Kai menggeliat kecil, matanya memicing. Sinar matahari pagi mengintip dari sela-sela tirai jendela. Ia mengerang lirih, merasakan sakit di seluruh badannya karena kelelahan. Baru semalam saja ia bisa tidur sangat nyenyak tanpa beban pikiran berat. Mengingat bahwa tiga hari ke belakang, ia begadang.
Sambil menggeliat lagi, Kai menyisir pandangannya ke sekitar. Ia baru teringat bahwa dari semalam ia tidur di rumah milik Anan, suami kakaknya. Ada Lea bersamanya yang juga ia bopong tidur di atas ranjang.
Pandangan mata Kai yang sebelumnya mengitar, terhenti tiba-tiba. Ia tertegun, tak berani menoleh ranjang di samping kirinya. Tak ingin percaya, jakunnya naik-turun panik. Terdengar suara nafas sangat halus di sampingnya, beraroma bunga, khas perempuan. Cepat Kai menarik selimut yang menutupi separuh tubuhnya, pakaiannya masih lengkap.
Setelah mengumpulkan segenap keberanian, Kai menoleh sangat pelan. Benar saja, ada sosok lain yang tidur di sampingnya, terlelap. Bukan hantu, bukan boneka, juga bukan Rizal. Dia adalah Lea. Rambut yang menutupi separuh wajah, mata terpejam lelap yang menggemaskan. Lalu, Kai melirik mengamati wajah Lea ke bawah. Hanya tank-top putih yang membalut mulus bahunya. Sementara dari perut hingga ke bawah, masih terbalut selimut.
"Ahhh," Kai mengacak rambutnya frustasi. Sudah terbayang adegan ranjang di benaknya yang mungkin terjadi semalam. Ia bahkan tak percaya pada dirinya sendiri. Bagaimana jika adegan itu benar-benar terjadi dalam ketidaksadarannya? Apalagi semalam Kai sempat mengecup kening Lea yang mengigau.
"Enggak, enggak. Lo cowok baek-baek Kai," gumam Kai menghibur dirinya.
"Ehm," terdengar Lea menggumam.
Spontan Kai menaikkan selimut menutupi tubuhnya hingga sebatas dada. Ia waspada, takut Lea membabi buta menyerangnya jika sudah membuka mata.
"Gue masih suci kan ya?" gumam Kai lagi, bermonolog. Ia meraba dadanya sendiri, panik.
"Ahh," Lea mendesah kecil lagi. Kali ini, matanya perlahan terbuka, mengedip-ngedip beberapa kali sambil menggeliat. Nampaknya Lea sangat menikmati tidurnya, senyum terkembang di wajahnya yang masih bercap bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrouvailles
Teen FictionLea tak pernah mengira bahwa rasa kagumnya terhadap si urakan Kai akan membawa perasaannya terjatuh begitu dalam. Dia hanya tertawa saat surat cinta itu disampaikan Dinda pada sekelompok anak bandel yang selalu membuat gaduh upacara bendera. Kairanu...