S A T U

62 7 0
                                    

Gadis itu berlari menyusuri koridor sekolah dengan air mata yang menggenang di pipinya
Namun saat dia sedang berlari....

BRUKK!!

Gadis itu menabrak punggung seseorang hingga dirinya meringis kesakitan dan sadar siapa yang di tabrak, gadis itu hanya bergeming sambil sesekali dia mengusap air mata nya yang selalu lolos untuk terjatuh dari matanya

"Vani, kenapa lagi ? Kenapa bisa nangis ? Siapa yg bikin lo nangis ?"
Tanya laki² itu heran dan terlihat cemas

Namun vani tidak menggubris pertanyaan laki² yang ada di depannya, dia hanya diam dengan tangis yang masih sesegukan

"Ikut gue" kata laki² itu lalu kemudian ia menarik tangan gadis itu ke sebuah taman yang berada di belakang sekolah dan mereka berdua duduk di kursi panjang yang berada di tempat itu

"Kenapa ? Cerita ke gue" laki² itu kembali bertanya kepada gadis itu

Gadis itu diam lalu menarik nafas nya dalam-dalam dan menghembuskannya kasar, kemudian dia menatap mata laki-laki yang berada di sebelahnya kini

"...."

"Jangan diem terus, cerita ke gue sekarang juga. Alvania Larasati Agustin." tanya laki-laki itu dengan nada yang mulai kesal karena gadis itu hanya diam saja daritadi

"I'm fine van" jawab gadis itu seraya tersenyum tipis menutupi unek-unek nya

"jangan bohong va, gue tau lo lagi nutupin sesuatu. Gue kenal lo dari kecil. Jadi gue tau kalo lo lagi ada problem." kata laki² itu seraya menatap kedua mata vani

"Bagas ngebentak gue van, gara-gara gue ngebahas si putri terus dia marah ke gue" jawab vani seraya menatap balik kedua mata laki-laki yang ada di depannya itu

Flashback

vani dan bagas sedang berjalan di parkiran dan vani ingin menanyakan sesuatu kepada bagas
Dengan ragu vani memberanikan diri untuk bertanya

"Gas, si putri sakit ya ?" Tanya vani dengan nada yang ragu-ragu

"Iya, kata dia lambung nya kambuh terus sekarang di rawat di rumah sakit Sari Husada" jawab bagas dengan santai

"Ohhh" vani hanya ber (oh) ria

"Kenapa ? Kamu ko bisa tau" tanya bagas penasaran

"Aku semalem buka akun fb kamu terus liat dia ngeinbox ke kamu ngirim pict kalo dia lagi di rumah sakit" jawab vani dengan nada yang rendah

"Aku pulang sekolah mau nengok dia kamu gausah ikut ya va" kata bagas seraya berjalan beriringan dengan vani meninggalkan parkiran

"Lho ko gitu, emang nya kenapa kalo aku ikut ? Kamu takut aku ngeganggu kalian berdua ? Iya ?" ucap vani dengan nada yang sedikit tidak terima dengan ucapan bagas

"Bukan gitu va, tapi kan putri gatau kalo--" belum selesai bagas bicara namun di potong oleh vani

"Kalo apa ? Kalo kamu udah punya aku ? Gas, kita jadian udah hampir 6bulan. dan kamu masih belum bisa lupain mantan kamu sepenuhnya ? Bahkan kamu ga ngasih tau ke mantan kamu kalo kamu udah punya aku, apa aku ga berarti gas ? Aku cape berjuang sendirian tanpa kamu hargain, aku cwe kamu gas harusnya kamu tunjukin ke mantan kamu kalo kamu udah jadi milik orang lain, bukan malah nyembunyiin status kita dan bertingkah di depan mantan kamu seolah² kamu belum jadi milik siapa-siapa." jelas vani dengan airmata yang sudah terjatuh dari kelopak matanya

"Vani, kenapa kamu ngomong kaya gitu. Aku ga bermaksud buat ga nganggap kamu sebagai pacar aku, tapi putri--" lagi-lagi ucapan bagas terpotong

"Tapi apa ? Aku tau gas kalo di hati kamu bukan sepenuhnya aku. Aku tau kalo selama ini kamu belum bisa move on dari mantan kamu, dan selama ini kamu cuma jadiin aku pelarian aja, aku tau kalo ka--"

"VANI!! KAMU NGOMONG APA SIH. IYA JUJUR AKU EMANG BELUM BISA LUPAIN MANTAN AKU DAN AKU BELUM SEPENUHNYA NERIMA KAMU. PUAS KAMU HAH!?" jawab bagas dengan teriak di lorong sekolah dan emosi yang sudah meluap yang membuat vani tersentak dengan ucapan bagas barusan

"Kamu ngebentak aku gas?" jawab vani dengan senyum getir dan air mata yang sudah deras mengalir di pipinya seraya menatap bagas

"Va, maaf aku ga bermaksud kaya tadi. Maafin aku" jawab bagas dengan wajah bersalah namun vani masih bergeming dan akhirnya vani memutuskan untuk meninggalkan bagas di lorong sekolah dan berlari menuju koridor kelas nya

Flashback off

"anjir! gue harus kasih dia pelajaran. Gue gabisa liat lo di sakitin terus sama dia va." kata ivan dengan wajah yang sudah memerah menahan emosi

"Biarin aja van, gue cape sama dia. Sama kelakuan dia selama ini di belakang gue. Gue udah ga kuat." jawab vani dengan nada yang sangat rendah sambil menundukan kepalanya dan hanya bisa di dengar oleh ivan.

"Tapi va, kalo di diemin terus dia malah bakal seenaknya mainin lo." kata ivan dengan nada yang sudah sedikit tenang

"Udah lah van, cape gue mending ke kelas yu bentar lagi bel" ucap vani mengalihkan pembicaraan ivan

Kemudian mereka berdiri dan berjalan meninggalkan taman belakang sekolah mereka berjalan beriringan dan ivan merangkul bahu vani

Tidak heran jika ivan dan vani sangat akrab, karena memang mereka sudah seperti kakak dan adik, ivan dan vani sudah berteman sejak masih kecil karena kebetulan rumah mereka berdekatan dan orang tua mereka sahabatan sejak lama. Dan hampir seluruh orang di sekolah sudah tau kalo ivan dan vani memang sahabat dari kecil jadi apapun yang mereka lakukan tidak akan memunculkan pemikiran yang aneh

Sorry for typo
                                               salam panda 🐼

IVANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang