Prolog.

28 2 0
                                    

Pagi itu, Chika merasakan hal yang aneh pada perutnya. Berulang kali ia merasakan pusing dan mual yang teramat sangat, hingga dia bolak balik ke kamar mandi.

Chika tak tahu, apa yang terjadi. Dia hanya mengira jika ia akan mendapati tamu bulanannya yang sekarang sudah telat hampir Dua Minggu lamanya.

Ia memang tak memeriksakan keadaannya, karena ia sudah biasa telat sampai berminggu minggu. Dan tak ada apa apa akan baik baik saja tamunya selalu datang.

"Mmmppp..." Lagi dan lagi Chika menutup mulutnya agar tidak kembali ke kamar mandi. Tapi nyatanya ia salah, ia kembali lagi dan memuntahkan yang ada di dalam perutnya, walau hanya cairan bening saja yang keluar.

"Chik, kamu gak papa?" Tanya Revan yang tak lain adalah kakak sepupu Chika. Chika hanya menggeleng, tanda jika ia baik baik saja.

"Perlu aku antar ke dokter ngga?" Kata Revan lagi. Dan lagi lagi Chika hanya menggeleng. "Baiklah, jika kamu berubah pikiran aku akan selalu ada." Setelah mengatakan itu Revan kembali ke kamar dan bersiap untuk kerja.

Sedangkan Chika, ia masih bergulat di kamar mandi. Ia memikirkan jika tamu yang dia tunggu tunggu harusnya datang akhir bulan ini, tapi sampai awal bulan ia tak ada tanda tanda datang. "Apa jangan.. jangan.." Chika segera mengenyahkan pemikiran yang tidak masuk akal.

Dia memang penikmat seks bebas. Tapi, dia selalu rutin meminum soda sehabis melakukan seks dengan Reno kekasihnya. Chika segera kembali ke kamar dan mengambil handphonenya, lalu menghubungi Reno.

Sampai di dering keempat Reno tak mengangkat panggilan darinya. Chika mulai cemas, ia tak tahu harus mencari Reno dimana. Karena yang Chika tahu hanya gang rumahnya, tidak dengan rumah asli dan keluarganya.

Chika mengcengkram erat rambutnya, dia tak tahu harus bagaimana jika apa yang dia pikirkan benar adanya. Apa yang harus dia lakukan? Membunuhnya atau membesarkannya?

Chika Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang