'O M E L A S'
…
..
.Mereka tahu dia ada di sana, semua orang di Omelas. Beberapa dari mereka telah datang untuk melihatnya, yang lain cukup puas dengan hanya mengetahui dia ada di sana. Mereka semua tahu bahwa dia harus berada di sana.
Beberapa dari mereka paham alasannya, dan beberapa tidak, namun mereka semua mengerti bahwa kebahagiaan mereka, keindahan dari kota mereka, kelembutan dari persahabatan mereka, kesehatan anak-anak mereka, kebijaksanaan para kaum terpelajar mereka, kemampuan para pencipta mereka, bahkan kelimpahan dari panen mereka dan kebaikan cuaca dari langit mereka bergantung sepenuhnya pada kesengsaraan buruk anak ini.
Hal ini biasanya dijelaskan kepada anak-anak ketika mereka berusia dari rentang delapan hingga dua belas, kapan pun mereka terlihat memiliki kemampuan untuk memahami; dan kebanyakan dari mereka yang datang untuk melihat anak tersebut adalah orang-orang muda, meskipun sering juga seorang dewasa datang, atau kembali datang, untuk melihat anak tersebut.
Tidak peduli seberapa baik masalah tersebut telah dijelaskan pada mereka, para penonton muda ini selalu saja terkejut dan merasa mual melihat pemandangan itu. Mereka merasa jijik dengan pemikiran mereka lebih tinggi darinya. Mereka merasakan kemarahan, kebiadaban, ketidakmampuan di atas semua penjelasan.
Mereka ingin melakukan sesuatu untuk anak tersebut. Tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan. Jika anak itu dibawa keluar dari tempat busuk itu, jika dia dibersihkan dan diberi makan dan dibuat nyaman, itu akan menjadi hal yang buruk, tentu saja; tapi jika itu diselesaikan, dalam hari dan waktu itu, semua kemakmuran dan keindahan, dan kesenangan Omelas akan membusuk dan dihancurkan.
Semua itu adalah syaratnya. Untuk menukarkan semua kebaikan dan keagungan dari seluruh kehidupan di Omelas dengan satu perubahan kecil itu; untuk membuang ribuan kebahagiaan dari kemungkinan kebahagiaan satu orang; itu akan membuat rasa bersalah hadir.
Syarat itu ketat dan absolut; mungkin saja bahkan bukan sebuah kata yang baik untuk diucapkan pada anak tersebut.
Sering kali para anak muda pulang berlinang air mata, atau dalam kemarahan tanpa air mata, ketika mereka telah melihat anak itu dan menghadapi paradoks yang buruk ini. Mereka mungkin meratapinya selama berminggu-minggu atau bertahun-tahun. Tapi selagi waktu berlalu mereka mulai menyadari bahwa bahkan jika anak tersebut dapat dilepaskan, dia tidak akan mendapatkan banyak hal baik dari kebebasan itu; kesenangan kecil yang sama mengenai kehangatan dan makanan, tanpa ragu lagi, tapi hanya sedikit lebih dari itu.
Dia juga terlalu cacat dan idiot untuk dapat mengetahui yang mana kesenangan yang sebenarnya. Dia telah ketakutan terlalu lama untuk dapat dibebaskan dari ketakutan.
Kebiasaannya terlalu tidak tahu adat untuknya dapat merespons perlakuan yang manusiawi. Tentu saja, setelah begitu lama dia mungkin akan meratap tanpa tangis mengenai hal itu untuk melindungi itu, dan kegelapan untuk matanya, dan kotorannya untuk dia duduki.
Air mata mereka untuk ketidakadilan yang pahit mengering ketika mereka mulai memahami keadilan yang buruk dari realitas, dan untuk menerima hal tersebut. Namun itu adalah tangisan dan kemarahan mereka, usaha dari ketulusan mereka dan penerimaan dari ketidakmampuan mereka, yang mana mungkin adalah sumber asli dari kemegahan kehidupan mereka.
Kehidupan mereka tidak memiliki kebahagiaan tawar yang tidak bertanggung jawab. Mereka tahu bahwa mereka, seperti anak itu, tidaklah bebas.
Mereka memiliki rasa kasihan. Itu adalah keberadaan dari anak tersebut, dan pengetahuan mereka mengenai keberadaan anak tersebut, yang membuat mungkin keagungan dari arsitektur mereka, kesedihan dari musik mereka, dan kedalaman atas ilmu pengetahuan mereka.
Karena anak itulah mereka bersikap begitu lembut dengan anak-anak lainnya. Mereka tahu bahwa jika seseorang yang telah rusak itu tidak ada di sana merengek dalam kegelapan, seorang anak lainnya, sang pemain flute, tidak dapat membunyikan musik yang menyenangkan selagi para penunggang kuda muda berbaris dalam keindahan mereka untuk perlombaan di bawah sinar matahari dari pagi pertama musim panas.
Sekarang, apa kau mempercayai mereka? Apa mereka tidak menjadi lebih meyakinkan? Tapi ada satu hal lagi yang harus diceritakan, dan ini cukup luar biasa.Pada suatu waktu seseorang dari remaja putri atau putra yang pergi untuk mengunjungi anak tersebut tidak kembali ke rumah untuk menangis atau merasa marah, pada faktanya, tidak sama sekali pulang.
Sesekali juga seorang pria atau wanita yang jauh lebih tua menjadi diam untuk sehari atau dua hari dan kemudian meninggalkan rumah.
Orang-orang ini keluar menuju jalan, dan menyusuri jalanan sendiri. Mereka terus berjalan, dan berjalan lurus keluar dari kota Omelas, melewati gerbang yang indah.
Mereka terus berjalan melewati tanah pertanian dari Omelas. Satu persatu dari mereka berjalan sendiri, pemuda maupun pemudi, pria maupun wanita.
Malam tiba; sang pengembara harus melewati jalanan pemukiman, di antara rumah-rumah dengan jendela bersinar kekuningan, dan di dalam kegelapan lapang. Setiap dari mereka sendiri, mereka pergi ke barat atau utara, menuju perbukitan. Mereka terus berjalan. Mereka meninggalkan Omelas, mereka berjalan menuju kegelapan, dan mereka tidak kembali.
Tempat tujuan mereka adalah sebuah tempat yang bahkan lebih sulit diimajinasikan oleh kebanyakan dari kita daripada untuk membayangkan kota kebahagiaan.
Aku tidak dapat mendeskripsikannya sama sekali. Mungkin itu tidak pernah ada. Namun mereka sepertinya tahu ke mana mereka akan pergi, mereka yang meninggalkan Omelas.
. . . O M E L A S . . .
E N D
Thanks for vomment and support
A R M YSebelumnya maaf, sorry, mian
Hampir setahun ya/? Gak buka wp wkwk dari 2018-2019 heheBuat yg nungguin kelanjutannya maaf bgt batu ingat kurang satu chapter hehe 😅
Ini deh, enjoy yaSekali lagi saya minta maaf readers...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ones who Walk Away from Omelas
FantasíaOmelas -sebuah kota kecil yang sulit untuk dideskripsikan- Sept'7 18 - #9-youneverwalkalone Sept'14 18 - #5-youneverwalkalone June'3 19 - #1-youneverwalkalone