4. Bang Raka

15.6K 873 16
                                    

Aku tercengang melihat sosok yang kurindukan belakangan ini. Ingin sekali aku bertemu dengannya tapi jarak menjadi penghalang.

Sosok itu sedang memainkan ponsel dengan ekspresi wajah yang serius. Dan dia yang kumaksud adalah abangku satu-satunya, Bang Raka.

Dua bulan yang lalu kami terakhir bertemu. Sekarang dia menjadi jarang mengunjungiku karena sibuk mengurusi proyek barunya.

Aku melepaskan rangkulan suamiku dan langsung menghampirinya dengan langkah lebar seraya berseru girang, meneriakkan namanya. "BANG RAKA!!"

Seketika perhatiannya teralihkan kepadaku. Dia merentangkan tangannya lebar-lebar dan tentu saja aku langsung memeluk tubuhnya erat. Aku sungguh sangat merindukannya.

"Queen kangen sama abang." aduku.

Meski aku sudah menikah, aku tidak bisa untuk tidak manja ke Bang Raka karena sudah terbiasa sejak kecil.

Kak Theo pernah melarangku untuk manja ke Bang Raka karena dia cemburu melihatku bersama Bang Raka. Aneh-aneh aja deh tuh cowok. Masa melihatku dengan Bang Raka saja dia cemburu.

"Abang juga kangen, makanya langsung ke sini."

"Tapi gimana kerjaan abang??"

"Abang serahkan ke sekretaris hehe."

"Kasihan Kak Naya, pasti pusing ngurusin sendiri." kikikku.

"Sesekali tidak apa lah haha."

Aku melepaskan pelukan kami dan duduk di sebelah Bang Raka. "Bagaimana hubungan kalian sekarang??" tanyaku kepo.

Bang Raka ini jadian dengan Kak Naya belum lama tapi Bang Raka sudah mengejar-ngejarnya sejak dua tahun yang lalu.

Kak Naya sulit untuk membuka hati karena kematian kekasihnya di detik-detik mereka akan menikah.

Namun, Bang Raka dengan gigihnya memperjuangkan cintanya. Kalau aku jadi Bang Raka sih gak akan kuat memperjuangkan seseorang selama bertahun-tahun lamanya.

"Baik-baik saja tapi kembarannya sangat menjengkelkan."

"Dia apain abang memangnya??"

"Pokoknya dia selalu membuat abang kesal. Untung dia kakak ipar, kalau tidak sudah abang hajar dia."

"Wahaha, sabar, bang."

"Eh, kenapa kita malah melenceng ke Naya. Ah ya, bagaimana hubunganmu dengannya? Tidak ada masalah, kan?" Bang Raka melirik Kak Theo yang duduk di hadapan kami dengan wajah datar.

Kak Theo selalu saja seperti ini jika ada seseorang yang menarik perhatianku. Intinya, dia ingin perhatianku hanya tertuju padanya.

"Gak ada, bang."

"Syukur lah kalau begitu. Kalau ada masalah jangan sungkan meminta bantuan abang ya."

"Siapp."

"Kamu nambah chubby deh. Gemes abang." Bang Raka malah mencubiti pipiku dengan riang.

"Ih, Bang Rakaa!! Jangan cubit pipi Queen!!" protesku.

Bang Raka menyengir. "Tapi pipi kamu ini seolah memanggil abang untuk mencubitinya."

My Possesive TheoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang