-5-

23 4 0
                                    

"Tuhan juga tau ca, tapi tuhan punya cara sendiri untuk menyadarkan gua, bahwa stop sampai di sini main-main nya, dan serius sama satu cewe baik yang bakal gua sayang nanti, karna ketika main-main gua udh selesai gua bakal sayang ke satu titik."

👻👻👻

Setelah kejadian canggung kemarin di rumah Aca. Keadaan pun kembali seperti semula. Namun, pertengkaran Acar pun masih berlanjut, seperti pagi ini.

"Arlef!!!!!!! Balikin pulpen gua sekarangg!!!!" teriak Aca membahana seisi kelas.

"Apa? Balikin? Nih" Arlef menyodorkan pulpen nya, namun saat tangan aca mengambil nya, arlef menarik nya kembali.

Aca pun melotot, "Ishh!! Balikin gak!!"

Arlef mendapat ide, dan ia menaruh pulpen nya di atas lemari, "Ambil gih di atas lemari" lalu mendekatkan wajah nya ke wajah aca, membisikkan sesuatu, "Kalau nyampe"

Aca geram, mendorong Arlef menjauh, "Ambilin gk, atau gua sleding lo ya."

Arlef terkekeh, "Jadi cewe jangan kasar Ca, ntarr jadi perawan tua lo, kaya bu Fani, hih."

Fiy, bu fani itu guru kesiswaan di sekolah mereka, Terkenal akan galak nya, isu nya bu fani itu perawaan tua, makanya suka marah, dan tidak punya perasaan pada murid. Anggap lah kurang kasih sayang.

Aca menyungging senyum sinis nya, "Kalau kasar sama lo sih gak papa, asalkan jangan sama calon suami gua."

Arlef membalas dengan senyuman maut nya, lalu membisikkan sesuatu ke Aca, "Kalau ternyata gua calon suami lo, gimana?"

Aca membeku, sejurus kemudia, "Ehhhh... Yaa....mmm gk lah masa lo. Yakali, tuhan tau pasti yang baik sama yang baik, bukan kek lo, alus sana alus sini, semua di deketin. "

Arlef terkekeh, "Tuhan juga tau ca, tapi tuhan punya cara sendiri untuk menyadarkan gua, bahwa stop sampai di sini main-main nya, dan serius sama satu cewe baik yang bakal gua sayang nanti, karna ketika main-main gua udh selesai gua bakal sayang ke satu titik." lalu arlef mendekat ke Aca lagi, "Dan siapa tau cewe nya itu lo"

Lagi-lagi Aca membeku. Arlef pun mundur lalu mengambil pulpen yang ia taruh di atas lemari tadi.

"Tukk" ketuk Arlef dengan pulpen di atas kepala Aca, lalu "Nih pulpen nya"
Dan meninggalkan Aca di dpn kelas.

Aca tersadar, "Aduhh bisa gk sih gk getok kepala"

"Acaa, kenapa kamu diri di situ, ini sudah bel. Kamu mau saya setrap?" Tanya bu dian dengan tegas.

Aca menengok ke Bu Dian, Lalu mengeluarkan cengiran nya, "Eh iya buu heheh maaf," lalu lari menuju tempat duduk nya dan menata ke arlef -awas lo-, yang ditatap hanya terkekeh.

Kring kring kring

Bel istirahat berbunyi, murid-murid berhamburan keluar, mengisi perut mereka yang telah merangung-raung.

"Sumpah ya caaa, gila ya tuh guru. Ngasih tugas gk kira kira." Omel Vio setelah mereka sampai di tempat duduk kantin.

"Ya maklumin aja udh sih," ucap Aca santai.

Vio melotot, "Heh lo kiraaa itu gampang, susahh caaaa susahhhhh," geram vio

Aca mentap Vio, "Ya trs? Kalau lo marah-marah juga tuh guru tetep aja ngasih tugas kan? Yaudah terima nasib aja"

Vio menghela napas, "Yaudah iyaa, mending makan deh gua"

Aca mengangguk, "nah makan gih, daripada ngomel kan lo"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang