Gadis Incaran

122 14 5
                                    

Jundi Bhadrika, memang lah nama yang berarti prajurit yang tangguh. Tapi siapa sangka, anak sekolah ini sangatlah luluh dengan kecantikan kaum hawa.

"Bagaimana perburuan mu itu?" sapa pria bertubuh gemuk sambil tersenyum lebar, seakan senyumnya seperti anak panah yang melesat kencang menuju kearah penghinaan. "Yasudah nih minum dulu, kita rayakan kesedihanmu," lanjut pria gemuk sambil menyuguhkan air mineral.

"Sial, hampir saja. Aku tidak berani mendekatinya." Jawab jundi terekeh-ekeh seperti sedang lari 10 kilometer jauhnya.

Jundi memang sedang naksir adik kelasnya, namun ia tak percaya diri, memang banyak lelaki yang sedang mengejar gadis itu.

"Selera mu terlalu tinggi Jun. Gadis berambut lurus, berkulit putih, mungil. Siapa yang tidak mau sih," balas lelaki itu sambil berdiri dan menelantarkan botol minum ke tempat selayaknya.

"Iya aku tahu," sahutnya. Tak lama kemudian, trompet elektronik berbunyi menandakan siswa masuk ke kelasnya masing-masing. "Ah aku mau masuk, habis ini kan pelajaran matematika, ayo jay kita masuk" lanjut Jundi kepada pria berbadan gemuk itu.

Hari ini mungkin hari kekecewaan Jundi, karena Pak Hidayat tidak masuk kelas. Kegaduhan terjadi dikelas itu, namun kegaduhan itu membuat Jundi menjadi bosan berada dikelas.

"Yan, izin ya ke toilet, biasa mau nabung," sahut pria itu kepada ketua kelas agar diizinkan untuk pergi ke toilet.

Hari itu sangat membosankan bagi Jundi. Arah yang diucap lurus ke toilet pun menjadi belok menuju kebohongan dan bertepatan di kantin. Pria ini memang sedikit aneh, terkadang ia kerap sekali bolos pelajaran menuju kantin, namun selalu mendapat nilai terbaik.

Jam pelajaran memang selalu menyihir daerah kantin untuk sepi. Pria kecil itu sedang duduk di tepi kantin, membayangi indahnya gadis pujaan hati. Entah sihir apa yang telah terjadi, bayang-bayang yang terpikir oleh Jundi langsung berubah menjadi wujud sang pujaan hati. Gadis itu berdiri di depan meja kantin. "Bu, air mineral satu ya," sahut merdu suara gadis bertubuh mungil itu membuat Jundi ingin datang mendekat.

"Ini kesempatan ku untuk mengenalnya,"

Persekutuan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang