third

9 0 0
                                    

"SEMUA INI GARA-GARA KAMU!!!!" jerit seseorang tepat didepan muka anak perempuan yang sedang menutup kupingnya. Anak itu hanya bisa menangis, orang itu berteriak lagi. "Coba aja kamu enggak lahir, pasti sekarang enggak bakal kaya gini," anak itu hanya bisa diam, dia tidak tahu harus berbuat seperti apa.

"Lebih baik aku pergi saja, daripada ngurusin anak yang enggak tahu diuntung." Orang itu berbicara sambil memasukan bajunya kedalam koper secara acak.

"Mah, jangan pergi mah. Leya janji enggak bakal pernah ngerepotin mamah lagi." Anak itu memohon, dia berusaha menahan tangan mamahnya agar tidak pergi dari rumah mereka. Namun orang itu tidak peduli dengan tangisan anak itu, hingga orang itu beres memasukan semua bajunya kekope. Dan pergi meninggalkan anak itu sendirian tanpa berkata apa-apa lagi, Anak itu berusaha mengejar namun itu semua sia-sia. Orang itu tetap pergi, dan suara pintu terbanting yang terdengar membuat jeritan tangis si anak itu semakin kencang.

Malam itu hanya berisi isak tangis sang anak kecil, serta hujan dan petir yang bersahutan.

KRING KRING KRING KRING KRING

Suara alarm itu, berhasil membuat Leya terbangun dari mimpi buruknya itu. "Lagi-lagi mimpi itu. Sudah lama juga aku tidak memimpikan mimpi itu." Ucapnya, tanpa dia sadari air matanya menetes. "Bodoh sekali, jika aku menangisi hal itu. Memang di dunia ini semuanya kejam." Leya menghapus air matanya, dan segera beranjak dari tempat tidur untuk mempersiapkan diri ke sekolah.

Setelah dia membersihkan kamar dan dirinya dia pun beranjak ke dapur untuk menyiapkan sarapannya. Dia menyiapkan roti panggang dan segelas susu coklat hangat, selama menunggu rotinya matang dia pun memainkan hpnya sebentar. Setelah rotinya matang, dia segera menyantap roti panggang tersebut. Jam menunjukkan pukul 07.40, Leya masih mempunyai banyak waktu sebelum bel berbunyi namun dia memutuskan untuk langsung berangkat ke sekolahnya.



40, Leya masih mempunyai banyak waktu sebelum bel berbunyi namun dia memutuskan untuk langsung berangkat ke sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Suara musik sayup-sayup terdengar dari kamar tempat haechan berada, dia sedang mendengarkan musik dengan tenang. Ya sekarang dia tidak telat seperti hari pertama masuk kesekolah, dia bahkan bangun 2 jam lebih cepat.

"Emang, dengerin lagu sambil minum kopi itu emang enak." Haechan berkata kepada dirinya, sambil menyeruput kopinya. "Njing panas banget ini kopi buset," Haechan mengipaskan tangannya ke mulutnya yang melepuh karena kopi yang diminumnya, bagaimana tidak dia membuat kopi hanya dengan menggunakan air panas saja. Haechan memang tidak pernah membuat kopi sendiri sebelumnya, dia juga tidak bisa masak, ingat rotinya yang gosong saat ia berusaha membuat sarapan sendiri.

"Gila panas banget ni kopi, udah panas pait lagi." Haechan pun memutuskan untuk membuang kopinya ke wastafel, dia pun bersiap-siap sebelum berangkat ke sekolah.

Haechan yang sudah siap berada di bagasi rumahnya, melirik jamnya yang menunjukan pukul 07:00. "gila, gue kesambet apaan ya, bisa bangun pagi kaya gini.' Dia pun kemudian terkekeh mendengar perkataannya sendiri (gila woee), "Gue berangkat sekarang aja lah, siapa tau nanti gue dapet rejeki anak sholeh." Dia pun meraih helmnya, dan menghidupkan motornya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anaesthetic | Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang