-Minho POV-
Aku mengantar Sulli sampai ke flat, selama perjalanan Sulli mengaitkan kedua tangannya, bisa terlihat jelas tubuhnya masih gemetaran dan mata yang sembab karena banyak menangis. Sekali-kali aku melirik Sulli memastikan keadaannya. Melihatnya seperti itu serasa mendapat pukulan yang kuat diwajahku. Yeoja yang kucintai sedang tersakiti dan aku merasa seperti namja bodoh yang tidak bisa melakukan apa-apa.
Tidak lama kami pun sampai, Sulli keluar dari mobilnya dan juga begitu aku. Belanjaannya tidak lupa ku bawa.
"biarkan aku-
"tidak Sull, biarkan aku yang membawanya. Kau bisa berjalan?" Aku sangat mengkhawatirkan keadaannya.
"Gamsahamnida Minho" jawab Sulli pelan dan menuju flatnya, aku mengikutinya dari belakang khawatir tentangnya dan memastikan dia akan aman bersama ku.
"Sulli kau yakin tidak apa-apa?" Tanya ku sekali lagi saat aku berada didalam flatnya.
"tidak apa-apa" jawab Sulli. Namun aku merasa bahwa ia sedang tidak baik-baik saja, suaranya terdengar parau dan tubuhnya masih gemataran.
"aku bisa mendengar masalahmu Sulli" kataku ingin menjadi teman yang baik bagi Sulli
"aku tidak apa-apa Minho. Gomawo telah datang tadi, itu hanya aku tidak terbiasa dengan keramaian" Sulli menjelaskan, berbohong ku rasa.
"Sulli dari yang ku lihat itu lebih dari ketidaksukaanmu pada keramaian" kataku lagi berharap Sulli bisa membagi masalahnya denganku, karena jujur aku frustasi tentang dirinya,
"Minho-ssi! Sungguh aku tidak apa-apa!" katanya tegas, suaranya yang serak terdengar memaksa. Aku bingung apa aku bisa membiarkan ini atau terus mengorek, aku bingung.
"ayolah Sulli bukankah kita telah berteman, dan sebagai temanmu kau bisa membicarakan jika sedang mem-
"tidak apa-apa Minho, Mian aku tidak bisa mengontrol emosiku dan gomawo telah membantuku" Sulli melembut, namun tajam bisa ku rasakan kata-kata itu seperti mengusirku mengatakan aku tidak boleh lebih jauh untuk mengetahuinya.
"baiklah aku tidak akan memaksa, tapi maukah kau menceritakan padaku saat kau siap?" tanyaku berharap hari itu akan datang, secepatnnya.
Sulli menatapku dan berpikir sejenak "aku harap saat itu datang" jawab Sulli pelan namun masih cukup untuk didengar.
"aku juga" balasku dan tersenyum "istirahatlah, aku pergi dulu dan sampai jumpa nanti" kataku dan Sulli mengantarku sampai didepan pintu flatnya.
"Gomawo Minho" kata Sulli kesekian kali dan aku hanya tersenyum padanya.
Aku meninggalkan flat Sulli, tidak lupa aku mengirim pesan ke Mrs. Park bahwa Sulli sudah diflatnya. Sejujurnya aku ingin bertanya sebenarnya ada apa dengan Sulli, kenapa ia terlihat sangat ketakutan saat Ahjussi di Supermarket menyentuhnya namun aku ingin mendengar semuanya dari Sulli secara langsung.
"Aku akan menunggu sampai kamu siap Sulli" kataku menatap flat Sulli sekali lagi dan kembali ke rumahku.
-Author POV-
Sulli duduk melamun disofanya matanya kosong memikirkan sesuatu sampai akhirnya suara ketukkan pintu menyadarkannya. Sulli menghampiri pintu itu dan membukanya, ia melihat yeoja cantik dengan tubuh kecilnya didepannya.
"eonni" kata Sulli mengenali yeoja itu.
"oh dear kau mengkhawatirkan ku" katanya dan masuk bersama Sulli ke dalam flatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DOOR
FanfictionPintu yang selalu terkunci rapat, pintu yang memang sengaja dikunci untuk tidak membiarkan orang lain memasukinya, pintu yang menyembunyikan diriku sebenarnya didalamnya, membiarkan bayanganku saja yang bersandiwara dengan memakai topeng diluar pint...