Bagas menghela nafasnya pelan dan tatapannya masih terkunci dengan tatapan vani. Tatapan penuh arti dari gadisnya mampu meluluhkan sedikit egonya. Vani masih menangis wajah gadis itu di tangkup oleh bagas dan bagas selalu menghapus airmata itu dengan ibu jarinya."Va, dengerin aku." vani diam menatap bagas dengan lekat "aku sayang kamu va. Sayang banget, tapi aku gatau kenapa sampai saat ini aku masih belum bisa lupain dia. Padahal dulu dia udah ngehancurin kepercayaan aku, tapi gatau kenapa aku masih aja ttep sayang sama dia." lanjut bagas dengan nada yang sangat rendah
Vani yang mendengar itu tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya mampu menangis.Vani membuang nafasnya kasar
"Kamu sayang aku gas ?" tanya vani yang sekarang sedang menundukkan kepalanya
"Aku sayang sama kamu va." jawab bagas dengan tegas
"Kalo gitu-- " vani menitikan airmata nya yang lagi-lagi lolos tanpa bisa ia tahan.
Bagas menunggu kelanjutan omongan vani dengan terus memandangi vani yang sedang menunduk
"Aku mau kamu balikan sama putri gas." pinta vani kepada bagas. Keputusannya sudah bulat, dia tidak bisa terus menerus mempertahankan bagas. Kedepannya pasti akan sangat sulit, dengan adanya putri di sekitar mereka akan membuat hubungan di antara mereka semakin tidak baik, jadi vani memutuskan untuk mengambil langkah ini. mau tidak mau.Aku mau kamu balikan sama putri gas
Kata-kata itu sontak membuat bagas membelalakan mata nya
"Ma-maksud kamu ?" tanya bagas kepada vani karena tidak percaya dengan apa yang baru saja gadisnya katakan.
"kenapa?" ucap vani, vani menghapus air matanya dan langsung menatap bagas
"Terus kita gimana va?" tanya bagas dengan membalas tatapan vani
"kita sampai sini aja gas.aku gabisa maksa kamu buat terus sama aku, aku juga gabisa terus-terusan liat kamu berdua sama putri sedangkan kan status kamu sama aku itu pacaran, kalo kita putus kan kamu gak perlu repot-repot peduliin aku. Kamu bisa bebas deketin putri semau kamu, bahkan peluang buat kamu balikan sama dia pun terbuka lebar." Jelas vani panjang lebar airmata nya kini sudah mulai mereda Namun nafasnya masih tersengkal
"Va, aku gamau. Aku sayang sama kamu va." pinta bagas
"Aku gabisa gas. Aku juga sayang sama kamu, tapi aku tau. Kamu lebih sayang sma
Dia. Kejar dia gas, pertahanin dia. Dan jangan pernah nyakitin dia kya kamu nyakitin aku ya gas. Cukup aku aja." pinta vani dengan senyum tipis ke arah bagas
Senyum terpaksa lebih tepatnyaAnjayy gue ngomong apasi ya tuhan
Semoga bagas sadar deh, tapi sorry gas gue udah gabisa pertahanin elo.
pekik vani dalam hatibagas tidak tau harus berkata apa lagi. Bagas bingung harus bagaimana
Satu sisi dia menyesal karena telah menyia-nyiakan vani selama ini
Bagas sangat menyesal.
Tapi di satu sisi dia bisa kembali lagi dengan putri, namun rasanya tidak rela jika bagas harus melepas vani. Egois. Mungkin bagas memang egois dalam hal ini.Dia ingat sekali saat pertama kali dia menyatakan perasaannya kepada vani bahkan jauh sebelum itu bagas selalu mendekati vani demi menarik perhatian nya. Tapi entah kenapa setelah beberapa bulan mereka berpacaran sikap bagas jadi lebih cuek kepada vani, tidak seperti saat pertama dia berjuang untuk mendapatkan vani, sekarang malah vani yg harus berjuang demi mempertahankan hubungan nya dengan bagas
Tapi manusia juga punya titik kesabaran nya, jika terus-terusan perjuangannya tidak di hargai untuk apa terus di pertahankan ? Begitu pikir vani
Toh sekarang masih ada putri, mungkin bagas akan lebih bahagia jika kembali bersama putri.Bagas mencoba untuk terlihat tenang di hadapan vani padahal jauh dalam hati dan fikiran dia, dia sangat menyesal dengan keputusan vani.
