. Dia pun menghisap rokok tersebut dengan perlahan, Haechan bisa digolongkan sebagai perokok berat, karena dia selalu merokok jika ada waktu kosong. Dia masih sibuk menghisap rokoknya, saat memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di Rooftop.
Leya masih memejamkan matanya, sepertinya dia benar-benar tertidur dengan lelap. Dia bahkan tidak sadar dengan kedatangan Haechan. Haecan yang berjalan menuju kursi untuk duduk, terlonjak melihat Leya yang sedang tidur. Haechan pun duduk disampingnya, dia berusaha duduk dengan setenang mungkin. Haechan masih melakukan kegiatannya tadi, dia masih belum mau berhenti dari kegiatannya.
"OHOK OHOK." Leya terbangun karena rokok Haechan yang membuatnya terbatuk, dia melihat kesebelahnya. Dia pun menatap Haechan dengan tajam mengisyaratkan haechan untuk mematikan rokoknya, dia memang tidak suka dengan asap rokok.
Haechan yang mengerti tatapan Leya, langsung mematikan rokoknya. Setelah Haechan mematikan rokoknya, Leya malah memainkan hpnya tidak berbicara apa-apa lagi.
"Hai! Lo yang namanya Leya ya?" Haechan mulai menyapa Leya dengan pelan.
"Hmm."
Haechan merasa kaget dengan sikap cuek Leya, biasanya semua perempuan yang dia sapa pasti akan bertingkah seperti orang kesurupan, Apalagi jika Haechan yang menyapanya terlebih dahulu. Namun beda dengan Leya, dia malah mendiamkan sapaan Haechan.
"Lo kok sendirian terus sih? Enggak pernah gabung sama anak-anak kelas." Kali ini Haechan mulai membuka percakapan. Namun dia malah dihiraukan oleh Leya, sekarang Perempuan itu malah menggunakan earphone-nya dan memejamkan matanya kembali. "Lo lagi dengerin lagu apa? Kayaknya enak ya." Haechan yang masih belum mau menyerah, mulai membuka topik baru berharap perempuan itu mau membalas percakapannya.
Leya yang sedang mencoba untuk tertidur, merasa tertanggu dengan kehadiran haechan mulai berkata, "Berisik banget ,"
"Ya, tentu saja! Kamu itu daritadi menganggu saya tahu tidak!" Jawab Leya dengan ketus.
Haechan hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, 'mampus deh siap-siap aja gua dianggap aneh sama ini cewek'. "Maafin gue deh," lanjut Haechan "udah ganggu lo sama buat lo kesel."
"Minta maaf juga menyebalkan, kamu tahu tidak." Sahut Leya lagi. Karena merasa terganggu Leya pun memutuskan untuk pergi dari Rooftop, dia tidak permisi terlebih dahulu kepada Haechan. Buat apa juga pikirnya, toh dia juga tidak kenal dengan lelaki yang baru saja mengajaknya mengobrol.
Sedangkan Haechan yang melihat sikap Leya, hanya bisa membuka mulutnya karena kaget. Dia jadi semakin penasaran tentang Leya, karena sikap dinginnya tadi. Dia ingin mencari tahu tentang Leya lebih banyak, namun sebelum mencari tahu tentang Leya dia memilih untuk menghabiskan rokoknya terlebih dahulu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya update juga, setelah lama ini cerita gue anggurin wkwkwkwk :')