#1

65 7 1
                                    

"Keindahan Tuhan yang tak pernah terpungkiri ialah hal yang terlihat nyata. Indah, dan dapat dinikmati"

Sama halnya dengan Dia yang ditatap Dila mendalam. Tanpa mengedip, dan tanpa rasa (mungkin) . Ia memang memandang biasa. Tapi terlihat aneh saja dengan mata yang mengerut.

***

Hari ini adalah hari pertama Dila masuk sekolah menengah atas. Beraktifitas di sekolah baru, bersosialisasi dengan manusia-manusia baru, dan beradaptasi dengan orang baru tentunya.

Move on dari SMP yang berbasis keagamaan tinggi, akhirnya Dila milih sekolah yang keluar dari zona amannya. Bukan sekolah anak nakal sih, cuma sekolahnya aja yang berada di pusat kota. Maklum, Dila anak yang jarang gahoel.

Selama masa orientasi siswa, Dila tak begitu banyak mengenal teman-temannya. Hanya mungkin ada beberapa yang Dila ingat namanya sewaktu perkenalan di sesi quiz pas MOS aja.
Dan beberapa teman lainnya dia ingat karena satu grup waktu itu.

Adila Fatiya Hanum, perempuan berkulit sawo matang, berbadan tak begitu tinggi dan tak begitu kerempeng. Yang kali ini mencoba hidup di antara manusia-manusia kota yang ia tak kenal sebelumnya. Tak sulit memang mendapatkan teman, karena Dila sangat mudah berinteraksi, orangnya suka nyablak. Blak-blakan sama temen deketnya, dan mungkin sangat jauh dari kata pendiam kalo udah lama kenal sama ini anak.

Berbeda hal nya dengan Maulia putri. Perempuan kalem ini memang sahabat Dila dari awal masuk MOS.  Perempuan yang dikenal Dila dari sebuah roti.

Hah Roti? Why?

Iya! Jadi kejadiannya Maulia itu nolong Dila waktu hari MOS,  Dila nggak bawa roti, dan si Maulia ngasih roti bawaan nya. Malaikat penolong memang.

Btw, panggil aja Maulia itu Lia-

***

Bel masuk berbunyi. Itu tandanya kelas akan segera dimulai

Tapi Dila masih diluar, ia kebungungan mencari kelas. Yang ia lihat hanya kesibukan kakak kelas nya yang mengoceh sepanjang jalan, seperti sedang menumpahkan rasa rindu dengan teman-temannya.
Dila merasa asing, tak ada yang dapat dia tanya. Dia masuk lorong sekolah, dan menatap seorang laki-laki berjaket parasit berwarna navy. Nampak tinggi dan putih, tapi sudah diyakinkan dia bukan Albino. Rambutnya kece, dan lengan jaketnya di tarik keatas seakan ia punya otot tangan yang berontak untuk memperlihatkan keelokannya.
Mesti dari kejauhan, Dila menatapnya dengan tenang. Matanya perlahan mengerut seakan meyakinkan apa yang dilihat.

"Kayaknya pernah liat deh gw" gumam hati Dila saat melihat laki-laki yang mecoba mengintip jendela kelas satu persatu.

Sepertinya ia juga juga sedang mencari kelas. Tanpa basa basi Dila menyusul lelaki tadi.
Ia berjalan dan menepuk bahu lelaki tinggi yang sedari tadi sibuk mengintip.

"Anak baru juga ya?" Tanya Dila so akrab

Lantas lelaki itu menoleh, seakan terkejut dengan kelakuan Dila. Dia menjawab singkat dengan mata menajam dan nada sewot

"Paan sih lho, kalo iya kenapa?" Jawabnya

Terkejut dengan jawaban seperti itu, Dila sepertinya menahan rasa penasaran. Siapa lelaki yang gw tanya tadi? Nggak sesuai ekspektasi gw gini? Baru masuk udah rese? Apa salah nanya ya gw? Kayaknya ni anak PMS?

"Nggak usah sewot deh pak. Gw juga baru kok" Dila menambahkan

"Gw nggak nanya kali" jawab lelaki menyebalkan itu.
Yang meninggalkan Dila perlahan dan berjalan menuju tangga . Sudah Dila pastikan, lelaki itu pasti sama nyari kelas baru.

"Ehh tungguuu.... Barengan napa!! Gw juga baruuu" teriak Dila dengan kesal, seolah telah mengenal lelaki tinggi tadi

Lelaki itu melanjutkan tanpa menghiraukan. Dia bahkan lari dengan jarak langkah yang panjang. Seakan tak mendengar apapun ia menaiki tangga satu persaru dengan cepat.
Dila berusa mengejar sampai ia dapat meraih tas nya

"Apaan sih lho? Pake tarik tas segala?" Ucap lelaki itu dengan nada tak biasa. Seakan marah karena tas nya di jambak Dila, dan memberhentikan jalannya

"Gw bilang kan tungguu!! Lho budeg ya?" Jawab Dila dengan nada terpotong-potong

"Yauda lepasin, lho nggak liat gw lagi jalan? Ini hari pertama gw sekolah. Gw bakal telat kalo harus ngobrol sama lho. Buang waktu!"

Dila tercengang. Lelaki itu luar biasa sewotnya. Tak mau kalah Dila menyanggah

"Heh! Emang siapa yang mau ngobrol sama cowok rese kayak lho? Lho fikir lho aja yang kesiangan?" Dila membela diri

"Lah terus? Yaudah lepas tas gw!" Lelaki itu memotong perkataan dan mencoba melepaskan tangan Dila yang masih menempel di tas nya

"Heh! Bener ya lho, murid baru juga belagu! Lho baru, gw juga baru. Sama-sama nyari kelas napa. Gw capeeee!!!" Jawaban konyol Dila membuat lelaki itu menjadi menjadi

"Lah anneh!!"

Lelaki itu meninggalkan Dila di belokan tangga menuju kelas atas. Dila mencoba mengejar tapi setelah sampai atas ia kehilangan jejak. Dila terdiam dan mencoba mencari kelas mana yang harusnya ia masuki

"Kamu murid baru?" Seorang perempuan bertanya dengan nada lembut

"Emm.. iya, Bu. Saya tadi nyari kelas. Lari-lari ngejar teman saya. Tapi ninggalin gitu"

Merasa bersyukur akhirnya karena Dila bertemu dengan Guru yang ia kenal saat MOS hari pertama.

"Emm.. kelas kamu di ujung itu. Lurus aja ya. Nggak usah lari-lari. Nanti kamu jatoh" Guru perempuan itu memunjuk ujung kelas yang bergantung tanda "kelas x"

"Oh iya Bu, makasih ya bu"

"Iya.. ibu duluan ya.." ucap Guru baik itu.

Setelah aman menemukan kelasnya, Dila berjalan mengintip kelas barunya. Tak ada yang dikhawatirkan. Karena guru ternyata belum datang. Terlihat dari anak-anak masih rusuh seakan mencari teman.
Dila masuk dan menemukan Lia di bangkunya duduk sendiri, sepertinya sengaja sebelahnya dikosongkan untuk Dila isi.

"Hai" sapa Lia

"Hai"
"Duduk disini ya aku, kosong nggak?" Tanya dila sebari naruh tas. Masih terdengar pelan suara dengan nada terpotong-potong

"Kosong kok. Sengaja nggak diisi buat kamu"

Tanpa basa basi Dila pun duduk. Tanpa menghiraukan sekelilingnya.

"Kenapa sih? Kecapean?" Tanya Lia keanehan

"Heem nih.. abis kelasnya di atas. Jadi harus lari ditangga kan takut keburu masuk" jawab Dila

"Nyantai aja kaliii.. masih hari pertama ini" Lia melanjutkan dengan sedikit tertawa kecil

Selepas duduk Dila terdiam. Sepertinya ada yang mengganggu pikiran Dila. Beberapa pertanyaan aneh dipikiran Dila pun muncul
Kemana lelaki rese tadi? Siapa namanya si belagu itu? Apa sekelas?

Dila melirik kanan kiri, namun ternyata sepertinya tidak ditemukan

"Nyari siapa?" Tanya Lia yang sibuk dengan tempat pensil yang ia rapihkan.

"Nggak ko. Cuma rame aja gitu"

Dila mengalihkan. Takut Lia mengetahui yang terjadi. Sepertinya Dila memang tak ingin bercerita dahulu.
Dila memerhatikan Lia yang asik menghitung balpoin baru dengan mata yang curi-curi lirik kanan kiri
Tak lama dari itu, guru berkacamata mengetuk pintu dan menghentikan kesibukan anak-anak lainnya.

________________
Yaw mameeeennn!!
Sepertinya si Dila ini lagi Dilanda kebingungan sekarang. Kira2 siapa cowok misterius super sewot itu?
Sambil mimin tunggu coment kalian . mimin juga sambil mikir dimana si cowok rese itu bakal mimin temuin sama Dila.
Jangan lupa coment bagian ini ya.
Semngat#Dila-ndaNunggu😂

A4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang