"Kok panas, ya?" Vaino terus mengibaskan kerah kemejanya, mencoba menghilangkan hawa panas yang ia rasakan sedari tadi.
Merasa tak tahan akan rasa panas yang ia rasakan, Vaino pun membuka kancing kemejanya hingga ia bertelanjang dada.
"Masih panas." Geram Vaino, ia pun berjalan memasuki kamar mandi yang ada di kamar Lusi.
●●●
Lusi selesai membantu panitia yang lain merapikan sisa acara. Dengan santai ia memasuki kamarnya. Dilepaskannya kerudung yang ia kenakan dan diletakkannya di atas meja rias yang tersedia di kamarnya.
Malam ini ia akan tidur sendiri, karena dua temannya yang lain memilih pulang lebih dulu dikarenakan sakit, itu perkataan mereka yang dikatakan kepada guru. Padahal Lusi tau mereka berbohong. Lala dan Bunga, kedua temannya itu akan melanjutkan pesta kelulusan mereka bersama pacar masing-masing, entah dimana tempatnya itu.
Selesai meletakkan kerudungnya, ia berjalan ke arah pintu kamar. Melepaskan gamis yang sedari tadi ia pakai dan digantungkannya di belakang pintu, membuatnya hanya mengenakan celana legging dan tank top.
Saat Lusi menggerai rambutnya sambil berjalan ke kamar mandi, pintu kamar mandi terbuka. Membuat kedua orang itu saling bertatapan terkejut.
"Vaino," gumam Lusi. "Kenapa kamu disini?" Tanyanya terbata-bata. Ia hendak berlari ke arah kamar mandi karena merasa takut dengan penampilannya yang kurang pantas. Namun kedua sisi tangannya ditahan oleh Vaino.
"Vaino! Menjauh!" Jerit Lusi saat Vaino mendekat padanya. Ia mencoba mendorong bahu Vaino, membuatnya bergeser sedikit namun tetap tak melepas Lusi.
"You look so amazing, Lusi," bisiknya lembut.
"Vaino, menjauh!!!" Jerit Lusi geram bercampur rasa takut. Mengumpulkan tenaga pada lengannya, ia dorong Vaino dengan kuat. Terlepas. Lusi pun hendak berlari menjauhi Vaino. Namun belum ia berlari lagi-lagi tangannya dicengkeram Vaino.
Vaino mencengkram tangan Lusi kasar, ia hempaskan Lusi di atas kasur dengan keras.
"Bantu aku," pinta Vaino, sambil membuka celana panjangnya.
Melihat itu membuat Lusi gemetar ketakutan. Ia hendak bangun untuk kabur, namun sayang ia gagal karena Vaino bergerak cepat.
Vaino membungkam bibir Lusi, mencengkram tangannya kuat-kuat, mengikat kedua tangan itu. Dengan kasar, salah satu tangannya menarik paksa baju dalam Lusi membuatnya terbelah menjadi dua.
"Kamu milikku. Dan akan selamanya menjadi milikku, Lusi!"
●●●
Menjelang pagi, Lusi terbangun dengan kedua tangan terikat dan tubuh yang masih tertindih Vaino.
Lusi menjerit kesetanan. Mencoba meluapkan semua yang ia rasakan. Mendengar jeritan Lusi, Vaino bangun dengan terkejut. Dengan ingatan samar dibenaknya, ia buka ikatan di tangan lusi.
"Lusi, maaf," lirih Vaino ketakutan saat sadar apa yang telah ia perbuat pada Lusi. Tak perduli permintaan maaf Vaino, Lusi memukulnya dengan membabi-buta.
"Lusi, maaf... maafin aku. Aku janji akan tanggung jawab." Mohon Vaino. Ia biarkan tangan Lusi memukulinya. Tak lama pukulan Lusi melemah. Dengan pandangan yang tiba-tiba buram, Lusi jatuh pingsan. Vaino panik dan buru-buru memakaikan baju gamis Lusi yang tergantung di belakang pintu sambil mengenakan pakaiannya sendiri. Digendongnya Lusi menuju keluar villa hendak menuju rumah sakit. Tatapan Vaino kalut akan kondisi Lusi yang tak sadarkan diri dengan darah mengalir dari sela pahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SESAL - Vaino Love Story (TAMAT) Lanjut Karyakarsa
Ficção GeralKelanjutan cerita ada di Karyakarsa🤗 Vaino Restu Alfattah mencoba menebus kesalahannya kepada Lusi Anna atas sebuah kasalahan yang tak pernah ia sangka akan ia perbuat pada wanita yang dicintainya itu. Foto by pinterest💐