dia menghela nafasnya sebelum mengatakan sesuatu"Maafin aku karena udah nyia-nyiain kamu selama ini va. Maaf karena aku, kamu jadi harus berjuang mempertahankan hubungan ini sendirian, aku gatau va kenapa aku jadi kaya gini. Aku sadar aku salah, maafin aku, gara-gara aku kamu jadi kaya gini. Gatau kenapa semenjak putri hadir lagi di hidup aku, seakan aku jadi peduli lagi kedia, pikiran jadi bimbang, jadi kacau. aku emang bodoh va, maafin aku." ucap bagas sambil mengacak rambutnya frustasi sambil menundukkan kepalanya
Gue emang bodoh, gue udah nyia-nyuan lo va. Orang yang slalu sabar ngadepin ke egoisan gue, maafin gue.
Umpat bagas dalam hati"iya aku ngerti gas, maka dari itu aku milih buat mundur. Karena sikap kamu yang kaya gitu seolah-olah nunjukin ke aku kalo aku emang harus berenti. Inget gas komitmen awal kita gmna ? Aku gak ngelarang kamu buat chat sama siapa aja, itu hak kamu. Aku juga gak maksa buat jadi prioritas kamu, aku gak maksa kamu untuk terus sama aku. Tapi seenggak nya anggap aku gas, anggap aku sebagai pacar kamu. Kamu terlalu labil gas." ucap vani lirih, lagi-lagi dia tidak bisa menahan air matanya.
"Aku inget va aku inget. Maafin aku va, aku emang labil dalam hal kaya gini." bagas mengusap wajahnya kasar.
"Udah gausah minta maaf terus, maafin aku juga, karena mungkin ini udah rencana tuhan, kita cuma bisa ngejalanin." ucap vani lalu bagas menggenggam tangan vani
"Kita masih bisa sahabatan kan va?" pinta bagas serius kepada vani
Vani tersenyum seraya mengangguk ke arah bagas "bisa ko gas, tenang aja. Kalo kamu butuh aku, jangan sungkan buat datang ke aku gas." ucap vani
"Udah mau malem gas, mending kamu pulang ya. Soalnya bunda bentar lagi juga pasti pulang." tambah vani
"Makasih va, yaudah aku pulang." bagas segera memeluk vani mungkin ini adalah pelukan 'terakhir' di dalam hubungan mereka dan vani pun membalas pelukan bagas, akhirnya bangkit dari duduk nya
"Ayo aku anter sampe depan." ucap vani dan bagas hanya mengangguk
Sesampainya di depan
"tengs va." ucap bagas, vani pun tersenyum
"Hati-hati." ucap vani dan bagas pun mengangguk sambil memakai kembali jaket abu-abunya. Setelah itu ia menaiki motornya dan menyalakan mesin motornya tapi sebelum pergi meninggalkan rumah vani bagas mengucapkan sesuatu kepada vani
"Vaa.."
"Hmm"
"love you ." ucap bagas dengan suara rendah tapi masih bisa di dengar oleh vani
"I too." vani mengangguk pelan sambil tersenyum tipis
*•*•*•
BOOM!!
Sorry for typo 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANI
RomancePerjuangan yang berakhir dengan kekecewaan. Kecewa karena keadaan dan kisah lama yang datang dan menghancurkan sebuah Hubungan kemudian meruntuhkan sebuah kepercayaan. "Hidup itu pilihan. Lo tinggal pilih, masalalu yang udah nyakitin lo apa masa de...