Katanya proses.

792 64 49
                                    


Hidup tak seindah drama Korea.

Kalimat itu. Kalimat yang semua orang iyakan. Memang benar, hidup tak seindah drama Korea. Yang biasanya penuh kisah romantis, mengharukan kadang juga humoris. Namun nyatanya hidup seorang pria berusia 25 tahun ini harus jauh dari semua kata di atas. Pria dengan pekerjaan sebagai pekerja kantoran itu hanya berulang kali menghela napasnya pasrah. Pasrah dengan keadaan. Bahkan ia sampai muak ketika melihat adiknya setiap hari menonton drama.

"Berhenti menonton acara yang tidak berbobot." Sang kakak menegur adiknya. Adiknya hanya melirik sekilas. Memberikan tatapan tajam pada kakaknya.

"Ini lebih baik dari pada Anime." Adiknya tak ingin kalah. Ikut mengejek apa yang menjadi kesukaan kakaknya.

"Setidaknya, merka jauh lebih menggemaskan."

Ewww.

Menggemaskan dari mana?  Enek iya.

"Cobalah belajar dari sebuah drama kak. Siapa tau kakak bisa dapat pacar."

Bukk.

"Jaga mulutmu. Masih proses." Sang kakak mengelak. Dengan tangannya yang gesit melempar adiknya dengan sebuah bantal yang terletak di sofa. Kesal. Sungguh kesal dengan mulut adiknya yang kalau bicara tidak disaring dulu.

"Proses kok tahunan. Itu proses apa kreditan mobil."

Bukk.

Kali ini bukan bantal melainkan sebuah bogeman besar mendarat di kepala sang adik.

Aww.

"Mark Yugyeom. Berhenti membuat gaduh." Suara lembut seorang wanita menghentikan aktivitas kakak beradik itu.

"Dia memukulku Ma. Katanya di gak terima kalau prosesnya dibilang Jomblo berkepanjangan." Mulut Yugyeom kembali berucap. Yang hasilnya tak di saring sama sekali.

"Dasar tiang bisa diam tidak." Mark sudah emosi. Kembali memukuli adiknya dengan beringas.

"Makanya cepet cari istri, jangan diem aja di rumah. Biasanya orang yang udah kerja kemungkinan besar dapat jodohnya. Lah kamu kok masih aja sendiri. Malu Mark sama tuh muka." Mamahnya yang tadi jalan dari dapur lalu duduk di sebelah Yugyeom angkat bicara. Yang hasilnya membuat Mark semakin nambah emosi. Tapi Mark menahannya, gak mungkin kan Mark mukulin Mamahnya.

"Iya Mah, bulan depan dapet Jodoh deh." Mark meyakinkan Mamahnya. Tapi Mamahnya malah geleng kepala.

"Gak ah kalau bulan depan. Maunya minggu depan. Kalau minggu depan dapet, mamah jual tuh deh TV biar adek kamu gak nonton drama mulu." Mark hanya buang napasnya. Kesel sama Mamahnya. Seenaknya kalau ngomong. Dia mah gak peduli kalau Tvnya dijual. Pokoknya targetnya sebulan. Gak lebih.
.
.
.
Hari minggu.

Libur kerja. Waktunya santai, melupakan masalah kantor yang bikin pusing. Kalau ngomongin kantor, jadi seneng sendiri.
Mark baru dapet pesan dari temannya. Kalau kantornya mau tutup dulu ada kantor sebelah yang lagi punya hajat.

Ya kali ada kantor tutup hnya karena kantor sebelah hajatan.

Sungguh alasan yang tidak logis.

Mark nyengir, kadang ketawa sendiri liat ponselnya. Apa lagi kalau ponselnya ngeluarin suara desahan. Mark mah cuman gigit mulutnya aja rapat-rapat biar gak ikut ngedesah.

Lagi nonton anime hentai.

Udah favorite emang. Makanya adiknya selalu bilang bahwa animenya yang gak berbobot, lah wong animenya yang kek gituan.

Mark masih fokus liatin handphone nya. Ngabaikan ketukan yang sudah sedari tadi terjadi.

"Woy kak, turun waktunya sarapan." Teriak sang adik dari luar. Tapi gak dijawab sama kakaknya.

"Kak. Woy makan." tetep gak ada sahutan.

"Kak, anjay. Lu budeg yak." masih aja gak ada sahutan.

"Ih kesel gua." Karena udah gak tahan, dianggurin sang kakak dari tadi. Yugueom alias adik Mark. Membuka pintu kamar Mark dengan keras.

Pintu terbuka lebar. Namun Yugyeom hanya,,,

Diem.

Diem aja liatin kakaknya yang lagi kenakan.

Kenakan!  Karena Mark sekarang lagi ngelus anunya sendiri. Gerakannya naik turun, padahal masih pakek celana. Tapi tetep aja masih kentara banget kalau anunya kakaknya lagi menegang. Jangan lupakan mulut kakanya yang sedari tadi ngeluarin desahan.

"Ess.. Ahhh.. Ess.. Ahhh jay..." Mulutnya makin ngedesah.

Nelen ludah kasar. Njiir kakaknya udah gila.

"Eh mesum. Bisa berhenti gak!" Teriak adeknya keras. Membuat Mark menghentikan aktivitasnya secara langsung.

"Eh, elu." Itu aja jawaban dari Mark dengan wajah tanpa dosanya. Tapi tetep aja mukanya kek nahan gairah.

"Berhenti gak lu nyolinya." Yugyeom melotot ke arah Mark. Mark melepas tangannya dari daerah selangkangannya.

Basah.

Mark diem, tangan satunya naruh Handphonenya di atas nakas. Video animenya masih aja ngeluarin suara desahan. Membaut Yugyeom tambah geram.

"Eh Vampire. Matik in tuh video, sebelum mamah denger dan liat lu lagi basah kek gitu." Yugyeom natap tajam Mark, lalu berbalik ninggalin Mark yang masih tiduran di kasurnya.

"Jangan lupa turun makan. Nasinya keburu bau." Lanjut Yugyeom tanpa berbalik natap Mark.

Mark hanya nganggukin kepala nurut apa yang di katakan adeknya.

'Aktivitas paginya terganggu dengan kedatangan adeknya. Sial emang tapi udah nasib kethan dulu.'
.
.
.
"Gak waras. Untung gilanya gak nurun sama gua. Kalau nurun bagaimana cobak. Mungkin gua udah ikutan lomba nyoli sama dia." Yugyeom gelengin kepala ogah. Abis liat tingkah kakaknya yang gak pernah sembuh sejak SMA. Selalu aja nyoli tiap hari minggu. Emang kakak gak waras. Mungkin karena efek Jomblonya yang kelamaan, jadi gitu. Nyoli aja tiap hari.
.
.
.
"Semingg loh jatah kamu." Mamahnya nunjuk Mark memperingatkan. Mark hanya muter bola matanya malas.

Itu lagi.

"Gak ah Mah, sebulan aja." Tawar Mark. Yang mendapat gelengan kepala dari Mamahnya.

"Udah kak turutin aja. Jangan kelamaan prosesnya. Ntar gak puas loh." Adiknya yang duduk di sebelah Mark ikut nyaut.

Ntar gak puas loh.

"Diem lu." Mark natap adeknya tajam. Anjir emang, tuh kalimat adiknya menusuk banget.

"Jangan proses aja yah. Biasanya proses itu gak selama ini." Adeknya nyaut lagi.

"Emang lu pikir proses itu gampang apa? Lama tau." Mark emosi. Kesel sama adeknya.

"Ngomong aja kalau jomblonya yang kelamaan kak. Bukan prosesnya. Gitu aja susah." Mark melempar adiknya dengan sawi.

Kesel banget sama adeknya.
Masih aja bahas Jomblo. Emang situ punya pacar apa?

.
.
.
.
.
Tbc.

Baru. Baru bikin dengan genre berbeda. Labelnya sih humor. Tapi gak ykin kalau emang humor. Baca aja deh kalau gk cocok tinggal comment aja. Biar aku benahin ceritanya.

MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang