2. The Disaster

154K 2.3K 34
                                    

Cerita ini SUDAH TAMAT dan kalian bisa membelinya di Karyakarsa (ID TRNNDHT)

Sungguh, malam membawa malapetaka untukku di mulai malam kemarin. Ketika kakak yang aku segani, merenggut apa yang telah aku jaga selama ini.

"Kau sudah bangun?" Tanya pria yang kini mengecup keningku, seakan tidak ada yang terjadi pada kami semalam. Suara girang Noah menggelitik telingaku untuk menatapnya. Sejak kapan dia masuk kembali ke kamar?

"Bagaimana bisa kau melakukan hal yang tidak seharusnya padaku?" Tanyaku dengan suara lirih dan bergetar aku dengar, membuat ia mendekatiku dan menatapku lekat.

"Kau juga menikmatinya semalam adik manis, jangan berpura-pura tidak menyukainya" ucapnya sambil menekan kedua sisi pipiku hingga membentuk bibirku mengerucut sakit, karena penuh dengan tekanan darinya.

Aku menepis tangannya dan menatap tak terima ke arahnya, membuatnya tertawa sarkastik ke arahku. "Aku yakin, saat ini pun kau pasti mau melakukannya lagi denganku" ucapnya sambil berusaha menarik tubuhku mendekat ke arahnya, namun aku tetap duduk di tepian ranjang yang aku rasa menjadi tempat paling ingin aku lenyapkan di dunia ini. Tak semudah dugaanku, karena kini Noah menduduki pahaku dan menatap lurus ke arahku membuatku membuang muka darinya dan tidak berhasil, karena ke dua sisi wajahku ia tahan untuk menatapku.

"Aku mau lagi pagi ini-" ucapnya terpotong dengan ciuman paksa di bibirku membuatku muak dan kesal. Ingin menendangnya tapi tak bisa, tanganku pun tak terlalu kuat mendorongnya.

Dengan kasar dia melepaskan pakaian yang dengan susah payah aku gunakan beberapa saat yang lalu karena menahan sakit di bagian bawahku, untuk duduk saja terlalu sakit, namun Noah seakan memaksaku dengan mendorong tubuhku di tengah kasur sedangkan kakiku masih menggantung di lantai.

Aku mengaduh dalam mulutku yang tersumpal mulutnya, merapatkan gigiku yang sudah ia jelajahi dengan lidahnya membuatku ingin muntah.

Tanganku yang menahan dadanya kini sudah berada di atas kepalaku, ke dua payudara telanjangku sudah menempel di dadanya yang sama telanjangnya. Terasa berat, sesak dan menjijikkan. Kaki ku tak bisa berbuat banyak karena ia masih berada di atas pangkal pahaku. Tepat di daerah sensitive ku, menahan sakit.

Dengan kasar dia menciumi cerukan leherku, ke bawah hingga ke payudaraku. Di raupnya kasar membuatku mengaduh sekali lagi, di hisapnya seakan keluar madu dari sana dan ia tidak ingin menyisakan sedikitpun. Membuatku lemas, dan basah di bawah sana walau aku dari awal tidak menginginkan ini.

Dia menatap wajahku yang memanas, menahan desakan yang ingin aku keluarkan akibat ulahnya. Tak ada lembut-lembutnya ia mengangkat punggungku, menuju tengah kasur dan mengikat ke dua tanganku di kepala ranjang. Aku menangis melihat tatapan Noau yang sudah terbukti kalau ia tak pernah menyayangiku, walau aku selalu membuang pemikiran itu dulu, tapi kini aku benar-benar tau.

Dia kembali melahap payudaraku bergantian sambil meremasnya, aku mengaduh kencang saat merasakan sesuatu memasuki daerah bawahku yang masih panas. Aku mengangkat pinggulku saat merasakan sesuatu masuk ke dalam, mengaduknya cepat dan kasar.

Dia tak menghentikan kegiatan tangannya di bawahku, saat ia berhenti dari kegiatannya pada payudaraku. "Kau sudah luar biasa basah, apalagi alasanmu menolak kali ini Sara?"

Aku merasakan kenikmatan walau bibirku merancau memakinya, pinggulku bergoyang otomatis saat jari itu bertambah keluar dan masuk di dalamku.

Lalu dengan cepat ia berada di bawahku, mengangkat ke dua kakiku lalu dengan kasar ia memasukkan miliknya ke dalamku. Tak di pungkiri rasa sakitku, benda asing besar yang memasuki dalamku yang masih panas dan perih.

Dia memompaku dengan cepat, kemudian lambat lalu kembali cepat dengan seringaian menyebalkan di sela tangisku. Tangan satunya ia gunakan meremas payudaraku untuk merangsangku kembali. Aku berharap semua ini hanya mimpi buruk, tapi tak mungkin karena aku merasakan sakit di sekujur tubuhku.

"Aku mau keluar-" ucapnya di sela-sela usahanya untuk bisa bicara, aku menggeleng dan tetap menangis. Walau aku merasakan nikmat, namun sakit pun tetap aku rasakan. Hingga ia mengangkat kakiku semakin tinggi, aku mengaduh tapi membuatnya mendesah lega dan aku merasakan cairan hangat di dalamku.

"Aku tidak akan menurunkan kakimu, karena aku ingin kamu merasakan hancur seperti apa yang ibumu lakukan pada ibuku" ucapnya sambil menyeringai membuatku tak paham, namun aku tak sanggup bicara. Ketika ia mengeluarkannya dengan kasar, aku menggigit bibir bawahku menahan semua nikmat yang aku rasakan. "Kamu akan terbiasa mulai saat ini, Sara" ucapnya, lalu membanting kasar kakiku dan melepas ikatan tanganku.

"Aduh" aku mengeluh ketika ia tak sengaja menyikut pelipis kananku saat ia berusaha membuka ikatan tanganku.

"Apa kau berharap aku bersikap lembut padamu? Jangan harap" ucapnya penuh penekanan, entah mengapa aku mengingat semua kata-kata kasarnya seumur hidupku. Ia tak pernah berlaku lembut padaku, pada Ibuku. Tapi aku tau, Ibuku juga menyayanginya walau tak pernah mendapatkan kelembutan dari abang. Aku selalu berpikir, memang begitu sifat abangku. Nyatanya, dia benar-benar ingin aku hancur sepertia yang ia bilang tadi.

"Kau boleh melapor pada Ayahku atau Ibumu, aku yakin mereka tak akan bisa berbuat apa-apa" lalu ia pergi meninggalkanku yang masih menangis mencerna semua ini.







TBC



Hanya ada di KARYA KARSA

ADULT AREA.

Story About Us (Tersedia di Karya Karsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang