"Tak apa jika kamu tak mengenal ku. Setidaknya, jangan percaya mereka yang jelas sedang membenciku"
Rasanya hidup memang tak asik jika tak dicampuri butir-butir gosip. Tapi, jika kita menjadi pemeran orang yang dibicarakan, rasanya itu akan sangat geram.
Begitu pun Dila, menjadi korban gosip sekolah. Digunjing kakak kelas lainnya karena disangka menjadi wanita penggoda.***
Hari itu cerah, sama cerahnya dengan wajah Silman yang turun dari motor metiknya. Sederhana memang.
Dila duduk di bangku lorong sekolah. Matanya mengerut, dan melihat arah parkiran. Nampak Iman turun dari motor dengan Ananda, ia menghelas. Matanya turun kebawah lagi dan menatap buku yang ia bawa.
Kesannya hanya percuma. Ia membaca tapi tak dicerna. Tapi lebih percuma lagi jika ia menatap Iman. Ia harus sadar bahwa Iman bukan siapa-siapa.Dari arah kejauhan yang berbeda, nampak Lia yang berjalan menuju arah Dila.
Seperti biasa ia menyapa Dila"Kok disini? Nggak keatas?"
Dila sadar siapa yang bertanya
"Iya, cuma pengen duduk disini aja sih. Hehe" jawabnya dengan senyum kecil
"Yauda ke kelas yuk" ajak Lia
"Eh Ayu mana?" Tanya lagiDila melihat kanan kiri, ia pun tersadar bahwa temannya belum datang
"Nggak tau, kayaknya sih belum dateng. Gw duduk disini dia nggak lewat"
Mereka beranjak dari tempat duduk itu. Menaiki tangga dan memasuki kelas seperti biasanya.
Posisi duduk masih sama. Lia dengan Dila. Dan Ayu dengan Joan, mesti tak begitu dekat.Tak lama setelah duduk di kursi, Iman datang dan membuka jaket nya. Menaruh tas dan menoleh ke arah Dila
"Hai Dil" sapa nya
Dila tak begitu merespon banyak. Ia hanya tersenyum kecil dan menjawab sapa Iman.
Masih menjadi misteri mengapa Dila begitu. Entah canggung karena Iman mempunyai pacar. Atau karena Ia menjaga jarak supaya Ayu tidak terluka. Entahlah
***
Jam istirahat
"Dila, Lia.. kantin yuk?" Ajak Ayu sembari menengok kebelang mengajak kedua sahabatnya.
"Yuk, laper juga sih ini. Kebetulan gw nggak bawa makan" jawab Lia
"Emm..." Dila menahan jawabnya selagi berfikir ajakan Ayu. Tiba-tiba suara lelaki terdengar mengajak salah satu sahabat nya.
"Lia, ke kantin yuk?" Ajak Fatur
Lia menoleh. Dengan spontan ia menjawab
"Yuk" seru Lia.
Mereka memang sangat akrab satu sama lain. Tak jarang, mereka di gosipkan pacaran. Padahal Fatur jelas-jelas menggantung hubungan nya dengan Lia
Ayu pun beranjak dari tempat duduk. Menghampiri meja Dila. Melihat Lia yang semangat atas ajakan Fatur, Ayu pun memanja.
"Lah kita ditinggaliiiinn"
"Jarang-jarang udaaahh. Haha" jawab Dila menggoda
***
Kantin sepertinya tak begitu ramai. Karena kelas lain belum memunjukan batang hidung seperti biasanya. Siswa lain sibuk memesan makanan, Dila dam Ayu pun menunggu di meja kantin yang sudah disiapkan.
Terdapati di arah yang berjauhan, Lia dan Fatur sedang asik makan mie instan.Tapi Dila tak melihat Iman kala itu. Yang ia fikirkan, mungkin Iman di kelas musik mengambil gitar. Karena jam istirahat, Iman selalu bermain musik mengisi kekosongan.
Selagi menunggu makan, kakak kelas mereka akhirnya datang, yang akhirnya membuat kantin menjadi berisik. Mereka saling sibuk memesan dan duduk dibangku yang masih kosong
"Bu, pengen nasi sama ayam goreng ya. Nggak usah pake cabe gatel" pinta Ananda ke ibu kantin. Matanya menatap ke arah tempat duduk dila. Entah menyinggung Ayu atau Dila. Ananda kala itu memasang mata yang mematikan
"Neng ini bisa wae.. nggak pake sambel maksudnya?" Tanya ibu kantin
"Iya bu nggak, nggak usah pake sambel. Mulut saya soalnya udah pedes. Kasian nanti yang kena omongan saya.. haha" Ananda tertawa dengan teman-teman polosnya.
Tak henti Ananda menatap ke arah Dila. Ayu sibuk saja dengan Handphone nya. Tak begitu menghiraukan kicauan kakak kelasnyaDila menyibukan diri dengan mengeluarkan hp di saku nya. Mencoba menyibukan sama hal nya dengan yang Ayu lakukan.
Selesai memesan, Ananda duduk di samping Dila. Berjarak terhalang satu meja.
"Hey gais, tau nggak sih. Ada lho jaman sekarang orang yang nyaman sama pacar orang? Hah!" Ucap Ananda dengan tawa dan lantang seperti menyudutkan.
Dila terkaget, ujung matanya melirik ke arah Ananda. Tapi ia tidak berani menatap.
Ayu belum tersadar Ananda ada di kantin kelas. Ia sibuk membumbui bakso yang dipesan nya sedari tadi"Makan kali Dil" ucao Ayu menyenggol lengannya
"Nanti dingin nggak ngeunah" katanya lagiDila pun mencoba menghiraukan. Dia tak begitu mendengarkan ocehan Ananda.
****
"Jadi anak nggak usah alay! Urus diri aja nggak becus . So-so an rebut pacar orang"
Selagi berjalan menuju kelas, Ananda berucap lagi ketika di jalan. Ucapannya kali ini terdengar oleh Ayu.
"Dia ngoceh kesiapa sih Dil?" Bisik Ayu ke Dila sembari melanjutkan jalan.
Ayu menoleh kebelakang. Ananda dan teman-temannya seperti sedang membicarakan mereka.
Tak lama lagi Ananda berkicau"Iya itu gengs, anak kelas atas yang rambutnya suka digerai. Bikin risih banget tau lah"
Dila mempercepat jalannya. Seirama dengan Dila, Ayu pun tak lagi berani menoleh ke belakang.
"Dari tadi kayaknya dia ngomong ke kita deh Yu" ucap Dila
"Iya gitu? Yang suka digerai kan rambut lho"
"Maksudnya?"
"Lho juga suka digerai kali" jawab Dila"Iya.. Tapikan gw diiket dikit kebelakang gini" Ayu melihatkan rambutnya yang di ikat kecil bagian belakang
"Ya tapi selebihnya lho gerai gini kan Ayyuu" Dila menjawab dengan memegang rambut ayu yang tak terikat bawahnya.
***
Sepertinya Dila mati kaku, seperti mengerti apa yang Ananda ucap. Dila merasa takut kalau-kalau Ananda membaca pesan-pesan yang ada di hp Iman.
Tapi tak begitu, Ayu biasa saja. Tak merasa rusih sama sekali.
Sepulang sekolah pun, saat Dila berjalan dengan ayu, Ananda mengusiknya lagi.
Sampai dirumah pun Dila tak tenang dengan perasaannya_____________________
KAMU SEDANG MEMBACA
A4
Teen Fiction"menunggu itu berat, sama berat nya dengan tugas matematika" apalagi jawaban dari soal itu harus di tulis di kertas ukuran A4. tau filosofi nya kenapa aku ambil kertas A4 ? karena dia unik. bertitik tumpul empat, dan berjarak dengan rapih. tidak mel...